🦋 PART 34 🦋

7.9K 484 8
                                    

Ini hari minggu. Leana mengisi kesibukannya dengan mengunjungi perpustakaan di kota. Sekalian mau menikmati suasana taman seorang diri.

"Minjem buku astronomi udah, tinggal buku-buku lain yang belum," ucap cewek itu sembari memasukkan sebuah buku ke dalam tasnya. Ketika memeriksa hape, ia mendapati DM dari seorang anonim.

Sebuah pertanyaan.

This or that.

Mana yang lebih seram dan menegangkan?

Kanibal or hantu?

Leana berpikir sesaat. Ia suka permainan this or that. Tapi ini dari siapa? Orang tak dikenal? Hm, apakah harus Leana jawab?

"Kayaknya lebih serem kanibal, deh," putus Leana kemudian. Jemarinya lincah mengetikkan balasan. Setelahnya, ia kembali menaruh hape itu ke dalam tasnya.

Leana kemudian mendongak, membetulkan letak kacamatanya yang melorot. Tiba-tiba pupilnya berbinar begitu mendapati sesosok cowok yang familier tengah duduk di salah satu gazebo.

"Arvin." Leana menyebut.

Laki-laki itu mengenakan kaos oblong, celana hitam, dan ikat kepala di dahinya. Terlihat macho dan aura maskulinnya terpancar di mata Leana. Sesekali, Arvin meneguk minuman ion yang ada di pegangannya.

Senyuman Leana terbit. Mungkin ini saatnya mengatakan perasaannya pada adik kelasnya itu. Karena sebentar lagi dirinya bakal lulus dan akan jarang bertemu dengan Arvin.

"Hai, Arvin!" sapa Leana setibanya di hadapan Arvin.

Yang dipanggil menoleh, menatap Leana dengan mata menyipit karena sorot matahari pagi menjelang siang.

"Leana?" Arvin menaikkan sebelah alisnya. Tumben Leana menyapanya? Biasanya jarang kalau tidak ada kepentingan apapun.

"Boleh duduk di sebelah lo ga?" tanya Leana sembari melirik tempat di sebelah Arvin.

Arvin mengangguk saja, lantas mengalihkan pandangannya dari cewek itu.

"Gue ... mau ngomong sesuatu. Bolehkan?" Lekat Leana menatap wajah Arvin dari samping. Wajah cowok itu memang bikin adem kalau dipandang lama-lama. Dalam hati, Leana berkali-kali memuji betapa gantengnya Arvin.

"Ngomong aja," balas Arvin acuh tak acuh.

Leana agak grogi, karena ini adalah kali pertama ia mengungkapkan perasaan pada seorang cowok. Terlalu rajin belajar dan fokus pada pelajaran, membuat dirinya tak pernah sekalipun memikirkan soal cinta-cintaan. Hingga muncullah sosok Arvin, yang membuat Leana merasa jatuh cinta untuk pertama kalinya.

"Sebenernya gue..."

Drrt...

Omongan Leana tertahan di tenggorokan ketika Arvin menerima telepon dari seseorang. Laki-laki itu bangkit dan menjauh dari Leana untuk mengangkat panggilan tersebut. Setelahnya, ia kembali menghadap Leana dan berkata,

"Sorry, Le. Ngomong sesuatunya nanti aja, gue harus cabut nih."

Leana merasa kecewa. Sontak saja ia berdiri, memanggil Arvin yang mulai menjauh dari tempat ini. Namun panggilannya itu tak sedikitpun dihiraukan. Arvin terus berlarian kecil tanpa menoleh.

Lengkungan di bibir Leana menghadap bawah. Hatinya merasa sedih karena belum sempat perasaannya diutarakan.

"Cu."

Dalam keadaan tersebut, seorang nenek tua memanggil Leana hingga cewek itu reflek membalikkan badan.

"Iya?" tanggap Leana menautkan alis.

Nenek itu terbatuk sedikit, lantas berkata serak, "Nenek minta tolong boleh? Nenek butuh sekali bantuan."

"Kenapa minta tolong ke saya, Nek? Emang keluarga nenek ke mana sih?" sembur Leana.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang