🦋 PART 21 🦋

7.7K 379 4
                                    

Elgar menekan lebam yang terdapat di tulang pipinya sambil menatap bayangannya pada refleksi cermin. Sama sekali tak ada ringisan yang keluar dari bibirnya, karena lebam semacam itu terlalu biasa. Kendati demikian, bukan dirinya tak merasakan sakit sedikitpun.

"Waduh, ngapa lagi lu, El?" Zhico masuk ke toilet, berdiri di sebelah Elgar dan mencuci tangan di wastafel.

"Tawuran kok ga ngajak-ngajak," sambung Saga yang juga masuk ke toilet ini.

"Gimana mau ngajak? Kan kita abis ngedugem," balas Zhico.

"Bacot! Siapa juga yang tawuran?!" sergah Elgar yang bikin kedua temannya auto kaget.

Waduh galak amat.

Zhico dan Saga kompak menelan ludahnya susah payah. Tapi kemudian mereka mulai bernafas lega ketika melihat figur Elgar keluar dari toilet.

"Buset, kenapa lagi si Elgar? Ketinggalan berita nih kita." Zhico memberikan lirikan pada Saga.

"Ga tau anjir. Tanyain aja nanti ke Arvin," ceplos Saga. "Dah ah, gue mau boker. Jan ganggu lo."

"Pede amat kang mabok. Gue juga mau keluar ini. Hati-hati ditemenin sama penunggu toilet," kata Zhico menakuti-nakuti. Segera saja ia angkat kaki karena Saga hampir melempar sepatunya kepada cowok dengan bandana tersebut.

Dalam perjalanan di lorong kelas, langkah Elgar dicegat oleh sosok cewek dengan kacamata bulat dengan frame hitam. Elgar sempat mengernyit karena tak biasanya Leana memiliki urusan dengannya.

"Kenapa?" sambar Elgar tak basa-basi.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo." Saat mengatakannya, raut Leana terlihat serius.

"Cepet ngomong." Elgar berpaling ke arah lain selain wajah Leana.

"Gak di sini. Ikut gue ke ruang osis," pinta Leana.

"Gue buru-buru. Kenapa kalo ngomong di sini?" tanya Elgar malas. Tubuhnya saat ini memang terasa remuk redam karena habis dipukuli papa semalam. Hari ini pun dia terpaksa sekolah karena ada ulangan harian dari guru killer.

Leana menarik napasnya singkat sebelum memilih mengalah dan mengangkat beberapa lembar kertas yang disteples ke depan wajah Elgar.

"Bisa lo jelasin ini?" Leana mengajukan pertanyaan.

Elgar menatap lembaran kertas dan wajah Leana secara bergantian hingga kemudian ia mengambil alih kertas tersebut dan ditilik ogah-ogahan.

"Apa yang mau dijelasin? Ini kan daftar nama murid satu sekolah. Lo pikir ini rumus MTK?"

Leana menepuk jidatnya mendapati jawaban Elgar. Bukan itu yang dia maksudkan.

"Di situ ada dua nama yang gue lingkarin pake tinta merah. Dan itu nama lo," ucap Leana menatap netra Elgar sungguh-sungguh. "sama nama cewek... yang marganya mirip kayak marga lo."

Sejenak, kegiatan Elgar membuka-tutup lembaran-lembaran kertas tersebut berhenti. Mata Elgar dialihkan ke arah pupil Leana. Keduanya terlibat beradu tatap yang cukup lama.

"Dan lo pasti tau siapa cewek yang gue maksud," imbuh Leana.

Bibir Elgar sedikit terbuka. Pikirannya berkecamuk, takut sesuatu yang ia sembunyikan selama ini akhirnya terungkap.

"Emm..." Elgar menggumam tak jelas.

Kini Leana mengangguk, seolah mengiyakan isi pikiran Elgar. "Kiara Angelica... Ertama."

Wajahnya langsung Elgar palingkan ke sisi lain. Dia bodoh kalau mengira tidak akan ada yang menyadari soal ini. Apalagi para anggota OSIS semacam Leana yang super teliti akan sesuatu.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Where stories live. Discover now