PART 9

12.7K 736 7
                                    

Sepasang Ayah dan anak itu baru saja tiba di rumah besarnya. Roy dengan sigap membukakan pintu mobil untuk keduanya dan membungkuk saat Mario dan Kenniro turun

Mereka masuk ke dalam saat pintu sudah dibukakan oleh penjaga.

"Kenniro, what's wrong with you?"

Suara yang terdapat nada kekhawatiran itu membuat langkah Demario dan sang anak terhenti. Mereka melihat Irene yang berjalan tergesa-gesa kearah mereka

"Apa kamu habis tawuran?" Mata Irene seketika berubah menjadi tajam. Ia paling tidak suka jika putranya terluka

Kenniro yang ditatap seperti itu gugup dan tanpa sadar gerak-geriknya telah ditangkap oleh Irene

"Kenniro"

Kenniro semakin gugup, ia pun menyenggol lengan Demario dengan pelan agar Papanya itu segera mengeluarkannya dari situasi ini

Demario pun mengerti, ia maju dan merangkul pundak istrinya setelah mengecup singkat pipi putih milik Irene

"Honey, mana mungkin Kenniro melakukannya?"

"Kau tidak tau perilakunya di luaran sana, sayang" ketus Irene yang masih menatap tajam ke arah Kenniro

"Sudahlah, Ken hanya terjatuh di toilet sekolah dan kepalanya terbentur"

"Benar kata Papa, Ken tadi terpeleset di toilet" ujarnya dengan wajah yang dibuat seyakin mungkin

Irene menatap datar keduanya. Ia melepas secara kasar rangkulan suaminya dan bersendekap dada

"Oh ya? Lalu darimana lebam-lebam itu berasal?" Irene menunjuk pada wajah Kenniro

"Dan lagi, Sejak kapan kamu panggil Mario, Papa?"

Entah Irene yang terlalu pintar atau Demario yang terlalu bodoh memberikan alasan. Yang terpenting Kenniro harus pergi dari sini secepat mungkin

"Ma, ini hanya lebam karena pertengkaran kecil di sekolah. Bukan berarti Ken tawuran"

"Dan bukankah Mama yang suruh Ken buat panggil dia, Papa?"

"Baiklah, Ini yang terakhir kali. Mama tidak mau kamu terluka lagi, mengerti?" Tak ingin membahas lebih lama lagi, Irene mengangguk saja walau hatinya tak percaya dengan ucapan ayah dan anak itu

"Iya, Ma"

"sana Ganti baju, setelah itu temui Gara" titah Irene

"Hah! Nggak mau!"

Tentu Kenniro menolak dengan tegas, sejak pertama kali menginjakkan kakinya di rumah ini, orang pertama yang ia hindari adalah Gara, kakak sepupunya.

"Gara sudah dua jam lebih menunggumu di ruang keluarga, Ken"

Kenniro menghela nafas sebentar lalu mengangguk dan pergi dari sana untuk ganti baju, sekalian untuk mandi.

"Ada apa, honey? " Tanya Demario saat istrinya menatapnya dengan tatapan curiga

"Kau tidak berbohong kan?"

Demario mengerti, istrinya ini belum sepenuhnya percaya pada kebohongannya yang ia buat

"Tentu tidak"

Demario menggandeng tangan istrinya dan pergi dari sana meninggalkan Agra dan Atarick yang sedari tadi menonton drama keluarga Cemara itu

"Menurutmu, apa Kenniro benar-benar terpeleset?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari Atarick

"Tidak, cucuku itu anak nakal"

.

.

.

"Aaaaa....Gara Lo bego ya!!" Pekikan itu mengundang para bodyguard yang berjaga untuk mendekat, takut-takut ada apa-apa dengan anak tunggal Demario.

ALESSANDROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang