Dor!"Bagus juga pertahan mu" ujar Darwin saat setelah Demario berhasil menghindar dari tembakannya
"Diantara kita berdua, hanya akan ada satu orang yang selamat"
"Kau benar, dan sayangnya hari ini adalah hari terakhir kau bisa melihat dunia" balas Demario dengan tajam. Walaupun ia tak membawa senjata apapun, tapi ia masih bisa mengatasinya.
"Itu tidak akan terjadi" ujar Darwin lalu kembali menarik pelatuknya
Dor!
"Shh..."
Hanya tergores sedikit, ini bukan apa-apa. Ia masih harus menyelamatkan putranya yang saat ini entah bagaimana keadaannya
Demario mengambil sebuah kursi, melemparkannya begitu saja pada Darwin yang belum siap menghindar
Brak!
Tak berhenti sampai disitu, Demario lalu menghajar Darwin. Memukul nya untuk melampiaskan amarahnya saat melihat keadaan Kenniro tadi
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"PERGILAH KE NERAKA BERSAMA KAKAKMU, DARWIN!"
DUGH!
Dan setelah itu membantingnya ke tembok dengan kasar.
"Hahahaha!"
"Bukan aku, Demario. Tapi kau dan anakmu itulah yang harus pergi ke neraka" ujarnya dengan mulutnya yang penuh dengan darah
"Oh tidak, tapi hanya putramu. Agar kau tau bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang yang kamu sayangi" lanjutnya kemudian tertawa keras
"Kau tau? Putramu telah meminum racun yang aku racik sendiri. Aku yang memaksanya, AKU YANG MEMAKSANYA, DEMARIO!! HAHAHAHAHA"
"BRENGSEK!!"
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Brak!
Dugh!
"Arkhh!! Shh.."
.
.
.
Dor!
Carlos datang disaat sebelum orang itu benar-benar menarik pelatuknya. Hingga akhirnya orang itu mati karena peluru yang ditembakkan lebih dulu oleh Carlos
Sekarang Carlos sedang melawan mereka. Ada belasan orang yang harus Carlos taklukkan sendirian. Tapi ini hal yang sering sekali Carlos hadapi, jadi tak sulit untuk mengalahkan mereka.
Sedangkan Samuel sibuk dengan Kenniro yang tak sadarkan diri entah sejak kapan. Samuel ingin sekali menjerit saat melihat wajah Kenniro yang sudah pucat pasi
Bibirnya membiru pun dengan kuku-kuku jarinya jika diperhatikan lebih detail
"Kenniro" lirih Samuel. Bagaimana jika Demario tau ia telah gagal menjaga Kenniro? Akan seberapa kecewa lelaki itu terhadapnya?
"Kenniro bangun!!" Samuel memegang pipi Kenniro. Detik selanjutnya matanya melebar kala rasa dingin langsung terasa di telapak tangannya
Matanya melirik kearah kakinya yang masih tertancap pisau disana. Tangan kirinya ia gunakan membekap mulutnya sendiri agar tak berteriak. Lalu tangan kanannya menarik pisau itu dengan sekali tarikan, matanya terpejam erat saat itu juga. Darah langsung keluar dari kakinya, Samuel pun menyobek kemejanya sendiri lalu membalut lukanya dengan sobekan kain itu
YOU ARE READING
ALESSANDRO
PoviedkyKehidupannya yang awalnya tenang berubah, semua berubah sejak kedatangannya "Dia Papa mu, Ken!" Bugh! Bugh! Bugh! "KENNIRO!!"