Bruk
"Arkh!"
"Tuan muda!" Pekik Galen dan segera menghampiri Kenniro yang terjatuh di antara dua penyangga yang tadinya membantu Kenniro untuk berjalan
Galen segera mengangkat tubuh Kenniro ke kursi roda. Lalu mengecek setiap inci tubuh Kenniro takut ada yang terluka
"Apa ada yang sakit, tuan muda?" Tanya Galen dengan wajah khawatirnya
"Pergi"
"Tapi-"
"Gue bilang pergi!!" Teriak Kenniro dengan mata berkaca-kaca. Dadanya naik turun tak beraturan dengan tangan yang terkepal erat
"Tuan muda, tenanglah"
"Lo nggak denger apa yang gue bilang!"
Tak ingin membuat Kenniro semakin marah, Galen pun keluar dari sana. Meninggalkan Kenniro yang saat ini tengah terisak di atas kursi rodanya
"Gue lumpuh" lirih Kenniro
Tangannya yang terkepal mulai memukul kakinya dengan air mata yang mengalir di pipinya
"Hiks...gue nggak mau lumpuh!!"
Buk
Buk
"Hiks...nggak berguna...hikss.."
"Nggak berguna!"
Tak ingin menyerah begitu saja, Kenniro pun berusaha berdiri. Tapi baru saja kakinya menapak lantai, dirinya sudah terjatuh ke lantai
"Arkhh!!"
"Gue nggak mau lumpuh...hiksss.."
"Kenniro!!"
"Papa...hikss..Ken lumpuh! Ken nggak mau lumpuh!"
Demario pun segera memeluk tubuh anaknya yang bergetar. Mengusap rambut lebatnya untuk memberikan ketenangan
Sedangkan Kenniro semakin mengeraskan tangisnya sambil memeluk tubuh besar Demario lebih erat
"Papa gimana? Kaki Ken nggak bisa jalan...hikss.." adunya dengan suara tercekat
Buk
Buk
Buk
"Hikss..."
"Aku lumpuh, pa...hikss"
"Kenniro!" Tangan besar Demario memegang tangan Kenniro yang terkepal
"Dengar papa!"
"Aku lumpuh pa...hiksss" ujar Kenniro, wajahnya mendongak dengan sungai kecil yang mengalir di pipinya
Demario menangkup wajah Kenniro dengan tangan besarnya. Ribuan jarum tajam seolah menembus dadanya melihat bagaimana hancurnya putranya saat ini
"Kenniro percaya kan sama Papa?" Kenniro tak menjawab, mengangguk, ataupun menggeleng. Isakan nya tak berhenti dengan sesekali sesenggukan
"Kenniro bisa jalan lagi seperti dulu, hm? Jangan menangis, Oke?"
Tak akan pernah Demario menunjukkan sisi lembutnya pada siapapun. Hanya Kenniro, Putranya yang paling ia sayangi. Dalam hati pun Demario mengumpati dirinya sendiri karena memberikan ajal secepat itu pada Darwin, orang yang membuat putranya seperti ini.
Tangis Kenniro mengeras bersamaan dengan eratnya pelukan yang diberikan sosok penguat di hadapannya
"Aku takut, Pa" suara lirihnya kembali berhasil menggores hati Demario yang sekuat baja
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESSANDRO
Short StoryKehidupannya yang awalnya tenang berubah, semua berubah sejak kedatangannya "Dia Papa mu, Ken!" Bugh! Bugh! Bugh! "KENNIRO!!"