PART 17

10.6K 654 12
                                    


Kenniro menatap punggung tegap Demario yang saat ini menjadi tumpuannya. Saat kecil, Kenniro selalu mendambakan sosok Ayah yang menggendongnya seperti saat ini, tapi keinginannya lenyap seiring berjalannya waktu

Dagunya ia tumpukan di bahu lebar Papanya. Sangat nyaman sehingga rasanya ia ingin waktu berhenti agar ia bisa merasakan kenyamanan ini terus-menerus

"Mas, Kenniro kenapa?" Tanya Irene saat mereka baru saja memasuki mansion dengan keadaan Kenniro yang nampak kacau

Demario tak menjawab dan terus berjalan menuju kamar dan dibaringkan nya sang anak di ranjang king size itu

"Badannya panas, telfon Dokter Galen" ujarnya setelah lama terdiam

Irene dengan cepat mengangguk dan langsung melenggang pergi untuk mengambil ponselnya. Demario duduk dan mengusap dahi Kenniro yang berkeringat cukup banyak

"Papa minta maaf" ujarnya dengan tulus sebelum mencium dahi anaknya sedikit lama

Demario bangkit, membuka kancing baju putranya dan menggantinya dengan piyama bewarna abu-abu dengan motif daun putih. Baru setelah itu Dokter Galen datang membawa tas berisi alat kedokteran, tidak lupa senyum ramahnya yang ditujukan pada lelaki dingin di depannya yang hanya diabaikan

Setelah itu Dokter Galen mulai memeriksa tubuh Kenniro dengan teliti. Memang harus seperti itu karena pawangnya menyeramkan

Ditengah kegiatannya, Kenniro selalu mengeluh kedinginan. Sesekali juga meringis merasa tak enak pada badannya

"Tuan muda hanya mengalami demam biasa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Cukup minum air putih yang banyak agar tidak dehidrasi dan juga kompres tubuhnya menggunakan air hangat setiap dua puluh menit"

Galen lalu pergi dari sana. Diambang pintu, ia menyerahkan resep obat pada Roy yang diterima dengan baik

"Sini mas" Irene membantu suaminya melepaskan jas menyisakan kemeja hitam yang sudah tampak kusut

"Aku mau turun siapin bubur dan air hangat. Setelah itu aku mau bicara sama kamu" Demario hanya bisa mengangguk dan mencium pucuk kepala Irene sebelum wanitanya itu pergi

Setelah kepergian Irene, Demario berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar Kenniro untuk bersih-bersih

Tak lama, Demario kembali keluar dengan tubuh yang lebih segar. Tangannya membawa handuk kecil yang ia gosok-gosokkan ke rambutnya yang basah

Ceklek

"Mas! Kenapa nggak pakai baju?" Tentu saja Irene kaget setelah membuka pintu dan disuguhkan dengan pemandangan Demario yang masih menggunakan bathrobe bewarna putih

"Bajuku kan ada dikamar kita, sayang" balas Demario santai

"Aku ambilkan"

"Tidak perlu"

Irene menurut dan mendekati ranjang Kenniro, begitu juga dengan Demario. Lelaki itu memperlihatkan istrinya yang sedang mengompres dahi anaknya, hatinya tersenyum melihat Irene yang begitu lihai merawat Kenniro yang sedang sakit.

"Dingin" keluh anak itu dengan mata yang masih setia terpejam

Demario pun menaikkan selimut tebal itu hingga batas dada, lalu Demario ikut berbaring dan memeluk Kenniro. Demario tak dapat menahan senyumannya kala anak itu semakin masuk ke dalam dekapannya

"Kamu mau bicara apa?" Tanya Demario sambil mendongak melihat istrinya yang duduk bersandar pada bed kasur

"Ah mas, kamu ganti baju dulu sana"

"Nggak mau. Lihat nih, nanti anak aku bangun" jawabnya yang mendapat cubitan di lengannya

"Kenniro kenapa bisa demam tiba-tiba? Kamu apain anakku?" Tanya Irene dengan menekan kata terakhirnya yang membuat Demario terkekeh

ALESSANDROWo Geschichten leben. Entdecke jetzt