1. Menjelang Ajal

46.4K 2.9K 133
                                    

Dulu aku pernah unggah cerita Mars and Venus di wattpad, kemudian aku hapus karena ditengah jalan aku mikirnya harusnya aku unggah dulu cerita yang lebih dulu dari Mars and Venus. Jadinya ya ini.
Luna disini adalah calon istri yang ditinggalin oleh Mars.

Handoko Tejakusuma tahu ini masa menjelang ajalnya.

Dia akan tidur selamanya dan tak akan bangun lagi. Belum pernah dirinya meyakini sesuatu tanpa keraguan seperti sekarang.

Dia benci menjadi tua namun tidak bisa menghindari. Dia juga tidak siap untuk mati namun pada akhirnya tahu tetap akan mati.

Dunia selalu penuh dengan kekontrasan yang seperti itu. Terkadang apapun yang dianggap sebagai usaha terbaik pada akhirnya tetap akan disesali.

Namun Handoko sadar manusia tidak bisa memutar waktu dengan seenaknya untuk membuat pilihan berbeda. Itu terjadi pada semua manusia, sama sekali bukan sesuatu yang dikhususkan untuk pria yang didaulat Forbes sebagai orang keempat terkaya di Indonesia saja.

Sudah tidak banyak waktu tersisa. Akan tetapi dirinya yakin jika Tuhan tidak akan sekejam itu merenggutnya dari dunia sebelum bertemu kembali dengan puteri semata wayangnya, Anamaraluna Tejakusuma.

Luna, demikian mendiang istrinya biasa memanggil puteri mereka, mungkin sedang terburu mengejar waktu untuk menjumpainya. Biar bagaimanapun jarak yang harus ditempuh dari Amsterdam ke Singapura tidaklah pendek.

Lelaki itu menghela nafas dari rongga dadanya yang sesak dengan perlahan-lahan. Rasanya gugup membayangkan kembali bertemu dengan Luna. Terlebih apa yang akan dia minta mungkin akan menghancurkan hati anaknya.

Luna tidak memandang bisnis yang secara turun temurun keluarga Tejakusuma jalankan dengan cara serupa dirinya. Bagi Luna, Industri Hasil Tembakau-jika tidak ingin menyebutkan usaha keluarga secara gamblang sebagai industri rokok-sama nistanya dengan bisnis narkoba juga perdagangan manusia.

Hanya saja industri ini cukup beruntung karena dilegalkan oleh pemerintah berkat kontribusi besar di bidang penyerapan tenaga kerja, dukungan terhadap prestasi olahraga juga budaya, dan-yang paling penting-sumbangan pajak dan cukai melebihi besaran yang mampu disumbang industri tambang internasional sebonafit Freeport.

Pertentangan itu pernah memuncak hingga pada akhirnya membuat Luna melarikan diri ke Eropa, memilih kebebasannya dalam menentukan karir dan sama sekali tidak berharap harus melanjutkan tradisi keluarga sebagai otak utama dalam bisnis yang menciptakan pecandu nikotin.

Suara pintu yang terbuka awalnya tidak mengusik lelaki paruh baya itu, tapi suara langkah halus yang berbeda dari langkah mantap juga tergesa para perawat yang familiar dengan pendengarannya mau tak mau membuat Handoko Tejakusuma berpaling untuk melihat siapa yang datang.

Rambut hitam legam dan warna kulit mirip paduan krim kental dan coklat leleh yang membaur lembut tidak mampu ditundukkan cahaya mentari pagi.

Mendiang istri tercintanya, Kartika memiliki kecantikan elegan serupa itu, tapi gadis lain yang mereka hadirkan bersama menampilkan keanggunan klasik wanita jawa yang mampu baur dengan modernitas masa kini.

"L-uv."

"Papi," Gadis itu menghampiri, duduk pada kursi yang disediakan di sisi tempat tidur seraya meraih tangan sang ayah yang bebas dari jarum yang terhubung ke labu infus atau kabel alat pendeteksi organ lainnya.

"Kenapa Papi enggak minta Luna pulang lebih cepat."

Handoko Tejakusuma tersenyum pelan mendengar keluhan dari suara serat sang putri. "Ini bukan apa-apa, Luv."

"Papi harus sembuh," permintaan itu tersendat oleh emosi yang menyeruak lewat tetesan airmata. "Demi Luna."

"Luv, Papi punya satu permintaan sama kamu."

Luna mengerjab menahan air mata yang mulai menyeruak dipelupuknya, "Luna akan lakukan apapun yang Papi mau." Bisikannya mantap dipenuhi tekad untuk menyenangkan hati satu-satunya orangtua yang masih dia miliki. "Papi jangan khawatir."

Handoko Tejakusuma kembali tersenyum, namun kali ini kelegaan mengalir lewat hembusan nafasnya.

"Te-jan Investama. Ka-mu ... ha-rus jaga Luv. Pertahankan-" nafasnya yang berat tersengal hingga kata-katanya mengalir dengan tersendat. "-tembakau."

Luna menahan erang dalam dada, sama sekali tidak menyangka jika kecintaan ayahnya terhadap tembakau demikian kuat hingga seakan tak ada hal lain yang lebih berharga baginya selain tanaman itu.

"Luna janji sama Papi," gadis itu menelan kelu ditenggorokan karena merasa berat dengan apa yang baru saja dia lakukan.

Janji itu akan membunuh idealismenya, akan tetapi saat dirinya meremas pelan jemari ayahnya yang ringkih dan dingin Luna tahu janji yang dia ucap adalah suatu hal yang memang harus dilakukannya.

"Luna akan jaga semua milik Papi dengan baik."

"Mi-lik Papi ... cuma kamu ... L-uv," bisiknya lemah. "Tapi perusahaan ... milik o-rang ... banyak."

Luna menatap sang ayah dengan kebingungan yang tak mampu dia tutupi. Sama sekali tidak menyangka pemikiran seperti itulah yang keluar dari mulut ayahnya, pengusaha besar yang masih menerapkan konsep tradisional dalam banyak aspek bisnis. Termasuk keengganan untuk membagi porsi besaran saham mayoritas yang dikuasainya pada siapapun-apa yang selama ini Luna anggap semata dilakukan untuk mempertahankan kedudukan sebagai penguasa tunggal di Tejan Investama.

Tapi sepertinya apa yang selama ini dipersangkakannya pada sang papi tidak seluruhnya benar, hingga membuatnya bertanya-tanya pemahaman macam apa sebenarnya yang telah dirinya lewatkan selama ini.

"Papi istirahat dulu, jangan khawatirkan apapun. Luna sudah di sini." Remasan balasan dijemarinya membuat tenggorokan Luna tercekat. Sentuhan yang sang ayah beri padanya terlalu lemah.

Semuanya memperjelas tekad Luna. Seperih apapun beban yang terpaksa dia emban dengan melanggar batasan idealisme yang selama ini dipegangnya erat-erat-sama sekali tak berarti jika sudah menyangkut bakti pada orangtua.

TBC

Apa ini?? Cerita baru?? Emak kau kurang kerjaan ... Lapak sana belum kelar udah main unggah2 yg baru aja.

Hehe ...gak gitu yaaah, kan yg disana udh mau tutup buku jd boleh dong kita unggah2 lg. Kalo soal Stuntmant sama La magia palingan Stuntmant yg masih panjang part-nya La magia sih udh mau kelar 😋😋

Oke ini cerita baru ...
Duuuuh berat ini cerita kayaknya ya 😅😅 mana bawa2 rokok segala, apa emak Megan Mpok mau mengenang masa lalu kali ya saat suaminya masih jadi SPJ (Sales Promotion Jenggotan) 🤣🤣🤣
Iyaaah aku lima tahun dihidupinya dari uang hasil ngeracun orang loh tapi sekarang alhamdullilah udah nggak kok.

Ini cerita nggak berat kok, hampir sama lah ramuannya kayak Rumah Warisan. Cuma ini yang jadi permasalahannya adalah sebuah perusahaan rokok yang memiliki sejarah enam generasi keluarga.

Bikin cerita ini bukan berarti aku pendukung industri rokok loh yaa!! Nggak bagiku rokok itu tetep racun. Tapi suer ketimbang banyak wanita di madu mendingan para suami yang mulai kegatelan dikasih racun aja loh, dan rokok adalah salah satu racun itu 😋😋😋 (apalagi kalo rokoknya dioles pake sianida, mantabss jiwa banget).

Tapi disini aku mau meluruskan satu hal yaitu bedakan antara rokok dengan tembakau ...
Tembakau sendiri kan tanaman, dan manfaatnya bukan cuma buat dibikin rokok. Walo memang industri hasil tembakau terbesar justru menghasilkan cemilan beracun itu sih. Tapi kalau ada yg sampe menggerakkan kampanye anti tembakau kurasa sih kurang tepat ... Yang lebih tepat menurutku kampanye anti rokok sih. Sebab masih banyak nenek2 yang suka nyirih pinang pake tembakau juga sih kasian kan kalo sampe ikut kena demo 😁😁

Disini banyak isu2 yg mau aku bagi, dan kebanyakan isunya agak lumayan bikin pusing tapi memang tetap harus dibagikan sih biar kita aware dengan sikon industri hasil tembakau kita. Kalo ada yg gak suka sih aku maklum yah asal jangan emak Megan Mpok ini kalian demo aja gara2 nulis ini 😁😁 bagaimanapun ini cuma fiksi buat hepi2 bukan buat diseriusin.

Btw male lead-nya namanya Ciel tapi dibaca Syel ... Dari bahasa Perancis artinya langit jadi dua tokoh disini masihlah senada sama mars n Venus namanya Ciel de Luna langit n bulan 😚😚😚

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang