9. Si Cantik

12.7K 2.1K 138
                                    

Empat sahabat tampak menikmati cuaca cerah yang menaungi private beach di mana mereka bersantai, pantai berpasir putih yang tersembunyi di bawah tebing karang dimana resto dan resort yang menjadi bagian dari jaringan grup bisnis yang sama berada.

Sejak Ciel Alfero pindah tugas di Indonesia ini baru kali ketiga mereka dapat berkumpul bersama.

Meski mereka berempat bekerja untuk APT tapi penempatan tugas yang berbeda membuat keempatnya jarang memiliki waktu untuk dapat kumpul-kumpul lagi.

Dua diantara keempatnya, sepasang suami istri tengah menikmati couple time mereka dengan bergantian mengoleskan sunblock ke punggung satu sama lain.

“Yicks!” Tygo, Alberian Phytagoras Manalu, mengeluarkan suara seperti ingin muntah melihat interaksi keduanya, sementara di kursi sebelahnya, berbaring shirtless dengan dua lengan terlipat di balik kepala, Ciel Alfero tersenyum, terlihat sama sekali tidak terganggu melihat aksi Seana dan Noah. 

“Envy?” cibir Noah datar. “Nikah Bro!”

Seana menepuk lengan suaminya sambil tertawa, “Honey, jangan ngomong gitu sama dia … kasihan, jodoh Tygo kan belum lahir.”

“Atau malah belum ganti kelamin,” timpal Noah kejam, tak mau kalah dari sang istri.

“Ckk, banyak omong lah kau Lae, nggak liat kau jodohku tiap malam gonta-ganti.”

“Jodoh apaan! Jodoh satu malam?”

“Yang penting punya lah, timbang yang disebelah ini,” Tygo menarik sudut bibirnya kearah El. “Produk Korea bukan tapi dipanggil Johyun—jomblo hitungan tahun.”

Semuanya, kecuali El, tertawa.

“Dia sih parah! Produk gagal move on.”

“Gimana mau move on, kalo malah jadi ketemu lag-” tatapan tajam El ke Sean menghentikan kalimatnya. “Ups … sorry, aku … keceplosan.” Tapi sayangnya baik Noah ataupun Tygo sama-sama tidak ingin melepaskan ketidaksengajaan ini begitu saja.

“Mereka sudah ketemu? Pantas akhir-akhir ini auranya si bos jadi beda. Kira-kira kita kenal siapa orangnya nggak, Schatzi*?”

“Kasih bocoran lah kita-kita ini, Seana!”

Seana melirik El takut-takut, “minta dia aja yang jelasin, takut salah ngomong lagi gue.”

“Bah payah kau,” Tygo mengeluh kecewa sambil mengalihkan tatapan pada Noah, “Lae, kuserahkan tugas mencari tahu padamu … yang semangat ya.”

“Kepo lo udah kayak yang punya akun lambe –lambe aja,” ketus Noah datar. “Nggak usah dicari tahu … repot amat, lama-lama juga ketahuan.”

“Keburu jadi begu* lah aku, kalau kau suruh tunggu pulak!”

“Anamaraluna Tejakusuma,” satu suara berat milik lelaki yang sedari tadi hanya berdiam diri menghentikan ocehan sahabat-sahabatnya. “Itu yang ingin kalian cari tahu?”

“Ana … Tejakusuma!” ulang Tygo setelah terdiam cukup lama, lelaki itu kemudian tertawa. “Becandaan kau gak lucu lah, Lae! Aku tau si Ana Tejakusuma itu calonnya CEO Rembaka Grup, kapan pulak dia mau jadi haholongan* kau, jangan mengada-ada kau ini.”

“Anamaraluna Tejakusuma, that’s … ah sia kia*!? What the hell!”

“Kau nggak serius kan, Lae?”
  
Ketidakpedulian El untuk menjawab rasa ingin tahu dua sahabatnya, membuat Seana angkat bicara. “Sulit untuk percaya memang, tapi nama yang selalu dia sebut-sebut tiap kali dia lagi nggak sadar … is her.”

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang