27. Past and Future

17.9K 1.4K 188
                                    

Hai ... hai ... emak balik bawak Babang jambret loh ini.

Mungkin ada yang heran kenapa sih untuk unggah cerita yang satu ini kok butuh waktu yang lama banget!? Ada yang gitu? hayo ngaku?

Oke emak jawab ya, jadi sejak emak malang melintang dalam dunia perwattpadan, ada dua tipe cerita yang emak tulis ... cerita sante unyu munyu bikin ngakak semacam Jlo dan Jmo yang emak bikin dengan tujuan biar dapet rileksasi dari lelah seharian jadi ibu rumah tangga, dan cerita serius yang sengaja ditulis untuk jadi makanan bagi otak emak yang kadang emang demen sama sesuatu yang serius-serius menjurus, salah satu cerita tipe gitu adalah PTM ini.

Buat nulis satu part PTM, Emak kudu mantengin banyak artikel ekonomi, nyimak obrolan trend saham di lapak sosmed pakar investasi bisnis walo jujur emak nggak mudeng-mudeng banget.

btw cerita ini mulai ditulis di tahun 2017 dan unggah di tahun 2018 dan sampe sekarang belum kelar juga, pertinyiinnyi adalah why? Ya karena saat itu Emak masih melihat kemungkinan macam apa yang akan terjadi beberapa tahun ke depan. Dan trend bisnis itu walo dinamis tapi hasilnya baru bisa dilihat dalam jangka waktu panjang.

Saat nulis ini dulu, perusahaan rokok yang Emak jadiin role model udah terdengar isu kalau bakalan bangun bandara, dan merumahkan sebagian karyawannya dan emak terus memantaunya sampai hari ini.

Dan Alhamdullilah besok perusahan yang bersangkutan bakalan ground breaking pembangunan bandaranya, dan kita akan lihat hasilnya dua tahun kedepan gimana. Semoga ending cerita ini nggak jauh-jauh lah dari kabar bahagia, sama membahagiakan seperti akhirnya kita tahu, ada juga megaproyek yang investasinya 100% dilakukan swasta nasional 😘😘😘

Selamat membaca gaes jangan lupa komen dan votenya yaaa

Luna melirik arloji cartier yang menghiasi pergelangan tangan kirinya seraya menghela nafas lelah. Sudah lewat tengah malam dan dia masih dalam perjalanan pulang ke rumah setelah menyelesaikan meeting dadakan dengan staf kementrian tenaga ahli yang diundangnya untuk membahas rencana investasinya yang baru.

Dua hari berturut-turut dia terpaksa pulang larut hingga hanya bisa melihat putrinya yang sudah terlelap tanpa bisa menikmati celoteh riang Vale yang selama ini jadi obat untuk rasa lelahnya sepulang bekerja.

Luna tahu kalau diam-diam Vale kesepian, akan tetapi selama mereka tiba di Jakarta tanggung jawab pekerjaannya yang tak kenal kata selesai membuatnya terpaksa harus memendam rasa rindu juga bersalah pada sang putri.

Mobil berhenti di depan gerbang rumah selagi menunggu satpam membukakan pintu pagar. Tak menunggu lama mobil kembali melaju memasuki halaman dan berhenti tepat di depan pintu utama. Saat turun Luna melihat Maybach hitam milik El terparkir di garasi.

“Vale sudah tidur?” Luna menanyakan itu pada Bu Ningrum, kepala pengurus rumah yang menyambutnya di depan pintu.

“Sudah dari jam sepuluh tadi Mbak,”

“Kok bisa lewat dari jam tidurnya?” Luna mengernyit tak suka mendengar laporan itu.

“Non Vale sedikit rewel pengan ketemu sama Mbak, tadi untung Mas El bisa bujuk supaya Nona kecil nggak nangis … baru mau tidur setelah digendong lama banget sama Mas El, Mbak.”

“Mereka di kamar Vale?”

“Di ruang gardenia Mbak.”

Luna menghentikan langkahnya yang sudah siap untuk naik ke lantai dua dan berbalik menuju arah ruangan yang dikatakan Bu Ningrum.

Ruang gardenia adalah ruang tambahan yang menghadap ke taman belakang rumah keluarga Tejakusuma. Bangunan semi klasik yang di dominasi oleh kaca dan memang difungsikan sebagai ruang untuk mandi matahari oleh mendiang Kakek dan Ayah Luna.  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang