23. The Deal

19.9K 2.6K 591
                                    

Ada yg kangen sama Bang Bret Jambret?
Doi balik lagi nih! Bawa drama baru yang manis dan gurih.

Kenapa baru unggah sekarang? Sengaja sih ... 😋😋jangan lupa komen n votenya yaaah

Selama empat belas tahun mengenal El, Luna mengetahui kalau lelaki itu tipe orang yang selalu membungkus kebenaran dalam balutan ketidakpedulian atau  sarkasme.

Tetapi kali ini Luna sama sekali tidak melihat jejak dua hal itu dalam pengakuan El. Satu-satunya yang mampu dia lihat hanyalah tekad yang kuat juga ketulusan yang tidak lagi coba El sembunyikan.

Bagi Luna ini justru terasa bagai ironi.

El adalah impian sekaligus ketakutannya. Memiliki El adalah apa yang paling dia inginkan namun tidak berani dia harapkan. Dan sekarang saat laki-laki itu menetapkan satu kehendak di jalur yang sama dengan apa yang dia inginkan … Luna justru merasa ragu.

“El,” gumamnya setelah menelan seluruh rasa gugupnya, bagaimana pun mereka berdua teramat jarang membahas tentang cinta dengan cara seintens ini, “kamu sadar apa yang baru saja kamu katakan?”

El mengangguk enteng. “Sangat sadar … dan seharusnya aku mengatakannya lebih cepat padamu.”

“Dan apa yang akan kamu dapatkan? Bagaimana pun aku tidak diajarkan untuk menggunakan emosiku dengan benar, aku tumpul, cacat … dan kamu sudah tahu itu sejak dulu.”

Dengan satu gerakan lembut jemari El menyentuh dagu Luna, mengangkat wajah itu hingga netra mereka terkunci pada satu sama lain. “Itu semua di bentuk. Untuk kepentingan TIV kamu dibentuk untuk mengendalikan semuanya, bahkan emosi … tapi karaktermu yang sesungguhnya tidak hilang Luv, dia hanya terkubur jauh oleh kendali diri yang diajarkan padamu,”

“Bagaimana kamu bisa yakin?” Luna menatap El tidak mengerti. Namun lelaki itu hanya membalasnya dengan senyuman.

“Karena keberadaanku hingga saat ini adalah bukti kamu masih memiliki emosi, bahkan mungkin itu lebih kuat dari yang bisa kita bayangkan.”

“….”

“Hari saat kamu mendatangiku di ruangan Osis, malam saat kamu menunggui aku yang dalam pengaruh obat perangsang, juga hari di mana kamu mempertaruhkan dirimu sendiri untuk menukarnya dengan masa depanku … itu semua wujud emosimu Luv.”

“Kamu punya itu tapi tidak terbiasa menunjukkannya karena sesuatu akan langsung berubah kalau emosimu yang berbicara.” El membelai rambut Luna dengan penuh kasih, “Ingat satu hal Luv, jangan pernah bilang kalau kamu cacat karena di mataku kamu sempurna dengan cara yang nggak akan pernah bisa dicapai oleh perempuan lain.”

Kalimat El bagai guyuran air segar yang ditumpahkan ke hati Luna yang selama ini tandus. Membuatnya tak bisa mengatakan apapun hanya terpaku memandang laki-laki yang masih bersandar di kepala ranjangnya dengan sepasang lengannya yang mengungkung tubuh Luna dan mengunci tatapnya dengan limpahan tatapan memuja. 

“Sekarang apa yang harus kulakukan?” Luna tampak kebingungan dengan penjelasan El, ketenangannya terkoyak meski reaksinya hanya berupa kerjaban mata yang dilakukan berulang kali.

“Pelan-pelan saja … biarkan dirimu menerima, mempelajari dan menyadari semua wujud emosi itu.”

“Apa akan berhasil?”

El menatap Luna lembut, wanitanya begitu menarik ... bahkan membicarakan perkara hati bersama Luna akan terasa seperti membahas kompetisi.

“Keberhasilan seperti apa yang ada di benakmu Luv?” El memberi umpan balik atas pertanyaan itu. Dan benar seperti dugaannya, tatapan Luna terlihat kosong karena pertanyaannya.

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang