10. Presumption

11K 2.1K 124
                                    

Balik lagiiih 😊😊😚😚😘😘
Mari kita kulik2 hatinya babang El tercyintaaah.

Sejak pertama kali mengenal Luna, di hari pertama masa orientasi siswa, El memiliki semacam kebiasaan aneh yang membuatnya sukar untuk mengalihkan perhatian dari gadis itu. 

Tidak seperti kebanyakan teman perempuan yang berusaha dekat dengannya, sikap Luna membuat El tidak cukup berani untuk berpikir jika siapa saja, dalam gender berbeda, akan jatuh cinta padanya.

Interaksi mereka pun sangat terbatas, karena El selalu berada dalam posisi pusat perhatian sementara Luna layaknya kebanyakan introvert selalu menegaskan dirinya sebagai makhluk soliter. Tapi pastinya tidak ada yang pernah menyangka sedikitpun jika satu-satunya gadis yang membuat El tertarik hanyalah Luna.

Luna yang memiliki wajah sederhana khas gadis Indonesia, Luna yang tidak memiliki kulit putih mulus bercahaya melainkan kulit eksotik dalam paduan warna krim kental dan coklat leleh yang membaur dengan lembut.

Dan Luna yang selalu memasang tampang dingin penuh perhitungan, juga ketenangan yang nyaris terasa tidak manusiawi untuk remaja seusia mereka.

Segala sesuatu tentang Luna memikat El remaja di luar nalar hingga terkadang saat sedang sendirian El menyempatkan diri untuk menganalisis alasan ketertarikannya itu, tapi dia tidak menemukan apapun yang bisa memberinya penjelasan. Dan El ingat betapa kacau pikirannya saat menyadari perhatian Luna sepenuhnya tertuju pada Marshello, sahabat baiknya sejak kecil.

Marshello Andika Halim, anak haram Hartanto Halim yang sudah secara resmi diakui secara hukum, meski di masa depan Marshell tidak akan menjadi ahli waris Halatara Grup akan tetapi tunjangan yang berhak diterimanya dari sang ayah biologis cukup untuk membeli satu unit mobil baru setiap bulannya.

Anak haram atau bukan Marshello Andika Halim jelas bukan lawan untuk El.

Karena itulah meski Marshell menganggap El sebagai saudara, namun diam-diam bagi El sahabatnya itu adalah saingan yang harus disingkirkan. Dan demi alasan itu dia belajar dan bekerja sepuluh kali lipat lebih keras dari teman-temannya, hanya untuk menjadi yang terbaik dan mendapat perhatian Luna.

Tapi itu tidak pernah terjadi, Luna jelas bukan tipe yang mudah ditakhlukkan, dan El berada jauh dari jarak pandangnya, sampai peristiwa itu terjadi. Dimana kejahatannya disaksikan oleh gadis itu.

Rasanya bagai ironi, selama hampir dua tahun ajaran dirinya bekerja keras hanya untuk mendapat perhatian, tapi satu kejahatan yang dilakukannya lah yang membuat Luna mengunjunginya secara pribadi.

Malu. Itu hanya emosi paling tipis dari apa yang El rasakan saat itu. Sementara rasa lain yang lebih mempengaruhi adalah takut. El ketakutan saat Luna mulai membuatnya selalu berada dalam pengawasan.

El selalu memimpikan kedekatan dengan gadis itu, hanya saja bukan kedekatan yang mengikatnya untuk mendapat perlakuan sebagai bawahan Luna. Atau justru takhlukan yang harus selalu tunduk pada keinginannya. Akan tetapi itulah yang Luna lakukan, gadis cinta pertamanya menghancurkan impian El untuk menjadi pasangan yang setara … memperlakukannya tak lebih layaknya budak dalam kuasa sang nona muda calon pewaris Tejan Investama.

El patuh dengan terpaksa, namun meski dipermukaan dirinya selalu menampakkan kebencian dihadapan gadis itu, hanya dirinya yang tahu kalau ambisinya untuk menjadi pasangan yang setara untuk Luna tidak pernah memudar tapi justru makin berkobar.

Bahkan setelah peristiwa pengkhianatan Luna yang membuatnya terpuruk dan terpaksa melarikan diri jauh ke Leiden.

Dalam tiap hitungan detik tahun-tahun yang terlewati, juga jarak yang memisahkan—Jarak nyata berupa ribuan mil waktu tempuh dari Jakarta-Leiden, jarak tak kasat mata yang membedakan antara seorang Tejakusuma dengan anak tak ber-ibu bapak, juga jarak kejam yang menghitung kepantasan satu sama lain berdasar jumlah uang di saku masing-masing—rasa  itu tidak juga mampu dia habisi.

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang