11. Between Camouflage and Allegation

12K 2.1K 186
                                    

Tatapan Luna tertuju pada kemasan-kemasan kaca produk kosmetik lokal Bali yang diolah dari bahan-bahan natural dan dengan cara pengolahan yang mengedepankan proses produksi yang bersifat ekologis bertanggung jawab, ramah lingkungan, dan sesuai prasyarat global di sektor organik.

Usai mengantar Vale beserta Gwen dan Khem ke taman burung,  Luna memilih menemui sahabatnya lamanya yang kini menetap di Bali.

Kedatangannya bukan tanpa tujuan, dan sebenarnya menemui pendiri sekaligus pemilik brand kosmetik Essenza Botanica ini adalah kamuflase bagi tujuannya yang utama--menemui Valeraine.

Meski pada akhirnya tidak begitu berhasil,   Akan tetapi Luna tidak berniat untuk mengakhiri kamuflasenya.

Sejak pertemuan tak disengajanya dengan El, pikiran Luna sebenarnya  tidak dapat fokus pada apapun, hingga rasanya berat sekali jika harus bersandiwara seolah-olah tidak terjadi apapun  saat berhadapan dengan Gwen dan Vale.

Karena itulah dia lebih membiarkan Deevika Kilau Radian, pendiri sekaligus pemilik brand kosmetik Essenza Botanica membawanya berkeliling pusat produksi sekaligus gerai pusatnya di Kuta.

“No paraben, no silicon, no animal testing … no an organic ingredient, dengan harga yang berada di range produk kecantikan premium, brand ini nggak familiar untuk masyarakat kelas bawah tapi berhasil memiliki jaringan penjualan hingga ke Moskow, Hongkong, dan San Francisco.”

Luna tahu kalau di Bali setiap produk Essenza Botanica sudah seperti oleh-oleh wajib yang mesti dibawa pelancong  mancanegara sebelum pulang ke negaranya. Karena itu selain di Kuta dan beberapa kota wisata lainnya outlet Essenza Botanica juga tersebar di beberapa hotel bintang empat dan bandara di Bali.

Tangan Luna meraih botol plastik rejuvenating produk berbahan alami minyak mawar dan kamomil. Kemasannya cukup sederhana tetapi desain logo yang tertempel mengubahnya menjadi cukup berkelas.

Akan lebih elegan lagi jika logo yg berbahan kertas diganti dengan logo yang di cetak langsung di kemasannya, pikir Luna kritis.

“Untuk bahan bakunya, kamu impor atau lokal?”

“Gue pake dua-duanya Lun, lo tau lah, beberapa jenis minyak essential dari tanaman tertentu nggak ada di Indonesia, tapi sedapat mungkin kami berusaha untuk fokus dengan bahan lokal.”

Kilau kemudian meraih sebotol  cairan cleansing oil. “Ini contohnya, siapa yang sangka kalau biji carica yang selama ini dianggap limbah ternyata bisa jadi pembersih kosmetik yang efektif.” 

Luna tersenyum lebar, “menarik, komentarnya seraya memanggil Risa, personal assistant yang ikut mengiringinya sejak tadi. “Ambil seri Rose ini untuk saya, buat  kamu silahkan pilih mana yang disuka,” perintahnya santai sambil kembali menoleh kearah Kilau.

“Kamu nggak tertarik untuk membuat series skincare kolagen?”

“Waaah … itu sih impian hampir setiap pengusaha kosmetik, tapi lo tahu lah, produk gue ini nggak cuma dinilai dari sisi isu alami dan organiknya aja tapi juga ditujukan untuk konsumen tertentu, salah satunya para vegan, padahal kita semua tahu kebanyakan bahan baku kolagen berasal dari produk limbah hewani.

Ada juga sih yang terbuat dari rumput laut ungu, tapi nggak ekonomis dan untuk di olah jadi produk kosmetik juga biaya produksinya nggak murah, sementara kolagen yang dihasilkan kualitasnya tidak sama dengan kualitas kolagen alami manusia.”

“Sudah mempelajari kolagen dari bahan baku tembakau?”

Kilau tampak kaget mendengar pertanyaan Itu.

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang