25. Kegemparan (2)

12.6K 1.5K 287
                                    

Masih ada yang kangen nggak sih sama si Abang satu ini!?

Btw  ini iklannya watty ngeganggu banget nggak sih!? Udah pake iklan di cerita gratisan orang, eh makin ke sini aku ngerasa performanya kok jelek banget ... Sebab tiap kali aku unggah nggak bisa langsung muncul dalam sekali  ketuk macem dulu, sumpah jengkel banget ... Apalagi kalo udah ceritanya babang mafia noh, makin bermasalah.

Ini nih yang kadang bikin emak males unggah, watty lagi  demen baperan kayaknya 😒😒😒

Dua hari setelahnya ketenangan di Halatara Strategic Tower sedikit terusik dengan kemunculan berita tentang sosok ‘penting’ yang meminta izin mendarat di helipad menara untuk temu janji dengan CEO mereka.

Tidak ada satupun yang dapat menebak siapa orangnya, hingga ketegangan terasa makin meningkat tiap detik di menara megah  tiga puluh lantai itu.

Ketika akhirnya helicopter pribadi itu mendarat selepas maghrib beritanya sudah menyebar dan rasa penasaran itu akhirnya terjawab saat akhirnya ‘sosok misterius’ itu keluar dari private lift di lantai duapuluh dua dengan kawalan dua bodyguard dan seorang asisten pribadi.

Luna bukan kalangan sosialita yang dikenal luas publik meski nama besar Tejakusuma selalu dikaitkan dengan sosok misteriusnya.

Akan tetapi beberapa petinggi Halatara termasuk pengecualian. Dan Jayden Caraka salah satu diantaranya.

Mereka berpapasan di depan koridor menuju ruang kerja petinggi Halatara.

Jayden yang baru selesai melakukan meeting dengan tim pemasaran jadi pihak yang pertama menyadari kedatangannya.

Lelaki itu menghentikan langkah dan memasang senyum ramahnya.

“Sepupu!” sapa pria jangkung berkacamata itu pada Luna. “Sungguh kejutan melihatmu muncul di sini … mungkinkah itu artinya sebentar lagi kabar baik tentang dua perusahaan bisa segera dipastikan?”

Luna tersenyum tipis mendengar kalimat sindiran yang ditelinganya terdengar bagai kesombongan yang tidak pada tempatnya.

“Aku harap tidak akan mengecewakanmu,” balas Luna datar. “Permisi,” setelahnya Luna berlalu dari hadapan suami sepupunya itu.

Meninggalkan Jayden dan beberapa anggota tim kerjanya yang tentu saja berusaha menuntaskan keingintahuan mereka dengan kedatangan owner sekaligus CEO perusahaan rokok saingan Halatara itu.

Lantai tempat El bekerja bukan lantai yang bisa diakses karyawan biasa dengan mudah. Itu dijelaskan dengan adanya dua petugas penerima tamu dan seorang petugas keamanan yang menyambut Luna di lobi.

Ada beberapa staf direksi yang tampaknya tengah bersantai, salah seorang tampak berdiri dekat dinding kaca seraya memainkan ponsel, sementara beberapa lainnya—yang hendak pulang—mengantri di depan lift karyawan.  

Begitu Luna tiba petugas penerima tamu menyambut ramah.

“Selamat sore Miss, ada yang bisa saya bantu?”

Luna tersenyum menawan seraya menyentuh pinggiran meja resepsionis di depannya dengan ujung jemari tangan kiri yang salah satunya dihiasi cincin berlian mewah dengan cutting khusus milik desainer permata asal Amerika Serikat yang pernah membuat cincin pertunangan untuk aktris Reese Witherspoon.

Benda itu dipakaikan secara pribadi oleh El kemarin malam di rumahnya, sebagai simbol pengikat.

“Bisa tolong sampaikan pada Mr. Ciel Alferro ... tunangannya ingin bertemu.”
Kata-katanya mengalir manis, akan tetapi kejutan yang dibawanya bagai sambaran petir di siang hari yang cerah.

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang