1 - Prolog

2.4K 103 4
                                    

Dear : Para pembaca

Sebelumnya jangan pada gebukin saya karena update cerita baru 😅, padahal cerita yang on going masih belum selesai 😓.

Hari ini adalah hari pertama dan pertama kalinya saya merasa tertantang dan minat ingin meramaikan 100 Days Writing  Challenge (ODWC) yang di selenggarakan oleh AMB_publisher untuk memperingati anniversary yang kedua tahun 🎉🎉

Jadi saya mohon pemakluman buat pembaca historical fiction dan fantasy saya 😊, cerita yang on-going pasti tetap saya update kok 😉.

Dan ohiya, doakan saya yah. Bukan didoakan untuk menang 😅, cuman doakan saya semoga idenya tetap ngalir, hingga cerita ini selesai sesuai targetnya 😘

Finally, selamat membaca 😉 dan jangan lupa VoMent kalian ku tunggu 💕

.

Seharusnya hari ini sama seperti hari - hari minggu yang selalu di habiskan Dierga Danuarta beberapa tahun terakhir di Apertemennya yang ada di Jakarta. Namun nampaknya minggunya kali ini dan hari-hari minggu yang akan datang tak akan pernah setenang hari minggu yang ia lewati dengan tenang dan damai seperti sebelum - sebelumnya.

Semenjak pulangnya Dirga kerumah orang tuanya yang berada di Bandung minggu lalu, hari minggunya tidak akan pernah lagi setenang dulu. Dan hari ini nampaknya dewi keberuntungan juga tak berpihak padanya. Minggu yang seharusnya ia pergunakan untuk istirahat dengan tenang dan damai harus terusik dengan suara berisik yang berasal dari kamar sebelah yang merupakan kamar adiknya Disya Almaera Danuarta.

Entah apa lagi kali ini. Suara tawa Disa dan tetangganya Nona Goblin kembali melengking dengan nyaring dan mengusik ketenangan Dirga seperti hari minggu sebelumnya.

Nona Goblin adalah julukan yang Dirga berikan untuk sahabat Disa.
Namanya Fayana Jingga Maheswari, salah satu tetangganya yang ia beri beri julukan Nona Goblin karena kecintaannya pada aktor korea Gong Yoo yang menjadi pemeran utama drama korea 'Goblin' yang biasa ia nonton bersama Disa berulang - ulang kali.

Dirga tidak terlalu menyukai gadis pecinta K-pop ataupun gadis pecinta Drama Korea, baginya mereka terlalu kekanakan dan lebay. Dan Nona Goblin jelas masuk dalam blacklist wanita idealnya, karena Nona Goblin menyukai dua hal yang tidak Dirga sukai.

Selama ini tipe ideal Dirga masih sama;

1. Berjenis kelamin perempuan. Tentu saja harus perempuan, sebab di luar sana banci dilihat dari belakang pun bisa kita sangka perempuan.
2. Cantik. Harus cantik dong, biar nggak malu-maluin di bawa ke kondangan.
3. Cerdas, kalem dan juga dewasa.

Lamunan mengenai tipe ideal Dirga harus buyar ketika suara tawa Disa dan Nona Goblin semakin kencang. Dirga dengan kesal menjambak rambutnya frustasi dan beranjak bangun dan mendudukan dirinya di atas tempat tidurnya. Tatapan mata Dirga menatap tajam tembok pembatas kamarnya dengan kamar saudarinya Disa.

Entah hal apa lagi yang kedua gadis itu nonton di leptop milik Disa. Ingin rasanya Dirga menyita ataupun merusak benda kebanggaan Disa tersebut agar adiknya itu tidak lagi mengganggu minggu tenangnya.

Sayang niat Dirga untuk menyita ataupun merusak leptop Disa tak mampu ia wujudkan. Itu dikarenakan Disa merupakan tipe gadis yang suka mengadu pada kedua orang tuanya, dan membayakan mendapat teguran dari papanya dan omelan dari mamanya membuat Dirga mengurungkan niatnya.

Dirga menghela nafas berat, ia masih mencoba untuk menenangkan dirinya dan membiarkan Disa dan Faya berbuat semaunya. Namun seiring berjalannya waktu, Dirga akhirnya mulai tak tahan dengan suara tawa keduanya yang membuat kedua telinga Dirga berdenging.

Dirga beranjak bangun dari duduknya, ia lantas melangkah dengan kesal keluar dari kamarnya menuju kamar Disa untuk mengajukan protes dan ketidak sukaannya.

Saat Dirga tiba di depan pintu bercat putih yang berada di sebelah pintu kamarnya, Dirga langsung mengetuk pintu tersebut dengan membabi buta.

Disa yang merasa terganggu dengan suara ketukan itu lantas berdecak kesal dan mulai beranjak meninggalkan variety show Running Man episode terbaru yang ia nonton bersama Faya untuk membuka pintu kamarnya. Saat Disa membuka pintu, ia tidak terlalu terkejut saat mendapat abangnya Dirga yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Apa sih bang?" Tanya Disa dengan nada suara terdengar sangat kesal.

"Kamu tuh yang apa. Bisa nggak kalian nggak ribut? Kalian berdua ganggu waktu istirahat abang!" Balas Dirga tidak kalah kesal.

"Nggak bisa" balas Disa tegas.

"Lagian yah bang, kalau abang terganggu dengan suara cempreng kita, mending tuh telinga abang sumpel pakek kapas atau aerphone. Kalau abang ngeluh repot, mending tuh kamar abang renovasi biar kedap suara. Lagian yah, ngapain punya duit banyak kalau nggak di pergunain untuk kepentingan pribadi" omel Disa mengebu-gebu.

"Atau jangan-jangan abang sengaja yah buat gangguin kita?" Tanya Disa dengan mata memincing curiga.

Dirga menganga dan tak mampu berkata-kata dengan tuduhan tak beralasan adik bungsunya. Tolong katakan pada Dirga, apa faedahnya menganggu dua gadis yang merupakan mahasiswi semester akhir?

Dirga tidak sekurang kerjaan itu untuk menganggu mereka. Lagian akan lebih bermanfaat jika tenaga Dirga ia pergunakan untuk hal yang bermanfaat, bukan dengan menganggu mereka berdua yang berujung tenaganya terbuang sia - sia.

"Ngapain abang ganggu kalian, unfaedah sekali" balas Dirga sarkas.

"Siapa tahu abang cuma modus gangguin kita biar lihat Faya" kata Disa

"Abang suka Faya yah?" Todong Disa tak lupa dengan kedua alis yang di naik turunkan seraya mengoda Dirga.

Bukannya merasa malu akan godaan Disa, Dirga malah dibuat semakin kesal dengan pertanyaan yang tak pernah Dirga sangka dari adiknya.

"Abang nggak suka sama gadis pecinta K-pop dan Drama korea, apalagi gadis pengagum Oppa-oppa garis keras. Paham?" Teriak Dirga berang tak lupa menekan kata di kalimat terakhirnya.

Disa yang mendapat teriakan kemarahan Dirga terlonjak kaget. Ia tidak pernah melihat Dirga semarah ini.

Dirga menatap Disa dengan tatapan tajam, ia lantas berbalik meninggalkan Disa yang masih termenung di ambang pintu kamarnya karena begitu terkejut dengan teriakan Dirga yang naik beroktaf-oktaf.

Masa bodoh jika Disa mengadukan dirinya pada kedua orang tuanya. Saat ini Dirga hanya butuh pergi dari rumah seraya menghirup udara segar dan menjernihkan pikirannya.

Dirga sama sekali tidak tahu bahwa suatu hari nanti, perkataan yang ia ucapkan dengan kasar hari ini akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Suatu hari nanti, Dirga akan kembali menarik kata-katanya dan menjilad ludahnya sendiri. Karena maha suci Allah, Tuhan yang maha membolak-balikkan Hati.

.
.
.
.
.

TBC

Written on September 12th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now