13

540 39 0
                                    


Fatih baru saja kembali setelah membeli garam di warung yang berjarak dua rumah dari rumah mereka, ia lantas melangkah menuju dapur dimana Faya telah menanti kedatangannya dengan barang yang sangat Faya butuhkan.

"Ini garamnya mbak"

Fatih menyodorkan sebungkus garam halus yang ia beli, Faya lantas mengambil garam yang adiknya sodorkan dan tak lupa mengucapkan terima kasih dan setelahnya ia melanjutkan pekerjaannya.

Fatih mengamati setiap pergerakan kakak keduanya, Fatih akui Faya sangat mahir memasak semenjak kedua orang tua mereka meninggal karena insiden kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Saat itu Faya berumur 13 tahun dan masih duduk dibangku kelas 2 SMP, sedangkan ia saat itu berumur 9 tahun dan masih duduk dibangku SD.

Saat kedua orang tua mereka meninggal dunia, Fatan saat itu berumur 18 tahun dan tengah menjalani pendidikan Akademi Kepolisian (Akpol), saat Fatan tak bisa menjaga mereka karena pendidikan yang harus ia selesaikan, Faya dan Fatih di asuh oleh kakek mereka Muh Farizzi Maheswari di Bandung. Setelah pendidikan Fatan selesai, kakek mereka kembali ke Jakarta karena harus membantu om Farhan Maheswari yang merupakan kakak dari Ayah mereka untuk mengurus bisnis keluarga yang ada di Jakarta.

Selama 3 tahun lebih dalam asuhan kakek mereka, Fatih merupakan orang yang menyaksikan betapa kerasnya perjuangan Faya dalam belajar dan berlatih menjadi perempuan yang mandiri di bawah bimbingan kakek mereka. Kakek mereka merupakan pria yang keras dan tegas dalam mengasuh, mengajar, mendidik dan membimbing mereka. Mungkin karena dulu kakek mereka merupakan seorang mantan perwira polisi dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), sebelum mengundurkan diri dan memulai sebuah bisnis usaha kuliner.

Fatih menatap Faya yang kini mencicipi masakannya yang telah di beri garam. Fatih masih sangat ingat jika salah satu yang Faya pelajari dari kakeknya saat orang tua mereka baru saja meninggal adalah memasak. Masih sangat jelas tersimpan dalam ingatan Fatih betapa kerasnya Faya belajar memasak demi ingin menjadi perempuan yang mandiri juga demi ia dan Fatan. Kini kemampuan memasak Faya semakin berkembang dan Fatih akui masakan kakak perempuannya itu semakin enak dari waktu ke waktu.

"Fatih, bantu mbak bawa ini kemeja makan" pinta Faya menyodorkan sepiring sayur kangkung tumis pada Fatih.

Fatih tersentak dari lamunannya, ia lantas mengambil piring yang Faya sodorkan dan membawanya menuju meja makan. Tak berselang berapa lama Faya menyusul membawa dua piring di kedua tangannya, ia lalu menaruh piring yang di bawahnya ke atas meja makan.

Siang ini mereka akan menyantap sayur kangkung tumis, bakwan jagun, ayam goreng dan sambal terasi. Semua makanan yang ada di atas meja makan merupakan makanan kesukaan Fatih.

"Ayo makan, sebelum itu mari kita berdoa terlebih dahulu!" Ajak Faya yang langsung di angguki Fatih.

.
.
.

Setelah makan, baik Fatih maupun Faya menghabiskan waktu mereka dengan menonton anime kesukaan keduanya. Detective Conan merupakan anime Jepang favorit Fatan, Faya dan juga Fatih. Saat ini Faya dan Fatih tengah menonton movie keluaran terbaru tahun 2019 di leptop milik Faya.

Disela - sela mereka menonton detective conan movie 23 the fist of blue sapphire, Fatih mulai mengajukan pertanyaan masalah selembar kertas yang Faya tempel di dinding tepat di atas meja belajar milik saudara perempuannya itu.

"Mbak" panggil Fatih

"Hm" balas Faya dengan gumaman

"Mahasiswa ataupun mahasiswi yang mau skripsi emang harus ada peraturan segala ya mbak dengan dosen pembimbingnya?" Tanya Fatih

"Kamu baca kertas yang mbak tempel yah?" Tanya Faya balik.

"Iya!"

"Menurut mbak sih tergantung dosen pembimbingnya. Seperti dosen pembimbing mbak sekarang, dosen pembimbingnya sinting bin gila pake peraturan yang lebih kayak perbudakan!" Jawab Faya menggebu.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 29th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now