19

534 42 0
                                    


Dirga meninggalkan Disa masih dengan raut wajah berang. Dirga tak peduli jika adiknya itu terus mencercanya dengan segala omelannya. Saat ini Dirga hanya butuh menghirup udara segar untuk menghilangkan amarahnya yang hendak meledak.

Mungkin dengan ia keluar dari rumah kedua orang tuanya sebentar seraya membeli obat untuk Faya, Dirga bisa mengatur emosinya.

Dirga bersyukur, walaupun ia terus disudutkan dan dihakimi oleh adik bungsunya, ia masih bisa menahan dirinya untuk tidak menerjang dan menampar Disa. Jika saja ia dikuasai oleh amarah dan menampar adiknya, Dirga sungguh akan merasa sangat bersalah dan menyesal telah melakukan hal itu.

Dirga membuyarkan lamunannya, ia lantas menatap langit yang masih diselimuti awan hitam. Hujan gerimis masih turun dan membasahi bumi pertiwi. Bau tanah yang basah menguar bercampur dengan angin yang berhembus kencang.

Dirga bergidik saat hembusan angin menerpa dan menyapu permukaan kulitnya. Ia lantas memeluk tubuhnya sendiri dan mengusap - usap lengannya seraya memberi kehangatan untuk dirinya sendiri.

Saat Dirga masih setia mengusap kedua lengannya, bayangan Faya yang masih terbaring di atas tempat tidur dengan wajah pucat seketika melintas dalam benaknya. Rasa bersalah dan menyesal membelenggu Dirga, ia sungguh tak bermaksud mempermainkan Faya apabali bermaksud jahat dan kejam seperti tuduhan adiknya dan sahabatnya.

Dirga menggeleng seraya membuyarkan lamunannya, ia lantas berlari menerobos gerimis menuju mobilnya yang ada di bagasi. Bersyukur saat Dafa pergi, sahabatnya itu membuka pintu gerbang cukup lebar sehingga Dirga tak perlu susah payah mendorong pintu gerbang setinggi 2 meter itu.

.
.
.

Jika boleh, Faya tak ingin terjebak dalam situasi dimana ia mendengar perdebatan dan pertengkaran antara dosen sintingnya dengan seorang pria tampan yang mungkin berusia di akhir dua puluhan yang Faya yakini adalah seorang dokter karena mengenakan jas putih yang merupakan jas kebesaran seorang dokter.

Faya cukup terkejut dengan pertengkaran keduanya. Terlebih lagi pertengkaran antara dua pria yang sama - sama memiliki paras tampan khas orang asia itu karena dirinya.

Ingin rasanya Faya menghentikan mereka. Namun Faya urungkan terlebih lagi perlahan perdebatan dan pertengkaran mereka mulai merembet hingga masa lalu dosen pembimbingnya.

Akhirnya Faya memilih tetap memejamkan mata dan berpura - pura masih tertidur walaupun Faya tak yakin jika sandiwaranya dapat mengelabuhi mereka karena jujur, kelemahan Faya dalam hidupnya adalah ketidak mampuannya ia berbohong.

Sepanjang ia bersandiwara, ia terus mendengar semua perdebatan mereka hingga menyangkut pautkan dirinya dengan sosok wanita dari masa lalu dosennya yang bernama Rasti.

Jujur saja Faya kesal dan marah jika perlakuan Dirga yang sangat kelewatan padanya hanya karena amarah dan dendam Dirga yang ia lampiaskan padanya karena Faya memiliki kemiripan dengan wanita yang bernama Rasti itu. Selain rasa kesal dan marah yang ia rasakan. Faya juga merasa sangat penasaran dengan sosok Rasti yang membuat Dirga menaikan nada suaranya beroktaf-oktaf kala nama wanita itu disebutkan.

Faya menggelengkan kepalanya. Apa yang ia pikirkan? Kenapa ia seakan ingin mencampuri urusan dan masalah dosen sintingnya? Mengapa ia ingin menjerumuskan dirinya pada sebuah masalah pribadi dosennya? Padahal ia sadar bahwa ia masih memiliki masalah hidupnya sendiri.

"Fay, lo udah bangun?"

Lamunan Faya buyar saat Disa baru saja datang entah dari mana dan menemukannya kini telah terbangun.

"I-iya. Aku haus!" Jawab Faya sedikit terbata

Faya menatap Disa yang tak bergeming di tempatnya. Entah hanya penglihatan Faya saja, Disa yang berdiri diambang pintu menyeka sudut matanya. Faya yang melihat hal itu lantas bertanya.

"Dis, lo oke?" Tanya Faya yang langsung mendapat gelengan dari sahabatnya.

"Lo kena--

Pertanyaan Faya terpotong tak kala Disa lari dan berhamburan memeluknya dengan erat. Faya jelas sangat terkejut hingga nyaris terjungkal kebelakang. Untung saja punggungnya menabrak kepala ranjang yang menahan bobot tubuhnya dan juga Disa yang mulai menangis segugukan.

"Gue khawatir banget, hiks.. hiks"

"Bang Dirga memang keterlaluan. Setelah mempermainkan dan menyalah gunakan kekuasaan dan kedudukannya sebagai dosen pembimbing dengan segala kekangan dan peraturannya, ia bahkan membuat sahabat gue jatuh sakit seperti ini"

"Gu- gue sebagai adiknya minta maaf sama lo Fay. Bang Dirga sebenarnya orang yang baik. Tapi semenjak penghianatan yang ia dapatkan dari Rasti pelacur itu, semuanya berubah!"

Semua kenangan masa lalu Dirga mengenai sosok Rasti yang sejak tadi membuat Faya penasaran, kini mengalir begitu saja dari bibir mungil Disa yang terus menceritakan kenangan pahit dan memilukan untuk Dirga juga kenangan yang sangat sulit keluarga Danuarta lupakan.

Tanpa Faya minta, Disa menceritakan semuanya hingga Faya tercengan dengan fakta masa lalu dosen pembimbinya yang pernah dihianati kekasihnya yang ternyata hanya memanfaatkan Dirga untuk dekat dengan kakak sepupunya.

Rasa cinta Dirga yang besar membuatnya sulit percaya jika orang yang sangat ia cintai dan percayai pada akhirnya menghianatinya dengan selingkuh dengan kakak sepupunya bahkan hubungan gelap mereka nyaris sama dengan hubungan asmara Dirga dan Rasti.

Kecewa dan depresi yang Dirga alami membuatnya nyaris mencoba bunuh diri. Dan hal itu sungguh membuat Faya tak mampu berkata apa - apa. Faya cukup terkejut dengan kenyataan tersebut. Ia tak menyangka seorang dosen menyebalkan dan gila seperti Dirga pernah mengalami masa - masa yang menyedihkan dan memilukan seperti itu. Faya pikir kisah - kisah masa lalu yang Dirga alami hanya ada pada novel - novel atau cerita - cerita Wattpad yang pernah ia baca. Nyatanya di kehidupan nyatapun ada, dan hal itu yang membuat Faya cukup terkejut dan tercengan.

.
.
.
.
.

TBC

Written on 22th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now