16

549 42 0
                                    


Sebuah mobil Toyota Rush berwarna silver memasuki pekarangan rumah keluarga Danuarta. Seorang pria berwajah tampan, hidung mancung, alis tebal dan rapi, serta bibir tebal berwarna kemerahan yang sangat pas terbingkai dalam bentuk wajahnya yang sedikit lonjong itu baru saja mematikan mesin mobilnya. Jas putih kebesarannya masih menempel dan membaluti tubuhnya yang atletis. Dengan raut wajah yang sedikit kesal, pria tampan itu turun dari mobilnya dan mulai berlari menerobos gerimis yang masih membasahi bumi pertiwi.

Di depan pintu keluarga Danuarta, seorang pria yang juga tidak kalah tampan dengan pria berjas putih tersebut nampak tengah mondar mandir di pekarangan teras rumah besar nan mewah tersebut. Raut wajahnya menampakan raut wajah cemas dan khawatir, penampilannya saat ini bahkan sangat kacau dan berantakan dimata sahabatnya yang kini baru saja menghampirinya sambil menepuk sisa air hujan yang menempel di jas dokternya.

"Ga!" Tegur Dafa

Dirga yang sibuk mondar mandir dengan kepala tertunduk lantas mendongak. Seketika raut wajah cemas dan khawatir yang sempat ia tujukan perlahan berubah menjadi lega. Sahabatnya yang merupakan seorang dokter yang ia tunggu akhirnya datang. Tanpa membuang - buang waktu Dirga lalu menarik dan menyeret Dafa memasuki kediaman orang tuanya.

"Brengsek, gue baru datang dodol. Nggak usah narik - narik atau seret gue kayak gini. Gue juga bisa jalan sendiri!" Kata Dafa menyentak tangan Dirga yang menarik dan menyeretnya secara paksa.

Dirga lantas membalik tubuhnya menghadap Dafa, tatapan tajam dan membunuh ia pancarkan. Dafa sama sekali tidak merasa takut ataupun merasa terintimidasi oleh tatapan Dirga yang sangat mampu membuat mahasiswa ataupun mahasiswinya gemetar ketakutan. Dengan berani Dafa malah membalas tatapan Dirga dengan tatapan yang tidak kalah tajam.

"Apa?" Tantang Dafa

Dirga menghela nafas berat, sekarang bukan waktunya ia dan Dafa berdebat. Saat ini nona goblin yang terbaring lemah di kamar tamu sedang butuh penanganan dan pengobatan. Untuk kali ini Dafa akan mengalah, karena prioritasnya saat ini adalah keadaan dan keselamatan Faya.

"Nggak usah ngajak adu urat!" Kata Dirga memperingati "gue manggil lo kesini bukan buat bertengkar dan berdebat, tapi untuk mengobati seseorang" tambah Dirga

"Lo tuh yang duluan. Siapa yang nggak bakal kesal dan naik darah coba?" Tanya Dafa "lo nelpon gue dengan suara cemas, sepanjang perjalanan gue mikir lo kenapa - kenapa. Sialnya pas gue keluar dari rumah sakit, hujan turun dengan sangat deras, terlebih lagi lo terus menelpon dan neror gue melalui pesan WA yang Nausubillah bikin orang syok! - Dafa menjeda seraya mengambil nafas - pas gue tiba dikediaman orang tua lo, lo baik - baik aja. Baru aja gue sampai dan ingin bertanya sebenarnya siapa yang sakit, lo malah dengan seenak jidat narik dan seret gue. Pas gue nyentak tarikan lo, lo malah pelototin gue. Selama ini selain gue yang sadar, keluarga lo nggak pernah nyadar kalau lo itu kurang waras dan nyebelin tingkat dewa Ga?" Tanya Dafa di akhir penjelasannya.

"Iya, iya gue yang salah. Gue juga nyebelin. Puas lo?" Tanya Dirga yang memilih mengalah.

Dafa yang mendengar itu lantas mengembangkan senyum penuh kemenangan. Kapan lagi coba bisa menang tanpa ada perlawanan dari Dirga seperti hari ini?

.
.
.

Disebuah kamar berukuran 3 kali 3 yang ada di lantai satu kediaman Danuarta, nampak sosok gadis berparas cantik juga nampak menggemaskan secara bersamaan.

Wajahnya berbentuk oval, bibir atas dan bawahnya tipis, hidungnya munggil dan mancung, bulu matanya panjang dan lentik, alisnya tebal dan rapi, dan kulitnya putih bersih.

Diambang pintu kamar, Dafa tertengun menatap keindahan yang tersaji di depan matanya. Jika saja Dirga tak mendorongnya secara kasar dan cukup keras sehingga nyaris terjungkal kedepan.

Dafa dengan kesal menoleh dan menatap Dirga tajam. Ia masih ingin menikmati wajah cantik dan natural gadis yang tengah berbaring lemah di atas tempat tidur.

"Daf, lo kesini itu sebagai dokter. Sadar dan berhenti berlagak seperti pria yang baru saja melihat gadis cantik. Dirumah sakit tempat lo kerja bahkan banyak perawat, bidan dan dokter yang lebih cantik dari nona goblin!" Seru Dirga yang membuat Dafa mendengus.

Dafa mengerutu dan mendumel sepanjang perjalanan menuju tempat tidur. Ia sungguh kesal dengan sahabatnya yang mengganggu dirinya mengagumi gadis cantik yang baru saja ia panggil nona goblin.

"Di rumah sakit memang banyak yang cantik, tapi cantik mereka nggak ada yang natural. Semuanya pake modal. Dasar Dirga kudet, sekarang itu cantik ada empat kategori. Cantik dari sananya, cantik dari modalnya, cantik dari make upnya dan cantik karena kameranya" gerutu Dafa.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Nov 15th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now