15

542 43 0
                                    


Faya tersedak kuah mie pangsit pesanannya saat ia mendapat sebuah pesan WhatsApp dari dosen pembimbingnya.

Mr. Crazy
Kamu dimana? Sekarang kerumah saya!

Faya mendengus saat membaca pesan WA Dirga, walaupun hanya satu kalimat, Faya dapat merasakan kalimat perintah yang terdengar sangat mutlak.

Ingin rasanya Faya mengabaikan pesan dosen pembimbingnya yang telah berhasil membuatnya kesal seminggu yang lalu. Namun dosen pembimbingnya kembali menjaprinya dengan kalimat yang membuat Faya terkejut.

Mr. Crazy
Jangan berpikir untuk membantah apalagi mengabaikan panggilan dan perintah saya. Kamu ingat masa depan skripsi kamu ada di tangan saya, jadi kerumah saya sekarang! Ingat peraturan no. 2 revisi peraturan selama bimbingan? Kamu harus siap sedia kapanpun saya panggil.

Setelah membaca pesan WA yang baru saja masuk, Faya menggeram kesal. Dosen pembimbing laknat, peraturan sialan! Faya memaki dalam hati. Kesabarannya terkuras habis jika berurusan ataupun berhadapan dengan Dirga.

Dengan cepat Faya beranjak dari duduknya, ia segera memesan ojek online. Sebelum membayar makanannya, Faya lebih dulu berpamitan dengan kedua sahabatnya yang menatapnya bingung. Saat mereka bertanya mengapa Faya begitu terburu - buru, Faya hanya menjawab dengan mengatakan jika Dirga ingin bertemu dan membahas masalah bimbingannya.

Baik Nabila maupun Wisnu hanya mengangguk saja, mereka jelas tak bisa menahan Faya lama - lama jika ini sudah menyangkut skripsi. Walaupun sebenarnya kedua orang itu sangat ingin menghabiskan waktu mereka bertiga seperti saat - saat mereka masih kuliah semester awal.

.
.
.

Ditengah perjalanan pulang, langit yang tadi cerah seketika berubah mendung. Tak berselang berapa lama, hujan pun turun dengan derasnya.

"Mbak" panggil mas Ojol

"Kenapa yah mas?" Tanya Faya

"Kita neduh dulu yah mbak, hujannya deras banget. Kalau tetap lanjut, masalahnya saya cuma punya satu jas hujan" jelas tukang Ojol

"Tetap lanjut mas, ini penting banget. Nggak masalah kalau cuma ada satu jas hujan, mas aja yang pake. Saya nggak masalah" balas Faya.

Jika ini tak mendesak, tentu saja Faya lebih memilih meneduh. Sebab hujan - hujan seperti ini sudah mampu membuat ia masuk angin dan juga demam. Tapi apa boleh buat? Ini masalah skipsi dan juga masa depannya.

Setelah Ojol berhenti sesaat dikarenakan mas Ojolnya memasang jas hujannya, Faya memeluk tubuhnya yang gemetar kedinginan dengan pakaian yang sepenuhnya telah basah oleh air hujan.

Mereka membali melanjutkan perjalanan yang sudah separuh jalan, sebentar lagi Faya akan tiba di kompleks perumahan tempat tinggalnya. Awalnya ia berniat akan pulang kerumah terlebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian, namun ia ingat peraturan sialan yang baru saja Dirga perbaharui. Peraturan no. 3 yang mengatakan Dirga benci menunggu dan orang yang tidak mrnghargai waktu.

Alhasil, setelah turun dari Ojol dan membayar. Faya langsung bergegas menuju rumah Dirga. Faya memencet bell berulang kali di pintu gerbang rumah kediaman Danuarta. Mungkin karena hujan, penghuni rumah Danuarta tak mendengar suara bell yang terus berbunyi, atau mereka tengah tertidur dengan lelapnya. Tentu saja akan lelap, Faya juga akan biasa tidur lelap ketika musim hujan telah datang.

Faya mulai mengambil ponselnya yang ia simpan di tas selempangnya, ia lantas mengirim pesan WA pada dosen pembimbingnya bahwa ia sudah berada di depan rumah Dirga sejak beberapa jam yang lalu.

Anda
Pak bukain pintu gerbang dong, saya udah di depan rumah bapak sejak beberapa menit yang lalu

Faya mengeram kesal saat menatap bahwa pesannya hanya berhasil terkirim namun belum terbaca oleh dosen pembimbingnya, lama Faya menunggu di depan gerbang kediaman Danuarta di bawah guyuran hujan deras.

Merasa lelah berdiri, Faya lantas berjongkok sambil menyandarkan punggungnya pada tembok gerbang kediaman Danuarta. Perlahan tubuh Faya merosot menjadi terduduk. Tak berselang berapa lama ia mulai memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya disela - sela pelukannya.

Tubuh Faya mengigil hebat. Udara dingin yang berhembus, serta air hujan yang begitu dingin sungguh kombinasi lengkap yang mampu membuat Faya kini pucat dan gemetar. Jari - jari tangannya mengeriput seakan menjadi tanda bahwa ia sudah sangat lama menunggu di bawah guyuran hujan deras.

Perlahan, saat Faya mendongak, pandangannya mengabur. Tak berselang berapa lama tubuhnya ambruk dan gelap menyapanya.

Disisi lain, tepatnya di sebuah kamar yang berada di lantai dua kediaman Danuarta. Dirga baru saja terbangun dari tidurnya. Kelamaan menunggu Faya membuatnya merebahkan diri diranjangnya, tak ia sangka pada akhirnya lelah dan rasa ngantuk membuatnya kebablasan tertidur.

Dirga mengecek ponselnya ia ia taruh di nakas dekat ranjangnya, seketika matanya terbelalak kaget saat menemukan pesan WA Faya yang mahasiswi bimbingannya itu kirim 2 jam yang lalu. Melihat pesan itu, kesadaran Dirga yang belum terkumpul sepenuhnya seakan terkumpul secara paksa saat ini.

Dirga bagai orang kesetanan bergegas keluar kamarnya dan menuruni tangga dengan langkah cepat dan terkesan buru - buru. Dirga lalu membuka pintu utama kediaman Danuarta lalu bergegas menuju pintu gerbang yang memang di tutup ayahnya karena khawatir akan terjadi pencurian yang pernah terjadi dan di alami beberapa tetangganya saat hujan.

Dirga melangkah cepat tak peduli hujan masih saja turun dengan derasnya, saat Dirga tiba digerbang, betapa terkejutnya ia menemukan Faya yang tak sadarkan diri didepan gerbang kediaman keluarganya.

"Faya!"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Nov 6th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now