8

599 40 0
                                    


Faya keluar dari kamarnya dengan rambut basah, ia baru saja mandi sore dan hendak menuju dapur untuk mengambil minum. Saat ia tiba di dapur, ia menemukan Fatan yang tengah mengecek bahan makanan yang berada di kulkas.

"Mas Fatan ngapain?" Tanya Faya saat melihat Fatan sibuk berjongkok didepan kulkas yang terbuka.

"Cek persediaan sayuran, kayaknya kita perlu belanja bulanan sore ini deh Fay, mas nggak yakin besok punya waktu luang buat belanja keperluan bulanan" kata Fatan "kita belanjanya di pasar aja, sekalian makan diluar. Mas lagi kepengen makan sate bandungnya kang Ujang" tambah Fatan yang langsung di setujui Fatih yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Setuju!"

Faya terlonjak kaget dengan suara teriakan adik bungsunya, ia lantas mengelus dada tak lupa melototi Fatih yang hanya memberi cengiran padanya.

"Maaf mbak!"

"Untung mbak nggak punya penyakit jantungan Fat, kalau mbak punya, nggak bakal makan kamu kalau nggak ada mbak" sahut Faya.

"Udah - udah, sekarang ayo berangkat" lerai Fatan

.
.
.

Ketiga bersaudara itu baru saja menghabiskan waktu mereka berkeliling pasar sore ini, di kedua tangan mereka penuh dengan kantong plastik hasil dari berburu bahan mentah dan segala keperluan rumah tangga untuk sebulan.

Beruntung pasar tidaklah jauh dari kompleks perumahan tempat tinggal mereka, mereka bertiga hanya perlu berjalan - jalan kaki sekitar 10 menit untuk sampai pada pasar.

Saat ini ketiganya tengah menunggu sate bandung pesanan mereka, kang Ujang yang merupakan pemilik usaha sate gerobak langganan mereka saat ini tengah sibuk membakar dan mengipasi sate yang berada di atas perapian.

Matahari mulai condong kebarat, langit mulai memancarkan semburan jingga kemerah - merahan. Walaupun masih nampak cerah, warung sate kang Ujang sudah di penuhi dan di padati oleh pelanggan. Hal itu tidak usah di pertanyakan, selain karena sate jualan kang Ujang yang enak, harga seporsi sate yang ia jual sangat bersahabat.

"Satenya dibungkus atau makan disini Tan?" Tanya kang Ujang memastikan pesanan Fatan pasalnya ia kewalahan menerima pesanan pelanggan yang terus berdatangan, padahal anak, istri dan pegawainya belum juga datang membantunya di warung tenda yang ia bangun.

"Dibungkus aja bang, Faya pengen makan dirumah aja katanya" jawab Fatan

"Siap, saus kacang dan sambalnya di pisah seperti biasa kan?" Tanya kang Ujang lagi memastikan pesanan Fatan yang merupakan pelanggan tetap sate jualannya.

"Dipisah dong kang, bisa mules kita kalau ngikut selera mbak Faya yang pecinta pedas" sahut Fatih yang langsung mendapat kekehan dari kang Ujang yang mulai membungkus sate pesanan mereka. Sedangkan Faya menatap adik bungsunya kesal.

"Nggak pedas nggak nikmat dek!" Sahut Faya tidak terima.

"Udah - udah. Nih, pesanan kalian. Semuanya 30rb" kata kang Ujang menyerahkan pesanan mereka pada Fatan, Fatan langsung mengambil kantong yang baru saja disodorkan kang Ujang dan menyerahkannya pada Fatih. Setelah itu ia mulai meronggah saku celananya mengeluarkan dompet dan membayar sate pesanan mereka.

"Kami pulang dulu kang Ujang, yang semangat kerjanya!" Pamit Faya

"Siap!"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 15th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now