17

557 38 0
                                    


Walaupun Dafa kesal setengah mati oleh sahabatnya, Dafa tetap menuruti perintah Dirga untuk segera memeriksa gadis cantik yang ternyata merupakan mahasiswi bimbingan sekaligus tetangga yang selalu Dirga ceritakan padanya.

Setelah memeriksa keadaan gadis yang terbaring lemah di atas tempat tidur, Dafa lantas beranjak dari sisi tempat tidur dan berbalik menatap Dirga dengan kedua matanya memincing curiga.

"Sebelum gue beritahu kondisi gadis yang lo panggil nona goblin. Sebelumnya gue mau nanya. Bukannya keluarga lo punya dokter keluarga? Terus mengapa mahasiswi bimbinganmu ini bisa ada disini?"

"Ceritanya panjang. Gue bakal cerita nanti. Sekarang kondisinya gimana?" Dirga balik bertanya

"Gue nggak akan kasih tau lo kondisinya sebelum lo jawab pertanyaan gue!" Tekan Dafa dengan nada tegas.

Dirga mengepalkan kedua tangannya, saat ini ia tak ingin memberitahukan Dafa mengenai bagaimana Faya berada dirumahnya dalam kondisi yang tidak baik - baik saja. Sebab Dirga sadar ini semua adalah kesalahannya, ia sadar yang bersalah atas apa yang menimpa Faya hingga akhirnya tak sadarkan diri dan terbaring lemah di atas tempat tidur dengan wajah pucat.

Sejak tadi, Dirga memaki dan merutuki kebodohan dan kecerobohannya. Ia menghujat dirinya bahkan memukul dirinya sendiri karena merasa sangat bersalah. Namun dengan Dafa yang mendesaknya seperti ini membuat emosi Dirga untuk melukai dirinya karena kebodohannya membuat mahasiswi bimbingan sekaligus tetangganya sakit, hanya karena ia terlelap tidur saat hujan turun.

Awalnya Dirga menyalahkan Faya yang masih saja menunggu dibawah kuyuran hujan deras, namun saat mengingat peraturan selama bimbingan yang ia buat, kenyataannya kesalahan terbesar itu ada pada dirinya dan juga kerena keegoisan.

"Ga!"

Panggilan Dafa menyentak Dirga dari lamunannya. Sesaat Dirga menatap Dafa yang masih menatapnya dengan tatapan tajam dan menuntut. Dirga menghela nafas gusar, ia tahu setelah ia menceritakan dan menjelaskan kronologinya pada sahabatnya itu, ia tahu setelah ini Dafa akan memarahinya dan menceramahinya hingga kupingnya panas mendengar ocehan sahabatnya.

"Dokter Janu lagi libur diluar kota, tidak mungkin bukan gue menelpon dan menganggu waktu liburnya bersama keluarganya" jawab Dirga

"Lalu bagaimana dengan mahasiswi bimbinganmu? Mengapa ia bisa sampai seperti ini?" Tanya Dafa masih dengan tatapan tajam dan menuntut

Dirga kembali menghela nafas, ia lantas menceritakan semuanya pada Dafa. Rahang Dafa mengeras saat ia menceritakan kecerobohan dan kebodohannya, alhasil saat ia selesai menceritakan semuanya, Dafa tanpa peringatan meninju perutnya dengan sekuat tenaga hingga ia terhuyung kebelakang.

"Lo brengsek banget tau nggak, Ga!" Maki Dafa

"Lo tau nggak, kondisi mahasiswa bimbingan lo tidak dalam keadaan baik - baik saja. Dia stress, kelelahan, dan kurang darah!" Cerca Dafa

"Harusnya lo bawa dia kerumah sakit biar mendapat penanganan lebih intensif, bukan malah manggil gue yang notabennya adalah seorang dokter specialis anak. Walaupun sebelum ambil specialis gue adalah dokter umum, tapi ada baiknya jika ia di tangani dirumah sakit dengan alat yang memadai"

"Gue nggak tahu lo taruh otak lo dimana, tapi setelah mendengar seluruh cerita kronologi hari ini, juga setelah menghubungkan curhatan lo mengenai mahasiswi bimbingan lo yang lo bilangin gadis penggila aktor korea Gong Yoo selama ini, gue menangkap kalau lo egois dan melampiaskan rasa sakit hati lo dengan mempermainkan mahasiswa lo hanya karena ia mengingatkanmu dengan Rasti yang memiliki hobi yang sama dengan dia!" Hujat Dafa.

"BERHENTI MENGUNGKIT - UNGKIT MASALALU GUE, APALAGI MENYEBUT WANITA ITU!" tekan Dirga dengan nada memperingati.

"LO SURUH GEU TAK MENGUNGKIT HAL ITU, TAPI NYATANYA LO NGGAK BISA LEPAS DARI MASALALU LO. OLEH SEBAB ITU LO LAMPIASIN SEMUA AMARAH YANG LO PENDAM DENGAN MEMPERMAINKAN MAHASISWA LO! LO TAU NGGAK LO JAHAT SEKALIGUS BRENGSEK BANGET MEMPERMAIKAN MAHASISWA LO YANG TIDAK TAHU APA - APA DENGAN ALASAN KEBENCIAN LO PADANYA -- Dafa menjeda seraya mengatur nafasnya yang memburu. Saat ini ia tengah tersulut emosi karena kelakuan kekanakan juga brengsek yang dilakukan Dirga tanpa ia sadari -- SADAR GA! JANGAN KARENA MASALAH PRIBADI LO MENGHAMBAT DIA MERAIH MASA DEPANNYA KARENA KEEGOISAN LO YANG MENUNDA - NUNDA MEMBIMBINGNYA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSINYA. HARUSNYA LO BERSIKAP PROFESIONAL DAN MENGESAMPIKAN KEBENCIANMU TEHADAP HAL - HAL YANG DI SUKAI MAHASISWA BIMBINGANMU YANG SELALU MENGINGATKANMU PADA 'DIA'!" Tambah Dafa berusaha mengingatkan sahabatnya.

"Ini resep obat untuk mahasiswa lo yang harus ia minum sementara. Jika tidak ada perubahan, lo harus suruh dia datang kerumah sakit untuk melakukan periksaan lebih lanjut mengenai penyakitnya. Lo bisa beli obatnya di apotik terdekat. Gue pamit pulang!" Kata Dafa setelah berhasil mengatur emosinya. Dafa lantas melangkah pergi meninggalkan Dirga yang masih nampak tertengun walaupun ia telah mengambil kertas yang telah ia sodorkan padanya.

Pada saat Dafa hendak mencapai pintu, Dirga lantas menahanya dengan berkata "jangan beritahu Disa mengenai hal ini" pintanya

Setelah Dirga mengatakan pintanya, pintu kamar tamu yang sedari tertutup lantas terbuka. Suara keras dan nyaring pintu yang menabrak dinding cukup keras mengagetkan Dirga dan Dafa. Dafa lantas segera menoleh pada pelaku yang baru saja membanting pintu kamar tamu kediaman Danuarta, saat matanya menatap sosok yang berada di ambang pintu, baik Dafa maupun Dirga seketika pucat pasi.

"Di-- disa!"

"Di-- didi!"

Keduanya memanggi sosok yang berdiri diambang pintu dengan panggilan berbeda dan juga dengan suara terbata. Sosok yang berada di ambang pintu menatap keduanya dengan tatapan tajam yang membuat keduanya meneguk saliva susah payah karena gugup.

"Apa yang nggak boleh Didi tahu?!"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Nov 16th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now