26

531 43 0
                                    


Faya tidak tahu kenapa Fatan sudah ada di depan gerbang kampusnya. Padahal sebelumnya Fatan memintanya menyusul di kaferesto milik saudara Wisnu sekalian mengajaknya untuk bersantai dari kepenatan memikirkan masalah skripsinya.

Faya berpamitan pada Dirga yang sedang sibuk menelpon seseorang. Ia hanya membalas pamitannya dengan anggukan. Faya lantas meninggalkan Dirga di parkiran, ia dengan sedikit berlari menghampiri mobil saudaranya.

"Assalamualaikum abang!"

Fatan yang tengah melamun memikirkan dan memutar kembali ingatannya saat melihat CCTV sesuai saran Wisnu lantas terlonjak kaget.

"Astagfirullah!"

Fatan mengelus dadanya lantas menoleh menatap Faya yang menampakan raut wajah bingung. Ia bingung lantaran Fatan terkejut dengan salamnya. Padahal Faya yakin suaranya tidak besar dan juga tidak kecil saat mengucapkan salam.

"Dek, lain kali jangan bikin kaget. Untung abang nggak punya riwayat penyakit jantungan" tegur Fatan

"Jawab salam Faya dulu bang" kata Faya memperingati

"Walaikum salam" balas Fatan

"Abang kenapa jemput Aya di kampus? Tadi katanya Aya yang nyusul abang di kaferesto bang Farhan. Terus abang juga kenapa melamun sih? Sumpah Faya nggak ngagetin abang lo yah. Suara Faya nggak sampai berteriak pas ucap salam. Abang ada masalah yah?" Tanya Faya mengenai sasaran.

"Udah nanti aja introgasinya. Sekarang kamu masuk dulu. Kita pulang" perintah Fatan yang langsung di turuti Faya walaupun jujur Faya sangat penasaran dengan apa yang saudara sulungnya lamunkan.

Mobil milik Fatan mulai melaju membelah jalan raya yang cukup lenggan saat Faya telah duduk di kursi penumpang yang bersisihan dengan kursi mengemudi.

Sepanjang perjalanan tak ada yang bersuara, baik Fatan maupun Faya memilih bungkam dengan pikiran mereka masing - masing. Faya tidak tahu mengapa abangnya terus diam. Biasanya ia akan mengajak Faya mengobrol atau membahas apa saja yang ia lalui hari ini. Namun nampaknya saudara sulungnya hari ini lebih memilih diam entah karena alasan apa. Yang ia tahu mungkin saudaranya memiliki masalah yang serius sehingga butuh waktu yang tepat untuk mengatakannya nanti padanya.

Tak terasa mereka telah tiba di rumaha mereka. Faya lebih dulu turun sebelum di susul Fatan di belakangnya. Saat Faya hendak masuk ke kamarnya, Fatan lebi dulu mencegah "dek, abang mau bicara!"

Faya berbalik menatap Fatan yang menampilkan raut wajah serius "abang mau bicara apa?" Tanya Faya

Fatan tidak menjawab, ia malah melangkah menuju ruang kerjanya. Tanpa menunggu perintah Fatan, Faya telah lebih dulu mengekor di belakang saudara sulungnya itu.

Di tatapnya punggung kokoh saudara sulungnya, ia terus memikirkan masalah apa dan seserius apa hingga mereka harus keruang kerja Fatan yang lebih privasi. Padahal saat ini rumah sedang sepi. Fatih baru akan pulang sore karena harus mengikuti extra kulikuler pramuka.

Fatan lebih dulu memasuki ruang kerjanya disusul Faya di belakangnya. Fatan membalikan badannya saat Faya baru saja menutup pintu ruang kerja Fatan. Tanpa menunggu waktu yang lama, Fatan lansung berkata "Dek, kedepannya nggak usah dekat - dekat dengan Galih"

Faya mengerutkan keningnya tidak mengerti saat mendengar perkataan Fatan yang lebih terdengar seperti kalimat perintah. Dengan perasaan bingung, ia lantas menjawab "loh, bukannya kemarin abang ngotot banget yah Faya kenal Galih. Sekarang abang kenapa nyuruh Faya nggak usah dekat - dekat?"

"Pokoknya nggak usah. Kalau perlu nomor ataupun sosial medianya Galih kamu blokir. Abang nggak suka kamu Galih" titah Fatan tak terbantahkan "kamu dengarkan dek?"

"Iya, iya. Aya akan melakukan apa yang abang bilang. Tapi mengapa tiba - tiba? Pasti abang punya masalah dengan Galih atau hal lain, bukan?" Tanya Faya d

Fatan lantas membuang muka dan berkata "bukan apa - apa" yang lantas membuat Faya mendesah "Bang, nggak usah nutup - nutupin masalah abang. Bukannya abang sendiri yang ajarkan Aya dan Fatih untuk selalu terbukan dan saling berbagi? Sekarang tolong, abang jelaskan masalah apa abang dengan Galih sampai - sampai abang menyuruh Faya putus komunikasi bahkan hubungan dengannya" desak Faya

Fatan menghela nafas berat, ia lalu berkata "Galih brengsek dek!"

Faya sama sekali tidak terkejut dengan kata 'brengsek' yang terlontar dari mulut saudaranya. Memang pada kenyataannya Galih adalah pria brengsek. Ia menyembunyikan kebrengsekannya dibalik wajah lugu dan sok alimnya. Pada kenyataannya dimata Faya, Galih hanyalah seorang penipu bermuka banyak.

Faya menarik Fatan untuk duduk di sofa panjang. Ia ingin mendengar semuanya yang Fatan ketahui mengenai Galih. Ia ingin mendengar sebelum menceritakan kepada Fatan jika Galih hampir melecehkannya dulu saat Galih mengajaknya keluar jalan dan Fatan mengizinkan mereka.

"Cerita!"

"Galih sempat pamit ke toilet saat kami selesai menyantap cemilan dan minuman yang kami pesan. Abang dan rekan - rekan abang curiga karena Galih sangat lama. Namun kami masih berpikir positif mungkin saja Galih sedang BAB. Tapi tak berselang lama, kami mendengar keributan di lorong menuju toilet yang ada di Kaferesto Farhan. Disana Wisnu tengah menonjok Galih hingga babak belur --- Fatan terus menceritakan kejadian yang ia alami hari ini. Ia juga menceritakan Wisnu yang membelanya saat melihat Galih bercumbu di pojok lorong toilet dekat dengan pintu penghubung belakang menuju dapur. Selain itu Fatan juga menceritakan bahwa ia melihat CCTV sesuai dengan anjuran Wisnu dan dari situlah ia sadar bahwa Galih memang tidak layak untuk Faya -- jadi begitu ceritanya" kata Fatan mengakhiri penjelasannya

"Sebenarnya kalau boleh Aya jujur. Aya nggak terlalu suka Galih. Sejak pertama kerumah bersama rekan - rekan abang yang lain. Galih tatap Aya dengan tatapan intens dan mungkin hanya perasaan Aya saja saat itu, selain intens ada tatapan mesum yang ia pancarkan.

Saat mengatakan bahwa ia tertarik dengan Aya pada abang sejak pertemuan itu dan abang merespon baik karena selama ini ia bersikap baik. Dan abang mengizinkan dan memaksa Aya keluar dengan Galih padahal saat itu Aya sangat enggan. Hari itu mungkin adalah hari yang paling menakutkan juga hari dimana Aya sadar Galih bukanlah orang baik seperti yang selama ini ia perlihatkan --

"Dek apa maksudmu dengan hari yang menakutkan?" Potong Fatan cepat

Faya mendengus kesal "makanya jangan di sela penjelasan Aya!" Jawabnya ketus

"Galih mengusap paha Faya saat di mobil, untungnya saat itu lagi lampu merah dan Faya kabur" tambah Faya yang membuat Fatan terkejut

"Kenapa baru beritahu abang sekarang sih dek?" Tanya Fatan tidak terima dengan penjelasan Faya "kalau tau dia ngelecehin kamu, abang bakal pukul Galih hingga babak belur. Kalau perlu hingga masuk UGD sekalian"

"Emang kalau Aya kasih tau abang, abang akan percaya?" Tanya Faya "pastinya abang nggak percaya karena selama ini image Galih di mata abang itu dia orangnya baik plus alim. Maka dari itu Faya simpan. Tapi pada akhirnya Tuhan menunjukan pada abang kalau memang Galih bukanlah orang yang baik hari ini" tambah Faya yang dibenarkan Fatan.

Fatan mungkin akan meragu dengan perkataan Faya jika ia dilecehkan oleh Galih "Tapi setidaknya dengan kamu beritahu abang lebih awal, abang bisa cari tahu kejelekannya dia" balas Fatan sedikit emosi

"Sudahlah bang, yang penting sekarang abang tahu. Tapi kedepannya bagaimana? Aya takut kalau Galih datang ganggu Aya atau melakukan hal - hal aneh dan mesum?" Tanya Faya ketakutan.

"Abang pastiin pria brengsek itu nggak bakal ngegangguin kamu dek. Tidak dengan menyentuh, apalagi melukaimu!"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Des 11th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now