21

549 42 0
                                    


Dirga membeku ditempatnya. Tangan mungil yang menahan lengannya membuat tubuhnya tak mampu bergerak. Bukan karena Dirga tak punya tenaga untuk menyentak tangan yang menahan lengannya, tapi karena Dirga masih sangat terkejut dengan sosok yang menahannya.

"Irga" panggil wanita yang pernah mengisi hari - hari Dirga, Rasti Wulandari.

"Maaf kamu salah orang" kata Dirga tanpa menoleh ataupun membalikan badannya.

"Aku nggak mungkin salah orang, kamu memang Irga!" Kata Rasti bersikukuh.

Dirga yang mendengar nama panggilan kesayangan yang Rasti berikan untuknya membuat wajah Dirga merah padam karena amarah.

"Berhenti memanggilku Irga! Jika kamu punya malu, seharusnya kamu tak menunjukan wajah menjijikanmu itu!" Tukas Dirga lalu menyentak tangan Rasti yang masih menahan lengannya dengan sekuat tenaga hingga Rasti nyaris terjungkal kebelakang jika saja Dwiki tak menahannya.

Tak perlu menoleh kebelakang, tak peduli dengan tatapan banyak orang yang menatapnya dengan berbagai macam tatapan yang mereka pancarkan, tak peduli dengan pendapat mereka yang menanggapnya jahat dan kejam. Saat ini Dirga hanya ingin pergi jauh dari dua orang yang sangat tak ingin ia lihat sampai kapanpun.

Perbuatan mereka sangat sulit Dirga lupakan. Katakan saja bahwa ia pendendam dan sulit melupakan masa lalunya. Dirga tidak peduli. Semua orang hanya tahu, tapi tidak pernah merasakan apa yang ia rasakan. Lantas apa peduli Dirga dengan pendapat mereka? Didunia yang kejam ini, orang - orang tulus menyayangi dan peduli padamu hanya ada satu dua atau langka.

Dirga menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan apotik tersebut dengan perasaan yang campur aduk. Ia tak pernah percaya, kota Bandung yang terbilang luas kini hanya selebar daun kelor bagi Dirga saat ia bertemu dengan Rasti dan juga Dwiki.

.
.
.

Mobil fortune Dirga baru saja memasuki pekarangan rumah kedua orang tuanya. Ia mematikan mesin mobilnya lalu turun menghampiri Disa yang nampak menunggu seseorang di teras rumah.

"Faya udah pulang kerumahnya!" Kata Disa tanpa Dirga tanya.

Dirga yang hendak masuk kerumah memberikan obat pada mahasiswi bimbingannya lantas berbalik menuju gerbang dan menyebrang jalan menuju rumah Faya yang berhadapan dengan rumah kedua orang tuanya.

Sekilas Dirga melirik jam tangannya. Sekarang masih pukul 5 sore. Namun langit sudah nampak gelap. Dirga sempat berpikir jika malam sudah menyapa, nyatanya hari masih petang.

"Assalamualaikum"

Dirga mengucap salam ketika ia tiba di rumah Faya yang sederhana juga asri. Walaupun rumah mahasiswinya sederhana, tapi jika boleh jujur, Dirga akan betah berlama - lama disini. Suasana kediaman nona goblin sangat nyaman, mungkin seperti inilah perasaan Gong Yoo saat menempati rumah mewah yang ia tinggali dalam drama Goblin. Nyaman dan damai.

"Waalaikum salam"

Lamunan Dirga buyar saat seorang remaja yang menurut perkiraan Dirga merupakan siswa SMA membalas salamnya setelah membuka pintu untuk Dirga.

"Cari siapa yah?" Tanya remaja itu.

"Nona gob- eh maksud saya, Faya ada?" Dirga nyaris saja menyebutkan julukan 'nona goblin' yang ia berikan untuk Faya. Beruntung ia segera meralatnya, jika tidak, remaja dihadapannya kini pasti akan mengerutkan keningnya dan mungkin saja mengusirnya karena salah alamat.

"Oh, cari mbak Faya.." kata remaja cowok itu "Masuk dulu mas, saya panggilkan mbak Faya" lanjutnya mempersilakan Dirga untuk masuk dan duduk di ruang tamu sebelum remaja cowok itu masuk dan memanggil Faya.

Fatih melangkah lebar menuju dapur, disana Faya tengah sibuk dengan masakannya. Awalnya Fatih ragu ingin menganggu Faya, namun tidak mungkin bukan ia membiarkan tamu saudarinya itu menunggu terlalu lama.

"Mbak"

"Hm"

"Ada yang nyariin di luar!"

"Siapa?" Faya mendongak dan menatap adiknya

"Abangnya mbak Disa"

"Pak Dirga?" Tanya Faya memastikan.

"Intinya abangnya mbak Disa" balas Fatih dengan nada sedikit kesal

"Itu pak Dirga dodol!" Sahut Faya ketus.

"Yehh, nggak usah ngegas mbak. Mana Fatih tau kalau namanya Dirga. Udah ah mbak keluar sana!" Kata Fatih kesal.

Faya mematikan kompor sejenak, ia lantas berjalan menuju ruang tamu dimana Dirga telah menunggunya.

"Loh pak Dirga, ngapain kerumah?" Tanya  Faya terkejut dengan sosok dosen pembimbingnya. Walaupun sebelumnya Fatih telah memberitahukannya siapa tamunya, tapi tetap saja dosen pembimbing diktatornya itu akan bertandang kerumahnya petang ini.

Dirga berdiri dari duduknya "Sa-saya minta maaf atas kejadian yang menimpamu. Sungguh saya nggak bermaksud jahat apalagi mempermainkanmu. Saat itu saya menunggumu sambil berbaring di kamar, tau - taunya saya tertidur. Saya sungguh minta maaf. Saya menyesal" sesal Dirga

"Kedatangan saya kesini selain untuk minta maaf, saya juga mau memberi ini --  Dirga menyodorkan kantong kresek putih berisi obat - obat yang ia beli di apotik -- sebagai permohonan maaf"

Faya menerima kantong kresek putih yang Dirga sodorkan.

"Saya sempat berpikir tidak memaafkan bapak karena bapak sangat jahat dan brengsek. Namun karena bapak bahkan bela - belain belikan saya obat dan datang kesini meminta maaf secara langsung, maka saya maafkan bapak" kata Faya yang langsung membuat Dirga lega.

"Makasih obatnya pak" kata Faya tulus

"Sama - sama"

"Ohiya, mulai minggu depan. Kamu sudah mulai bimbingan. Saya dan pak Hadi baru saja mengacc judul skripsi ketiga yang kamu ajukan" kata Dirga setelah mengingat tujuannya memanggil Faya kerumahnya tadi. Berhubung karena ia sudah dirumah Faya sekalian saja ia memberi tahukannya.

"Serius pak? Bapak nggak bohong kan?" Tanya Faya memastikan

"Saya serius" jawab Dirga yang membuat Faya lompat kegirangan. Hingga tubuh mungil itu menubruk tubuhnya, dan tangan mungil itu sempat melingkar dipinggang Dirga sesaat.

Dirga menegang kala Faya memeluknya, Faya melepas pelukannya dan bergumam terima kasih kepada Dirga yang menegang kaku dihadapannya.

"Pak"

"Pak Dirga dengar saya kan?" Tanya Faya yang menyentak Dirga dari lamunan.

"Saya pulang dulu, kalau kamu ada pertanyaan, kamu bisa japri saya di WA. Saya lupa kalau saya masih banyak kerjaan" kata Dirga pamit dan dengan cepat pulang kerumahnya karena saat ini jantung Dirga berdebar kencang hanya karena mendapat pelukan singkat dari Faya yang merasa sangat senang.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Nov 27th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now