12

594 44 0
                                    


Faya menatap dengan kesal selembar kertas HVS berisi peraturan yang baru saja di perbaharui dosen pembimbing sintingnya semalam. Sejak semalam Faya mulai menyematkan gelar sinting dan gila untuk dosen pembimbingnya. Faya melakukan hal itu karena kesal, selain itu ia menyematkan gelar baru tersebut untuk mengingatkan dan menyadarkan dirinya kedepannya.

Faya tak ingin dirinya kembali lepas kendali seperti semalam. Maka dari itu dengan memberi gelar baru pada dosen pembimbingnya, Faya bisa mengontrol emosinya dengan berpikir atau membayangkan bahwa dosen pembimbingnya adalah salah satu orang stress dan kurang waras.

Walaupun hari telah berganti pagi, namun nampaknya kekesalan Faya tak kunjung hilang. Dengan hanya melihat selembar kertas yang telah tertempel di dinding tepat di atas meja belajarnya saja sudah mampu mengembalikan kekesalan Faya sejak semalam.

Faya menghembuskan nafas berat, ia berusahan meredakan emosinya yang kini mulai bergejolak dan ingin meledak. Setelah merasa kekesalannya perlahan mulai surut dan meredakan, Faya pun mulai melangkah menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Pagi ini Faya rasa butuh mandi air dingin untuk mendinginkan kepalanya yang sempat panas karena mengingat kejadian semalam yang membuatnya lepas kendali. Mungkin setelah mandi air dingin, ia baru akan mengerjakan pekerjaan rumah dan kawan - kawannya.

.
.
.

Matahari telah mencapai puncaknya, minggu pagi ini Fatih hanya berbaring malas - malasan di sofa panjang yang ada di ruang keluarga kediaman Maheswari setelah membersihkan pekarangan depan dan mencuci motor matic Fino milik Faya dan membantu Abangnya mencuci mobil Honda Jazz miliknya sebelum Fatan membawa pergi mobilnya itu ke polres tempatnya bekerja.

"Mbak masih lama nggak sih?"

"Bentar lagi!"

"Dari tadi jawabnya bentar lagi, bentar lagi! Mbak masak apa sih lama banget?" Dumel Fatih

"Nggak usah banyak tanya!" Teriak Faya terdengar ketus.

Hari ini sungguh luar biasa melelahkan seperti biasanya. Hari minggu sepenuhnya bukan hari libur untuk seorang Faya, pasalnya sejak pagi ia sudah mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian kedua saudaranya, bahkan sekarang ia tengah memasak untuk makan siang untuk dirinya dan Fatih karena hari ini Fatan tidak pulang dikarena akan bertugas dijalan mulai pagi hingga menjelang malam. Maklum saudara sulungnya itu merupakan perwira polisi yang bertugas dibagian lalu lintas.

Bau harum masakan mulai tercium, Fatan yang tidur terlentang mulai mengendus - endus udara yang telah tercampur dengan bau harum masakan Faya sambil mengelus perutnya yang sedari tadi meronta.

Di sisi lain, tepatnya didapur rumah keluarga Maheswari, Faya sibuk menumis sayur kangkung diatas wajan, ia terus mengaduk tumisannya dan sesekali ia tak lupa mencicipinya.

Saat Faya melakukan tes rasa untuk kedua kalinya, ia mengernyit saat lidahnya merasakan rasa hambar padahal seingat Faya ia telah memberi sayur tumisannya garam. Faya kembali meraih toples garam yang tidak jauh darinya, saat Faya membuka toples tersebut, isi yang seharusnya berisi garam didalam toples itu ternyata telah habis.

"Fatih, tolong beliin mbak garam dong dek. Garam habis nih, uangnya ambil di dompet mbak" teriak Faya.

"Dompet mbak dimana?" Tanya Fatih juga berteriak.

"Diatas meja belajar mbak!"

Fatih beranjak bangun dari sofa, ia lantas melangkah menuju kamar Faya. Saat Fatih selesai mengambil uang di dompet Faya, pandangan Fatih kini tertuju pada sebuah kertas yang Faya tempel di dinding, seketika tawa Fatih pecah.

"Astaga, ini bimbingan atau perbudakan?"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 24th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin