5

681 49 0
                                    

Dirga mendesah nafas lelah, hari ini jam mengajarnya begitu padat di tambah lagi salah satu dosen senior di Universitas swasta yang terkenal di kotanya menunjuknya sebagai dosen pembimbing ke dua untuk menggantikan dirinya yang menjadi dosen pembimbing pertama untuk membimbing salah satu mahasiswi terbaik jurusan Ekonomi pembangunan dalam mengerjakan skripsi.

Tentu saja Dirga sama sekali tidak keberatan dengan ditunjuknya ia menjadi dosen pembimbing kedua, pasalnya ia tidak akan terlalu aktif membantu ataupun bimbingan mahasiswinya.

Sayang peraduga Dirga salah, nyatanya Pak Hasriadi yang merupakan dosen senior sekaligus dosen pembimbing pertama menyerahkan semua masalah bimbingan mahasiswi tersebut sepenuhnya padanya, dikarenakan Pak Hasriadi atau biasa di sapa dengan panggilan Pak Hadi harus menjalani perawatan di Singapura karena penyakitnya.

Dirga jelas tak mampu menolak permintaan Pak Hadi, terlebih lagi ia sudah di beri amanat yang besar walaupun usia mengajarnya di Universitas swasta di kotanya ini masih terhitung minggu, tapi Dirga sudah mendapat amanat dan kepercayaan besar untuk menjadi dosen pembimbing mengantikan pak Hadi.

Sebenarnya ini bukan kali pertama bagi Dirga di tunjuk sebagai dosen pimbimbing, di Universitas Jakarta tempatnya bekerja dulu ia juga sering di tunjuk menjadi dosen pembimbing. Hanya saja saat ini Dirga merasa tidak enak dengan para dosen lainnya atas ditunjuknya ia menjadi dosen pembimbing kedua atas rekomendasi Pak Hadi. Padahal ia masih terbilang dosen baru di Universitas swasta Bandung.

"Tks. Apa gunanya lo manggil gue buat makan siang bareng kalau unjung-ujungnya gue di anggurin?" Decak Radafian Jasaka Aditama yang merupakan sahabat Dirga sejak mereka duduk di bangku SMP kelas 7.

"Gue pusing Daf!" Keluh Dirga pada akhirnya.

"Lo pusing kenapa, sini gue periksa" desak Dafa.

"Gue pusing bukan karena betul-betul pusing efek bakal sakit, tapi gue pusing dengan masalah rekomendasi salah satu Dosen senior di tempat gue kerja yang menunjuk gue sebagai dosen pembimbing kedua guna mengantikan dirinya yang jadi dosen pembimbing pertama karena sakit" jelas Dirga.

"Terus masalahnya dimana dodol? Bukankah bagus kalau lo dapat tanggung jawab, kepercayaan dan amanat jadi dosen pembimbing. Itu berarti Dosen senior di tempat lo bekerja percaya dengan kemampuan dan pengetahuan lo" balas Dafa kesal sendiri dengan sahabatnya dan juga dengan segala pemikiran unik dan rumitnya.

"Masalahnya gue harus jadi dosen pembimbing orang yang gue benci" mendengar perkataan Dirga, seketika Dafa yang baru saja menyeruput es kopinya tersedak.

"Hah?"

.
.
.
.
.

Dari sekian banyaknya dosen yang ada di kampusnya, mengapa harus Dierga Danuarta yang menjadi dosen pembimbing keduanya?

Saat ini Faya baru saja pulang dari kampus setelah menghadap pada para dosen pembimbingnya yakni pak Hadi dan pak Dirga. Awalnya Faya berpikir peranan pak Dirga dalam membimbingnya mengerjakan skripsi tidak terlalu aktif seperti peranan dosen pembimbing pertama, namun nyatanya dewi keberuntungan nampaknya tak berpihak padanya. Nyatanya pak Hadi memberi kuasa sepenuhnya pada pak Dirga dalam membimbingnya mengerjakan skripsi dikarenakan beliau harus mendapat perawatan lebih lanjut di salah satu rumah sakit yang ada di Singapura.

Bukannya Faya tidak suka di bimbing oleh dosen pembimbing keduanya, tetangganya sekaligus saudara sulung sahabatnya. Namun mengingat insiden dimana Pak Dirga marah dan terusik dengan keberadaannya dan juga candaan Disa beberapa hari lalu yang mengoda saudaranya dengan menyangkut pautkan dirinya membuat Faya merasa ilfil dan juga merasa aneh dengan sikap Pak Dirga yang begitu kekanakan.

Mengingat insiden itu jelas membuat Faya merasa kesal sendiri, siapa juga menyukai pria dingin dan aneh seperti Pak Dirga? Faya jelas lebih memilih menyukai Gong Yoo atau Lee Jung Suk, ketimbang Dierga Danuarta yang sama sekali tidak bisa menyayingi keduanya.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 7th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن