20

569 38 1
                                    


Setelah menenangkan Disa. Faya berpamit pulang kerumahnya. Hujan telah reda beberapa menit yang lalu, dan keadannya saat ini sudah lebih mendingan dari sebelumnya.

Awalnya Disa menahan dan memintanya untuk beristirahat sejenak. Namun Faya menggeleng dengan memberi alasan bahwa ia belum memasak makan malam untuk kedua saudaranya.

Sekuat apapun Disa berusaha membuat sahabatnya itu tetap tinggal hingga abangnya pulang membawa obat, pada akhirnya Disa selalu kalah dengan prinsip Faya yang selalu mengutamakan keluarganya. Tak peduli dalam kondisi apapun ia, bagi Faya yang di tinggal oleh kedua orang tuanya saat remaja, kedua saudaranya adalah harta berharga dan segalanya untuk Faya .

"Nggak papa Dis, lo nggak usah khawatir. Gue baik - baik aja kok. Percaya sama gue!" Kata Faya meyakinkan Disa yang masih bersikeras menahannya.

Disa menghembuskan nafas lelah.

"Terserah lo deh. Tapi kalau ada apa - apa, cepat hubungi gue! Ini bukan permintaan tapi perintah!" Balas Disa yang langsung membuat Faya mendengus.

"Nggak Abangnya, nggak adiknya, sama - sama tukang mengatur dan memerintah!" decak Faya yang langsung membuat Disa terkikik geli.

"Udah ah gue pamit pulang. Assalamualaikum"

"Walaikum salam"

.
.
.

Dirga memarkirkan mobilnya di pinggir jalan depan sebuah apotik. Karena hujan yang menguyur dengan begitu deras, Dirga harus begitu hati - hati membawa mobilnya. Selain karena jalanan yang licin, padangannya juga buram karena hujan.

Beruntungnya di tengah perjalanan hujan akhirnya reda, namum yang menjadi masalah baru untuknya adalah karena Dirga masih belum terlalu hafal jalanan di kota kelahirannya. Maklum saja setelah Dirga lulus SMA, Dirga melanjutkan pendidikan dan kuliah disalah satu universitas ternama di Australia berkat beasiswa yang ia dapatkan. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Australia, Dirga kembali ketanah air dan melanjutkan S2 di universitas Jakarta dan setelah menyekesaikan S2-nya, ia di terima menjadi seorang dosen di kampusnya tersebut berkat rekomendasi dari dosen senior disana.

Hanya beberapa tahun ia mengajar disana, Dirga mengundurkan diri dan kembali ke Bandung dimana orang tuanya tinggal. Alasan Dirga kembali ke kota kelahirannya, tentu saja karena dua orang yang sangat dekat dan ia percayai menghianati kepercayaannya dan menusuknya dari belakang.

Dirga menggelengkan kepalanya seraya mengenyahkan kenangan masa lalunya yang tiba - tiba saja berputar. Dirga mengumpat pada dirinya sendiri karena sampai saat ini, ia masih sulit melupakan kenangan pahit itu.

Menghembuskan nafas kasar, Dirga lantas turun dari mobil fortunenya setelah mematikan mesin mobilnya. Dengan langkah tergesah ia segera memasuki apotik yang nampak cukup ramai.

Dirga duduk disalah satu kursi yang disediakan di apotik tersebut sambil menunggu gilirannya. Sambil menunggu antrian, Dirga lantas memainkan ponselnya seraya menghilangkan rasa bosan. Dirga berselancar keseluruh akun media sosialnya. Mulai dari Instagram, Twitter, Telegram, WhatsApp hingga Facebook Dirga buka untuk mengisi waktu luangnya yang sangat membosankan.

Saat petugas apotik memanggil nomor antriannya, Dirga lantas berdiri dan menyerahkan resep obat yang Dafa berikan padanya untuk Faya.

"Mas bisa duduk dan tunggu sebentar? Saya baru akan mencari obatnya, mungkin agak lama. Saya akan panggil mas lagi kalau obatnya lengkap" kata petugas apotik itu.

Dirga hanya mengangguk dan menuruti permintaan petugas apotik dan kembali duduk di tempatnya semula. Tak berselang berapa lama, petugas itupun kembali dengan berbagaimacam obat.

"Mas"

Dirga yang merasa terpanggil lantas mendongak memastikan bahwa yang di panggil petugas itu adalah dirinya. Sebab di apotik ini, ada beberapa pria juga hendak membeli obat dan sedang menunggu seperti dengan dirinya.

"Saya?" Tanya Dirga menunjuk dirinya memastikan petugas apotik itu benar - benar memanggilnya.

Petugas apotik itu mengangguk mengiyakan.

Melihat hal itu, Dirga lantas beranjak bangun dari duduknya. Ia lalu menghampiri petugas apotik dan mendengarkan arahan dan prosedur obat - obat yang ia beli sesuai dengan resep yang Dafa tuliskan dengan tulisan yang sangat sulit Dirga baca sebelum membayar semuanya. Setelah melakukan pembayaran, Dirga berbalik dan --

Buk!

Dirga tak sengaja menabrak seorang wanita saat ia memasukan dompetnya disaku belakang celanannya.

"Saya minta maaf, sungguh saya tidak se --- permohonan maaf yang Dirga lontarkan menggantung diudara saat ia mendongak dan menatap wanita yang baru saja di tabraknya adalah orang yang sangat tak ingin ia temui.

Raut wajah terkejut yang ia nampakan perlahan berubah menjadi raut wajah tak suka. Walaupun tubuhnya menegang dan jantungnya berpacu hingga Dirga mampu mendengar suara detak jantungnya yang sangat kuat.

Melihat wajah wanita yang ia tabrak begitu terkejut melihat kehadirannya, juga saat pandangan Dirga kini beralih dengan sosok pria dibelakang wanita itu, membuat setiap darah yang mengalir dipembulu darahnya mendesir hebat.

Raut wajah Dirga kini menggelap. Tak peduli dengan permohonan maafnya yang tak selesai, Dirga lantas melangkah lebar dan meninggalkan apotik tersebut.

Saat Dirga hendak mencapai mobilnya, sebuah tangan mungil menahan lengannya.

"Irga, tunggu!"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Nov 25th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Where stories live. Discover now