22

538 35 0
                                    


Dirga tidak tahu, mengapa jantungnya terus berdetak sangat kencang. Ia tidak tahu, mengapa ia merasakan sengatan listrik saat kulitnya tak sengaja bersentuhan dengan kulit nona Goblin yang sangat halus.

Dirga mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Saat ini ia memang sudah berada dirumahnya, tepatnya di dalam kamarnya. Tak banyak yang ia lakukan setelah menyelesaikan memeriksa tugas mahasiswa mahasiswinya. Dirga hanya membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya sambil memikirkan faktor apa yang membuat jantungnya berdebar kencang, juga mengapa ia merasakan sengatan listrik saat kulitnya tak sengaja bersentuhan dengan kulit mahasiswi bimbingannya yang tiba - tiba memeluknya karena senang.

Rasanya Dirga perlu memeriksakan dirinya ke dokter spesialis jantung. Pasalnya jantungnya terus berdetak kencang hingga ia mampu mendengarnya sangat jelas.

Saat Dirga menerawang jauh mengenai tingkah Faya yang nampak seperti seorang bocah yang mendapat permen sehingga membuat dirinya lombat - lompat kegirangan sampai hal yang tak terduga dimana Faya memeluknya. Tiba - tiba saja pintu kamarnya terbuka dan sosok Deas muncul dengan raut wajah khawatir.

"Abang!"

Dirga tersentak dari lamunannya, ia lantas menoleh dan mendapati Papanya berdiri di ambang pintu disusul dengan Mamanya yang langsung menerobos masuk. Dirga mendudukan dirinya di atas  tempat tidur sambil menatap kedua orang tuanya dengan tatapan bingung.

"Papa sama Mama kenapa?" Tanya Dirga bingung dan juga khawatir dengan raut wajah kedua orang tuanya yang nampak cemas, khawatir dan takut secara bersamaan.

"Kamu nggak papa kan bang?" Tanya Mamanya sambil menelitik penampilan Dirga dari atas hingga bawa seraya memastikan putra sulungnya baik - baik saja.

"Dirga baik - baik saja. Mama sama Papa kenapa sih?" Tanya Dirga

"Tadi bang Kiki nelpon. Katanya abang ketemu sama bang Kiki dan pelacur itu di Apotek, makanya Papa sama Mama khawatir dengan bang Dirga. Jangan sampai kejadian 2 tahun yang lalu terulang kembali. Makanya Papa Mama ngecek abang!" Sahut Disa yang entah sejak kapan sudah berada di ambang pintu kamarnya

"Padahal rencananya abang ingin merahasiakan ini dari kalian" kata Dirga

"Kenapa mesti dirahasiain sih, bang?" Tanya Mamanya masih dengan raut wajah khawatir, cemas dan takut.

'Sebab Dirga takut kalian semua khawatir seperti 2 tahun yang lalu, karena kebodohanku' jawab Dirga dalam hati.

"Yah.. pengen aja. Sudahlah, Mama, Papa dan Disa nggak usah khawatir. Abang nggak bakal ngulang kebodohan dan kesalahan yang sama untuk orang yang sama pula. Walaupun Dirga masih belum bisa menerima perbuatan mereka, dan luka yang mereka torehkan masih basah dan menganga lebar. Tapi Dirga yakin suatu saat, Dirga bisa melupakan perbuatan mereka, serta memaafkan dan berdamai dengan Mas Kiki" kata Dirga yang membuat tiga orang yang berada dikamarnya bernafas lega.

"Cuma dengan Dwiki? Bagaimana dengan Rasti?" Tanya Papanya.

"Maaf Pa, mungkin Dirga butuh waktu untuk memaafkan dan berdamai dengannya" jawab Dirga yang membuat ketiganya mengangguk maklum

.
.
.

Disisi lain, tepatnya dikediaman Maheswari. Nampak Faya dan dua saudaranya tengah menyantap makan malam mereka. Di atas meja makan, terdapat makanan kesukaan Fatan. Tempe balado pete dan udang, sayur asem, dan bakwan jagung.

Baik Fatan maupun Fatih menyantap masakan Faya dengan lahap. Saking lahapnya, mereka berdua sampai tersedak.

"Uhuk.. uhuk!"

"Makanya kalau makan itu pelan - pelan" Faya menyodorkan satu gelas air putih pada Fatan dan juga Fatih.

"Yah mau gimana lagi dek, masakan kamu enak. Terlebih malam ini semua masakan favorit abang. Abang jelas nggak mau didahului. Takut semuanya habis" jawab Fatan tak lupa menampilkan cengiran diwajah tampannya.

"Huu... daras abang serakah!" Ejek Fatih.

"Kayak kamu enggak aja Fat!" Dengus Fatan

"Udah - udah. Nggak usah berantem dan saling mengejek. Sekarang abang sama Fatih lanjut makan lagi" lerai Faya

Baik Fatan maupun Fatih menurut saja. Toh mereka jelas tak ingin menyia-yiakan makanan enak baik dipiring mereka atau makanan yang ada dihadapan mereka. Sayang kalau dicampakan, makanan enak apa lagi buatan Faya bagi mereka berdua adalah kenikmatan yang tiada tara.

Kegitan makan mereka berlanjut, namun di tengah - tengah putaran kedua untuk Fatan dan Fatih yang baru saja menambah lauk dipiring mereka, Faya telah berhenti makan.

"Loh kamu udahan dek?" Tanya Fatan

"Iya, Aya udah kenyang" jawab Faya.

Fatan menelitik wajah Faya. Bahkan ia mulai menelitik penampilan Faya dari atas hingga bawah "kamu sakit?" Tembak Fatan tepat sasaran.

Fatan dapat menebak dengan benar setelah menelitik penampilan Faya yang berbeda dari biasanya. Kulit putih Faya sedikit pucat, lalu bibirnya yang biasa berwarna merah alami nampak pudar dan pecah - pecah. Tatapan mata Faya bahkan lebih sayu dari biasanya. Bagi Fatan yang tumbuh besar bersama Faya, jelas sangat mudah menebak jika adiknya tidak dalam kondisi baik.

"Aya sedikit demam. Tapi Insya Allah sebentar lagi bakal sembuh" kata Faya berusaha meyakinkan Fatan yang kini mulai menampilkan raut wajah khawatir.

"Kamu sudah minum obat?" Tanya Fatan yang tak bisa menyembunyikan nada khawatir dari suaranya.

"Ini baru mau minum obat" jawab Faya

"Yang beliin tadi obat siapa? Kamukan sakit dek!" Tanya Fatan nampak seperti tengah mengintrogasi Faya

Faya menghembuskan nafas lelah. Fatan dengan sikap posesif dan protektifkan kembali kambuh. Saat Faya ingin menjawab, Fatih lebih dulu menyela

"Pacarnya mbak Faya yang beliin obat bang" jawab Fatih jemawa.

Faya melotot dengan perkataan Fatih yang kini membuat Fatan menghentikan makannya dan menatap Faya dengan tatapan memincing curiga.

"'Nggak bang, Fatih cuma ngomong asal" sangkal Faya

"Heh, bocah tengik. Nggak usah asal ngomong kamu. Pak Dirga bukan pacar mbak yah!" Kata Faya tidak terima dengan tuduhan Fatih, adik bungsunya.

"Yakin bukan pacar mbak? Tadi Fatih lihat mbak pelukan loh diruang tamu" kata Fatih sok polos.

Faya yang sudah pucat semakin pucat, ia lalu menoleh menatap Fatan yang kini menatapnya dengan tatapan tajam dan menusuk. Demi apapun yang ada didunia ini, tolong selamatkan Faya dari amukan abangnya.

"Dek, abang pelu bicara berdua dengan kamu setelah ini" kata Fatan yang terdengar seperti perintah.

'Arrgghhtt, Fatih kampret!" Jerit Faya dalam hati.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Des 2th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Место, где живут истории. Откройте их для себя