9

605 40 1
                                    


Ketiganya tiba di kediaman mereka bertepatan dengan kumandan adzan magrib. Fatan membuka pintu rumah peninggalan mendiang orang tua mereka, ia melangkah masuk lebih dahulu dan mulai mencari saklar lampu karena saat mereka pergi, mereka lupa menyalakan lampu rumah mereka, sehingga saat ini kondisi rumah mereka tengah gelap.

Setelah semua lampu menyala, Fatan menyusul kedua adiknya yang menaruh semua belanjaan mereka diatas meja makan.

"Belanjaannya disimpan dimeja aja dulu, sekarang kalian ambil wuduh, kita sholat magrib berjamaah sebelum makan" perintah Fatan yang langsung di patuhi kedua adiknya.

Fatan baru saja keluar dari kamarnya setelah mengambil air wuduh, ia lantas melangkah menuju musollah yang ada di rumah mereka. Rumah kediaman mereka tidak besar, tidak pula kecil. Rumah mereka hanya rumah sederhana berlantai satu dengan lima kamar, satu musollah, dan satu kamar mandi yang berada dekat dapur. Dari lima kamar yang ada, hanya empat kamar yang di fungsikan. Satu kamar yang merupakan kamar orang tua mereka kini dirubah menjadi ruang kerja Fatan. Tidak ada yang berubah dari kamar mendiang orang tua mereka, setiap perabot yang ada di kamar orang tua mereka masih sama, hanya ada beberapa perabot yang Fatan tambahankan seperti meja kerja, kursi dan juga rak buku. Selebihnya Fatan membiarkan perabot lainnya ditempatnya, sebab setiap yang ada dikamar mendiang kedua orang tuanya memiliki banyak kenangan.

"Bang, ayo!" Seru Fatih membuyarkan lamunan Fatan.

Fatan yang terkejut dengan seruan adiknya lantas mengelus dada sebelum menoleh kebelakang. Ternyata tanpa ia sadari, kedua adiknya sudah berada dibelakangnya mengambil barisan masing - masing.

Tak ingin menunda kewajiban mereka terlalu lama, Fatan pun mulai memimpin sholat magrib berjamaah ketiganya dengan khusyuk.

.
.
.

Faya menyuap sesuap nasi dengan saus kacang dan sambal yang bercampur dengan sepotong daging ayam bakar gurih kedalam mulutnya. Perpaduan rasa nikmat tiada tara tersebut semakin menambah nafsu makan Faya terlebih lagi sate ayam saus kacang yang ia beri sambal di temani dengan sepiring nasi hangat dan kerupuk udang.

Faya terus menyuap nasi dan sate kedalam mulutnya hingga penuh, Fatan yang melihat hal itu lantas menegur adiknya.

"Pelan - pelan Fay, keselek baru tahu rasa kamu" tegur Fatan.

Faya sama sekali tidak mempedulikan teguran masnya, ia terus saja makan dengan begitu lahap. Kegiatan makan Faya terhenti ketika ponselnya terus saja berbunyi disaku baju daster terusan bergambar Doraemonnya, Faya merongoh saku bajunya dan mengambil benda persegi itu. Tanpa melirik layar ponselnya, Faya mengeser icon hijau dan mulai membawa ponselnya pada telinganya dengan salah satu tangannya yang bersih.

"Hallo?"

"Sekarang kamu datang kerumah saya!" Kata sosok diseberang telpon

"Ini siapa yah?" Tanya Faya merasa asing dengan suara yang menyapa gendang telinganya. Karena penasaran, Faya menarik ponselnya menjauh dari telinga guna menatap layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang menghubunginya.

"Kamu tidak simpan nomor saya?" Tanya sosok diseberang telpon tidak percaya "Ini dengan Dierga Danuarta, dosen pembimbing kamu!" Tambahnya yang berhasil membuat Faya tersedak air liurnya sendiri.

"Uhuk, uhuk!"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 15th, 2019

Nona Goblin is Mine [Tahap Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora