Hiraeth

54 11 14
                                    

Cast : Hirai Momo

Jeon Wonwoo

Author : kaytalist

Tiga minggu pertama setelah kami sepakat mengakhiri kelindan romansa kami, aku lebih banyak mengisi waktu luang dengan menangis berjam-jam

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Tiga minggu pertama setelah kami sepakat mengakhiri kelindan romansa kami, aku lebih banyak mengisi waktu luang dengan menangis berjam-jam. Nafsu makanku jadi turun drastis. Aku hanya makan jika Nayeon, teman sekosanku sudah memaksa. Daripada telingaku pengang mendengar omelannya, aku memaksakan diri menelan beberapa suap penganan apapun yang ia bawakan.

Bisa ditebak, berat badanku ikut-ikutan menyusut. Ditambah lingkaran hitam yang menebal hitam dibawah mata dan pipi yang menirus, raut wajahku jauh dari kata segar. Jeongyeon, sahabatku satu jurusan bilang, kala itu aku sudah seperti seperti mayat hidup, bernapas tanpa tujuan.

Aku yang biasanya berpakaian rapi dengan rambut tercatok sempurna, menjadi masa bodoh dengan penampilan. Baju yang kukenalan tidak jauh-jauh dari kaos hitam dan jeans belel.

Well, mengikuti teori five stages of grieves dari Kubler Rose, kurasa sekarang aku sedang bernaung pada tahap bargaining. Dari luar aku sudah mulai terlihat baik-baik saja. Outfit warna- pastel cerah kembali melekat di tubuhku.

Tiada lagi wajah sembab dan mata merah. Raut wajah ini lebih sering umbar senyuman. Namun ketika cakrawala menggelap, kesepian merangkak begitu saja ke dalam dada. Memang tidak ada lagi liquid mengalir dari sepasang netra, namun rasanya hampa mendapati tidak ada pesan baru dari pemuda Jeon itu meramaikan kakaotalk-ku.

Aku menguap lebar. Pelupuk mataku terasa berat dan berair. Jarum jam beker pink di mejaku sudah merangkat menuju angka dua belas. Rasanya ingin segera membanting diri ke kasur, menuju alam ilusi. Duduk berjam-jam di bangku kayu membuat bokongku nyeri. Sayang niat itu tercekat oleh kenyataan kalau maketku untuk presentasi minggu depan belum selesai. Sengaja aku kebut sekarang, jadi aku bisa puas tidur kala weekend datang.

Aku menghela napas berat seiring kurasakan sesak kembali menggelayuti ruang hati. Di saat seperti, sukar untuk menyangkal celengan rinduku untuk si Jangkung Jeon semakin menggemuk. Biasanya ada sang adam yang menemaniku bergadang dari jarak jauh.

Aku bergelut menyelesaikan tugas desain perumahan, sementara ia bekerja keras mengabdi sebagai Ko-ass yang harus jaga malam di Rumah sakit. Tanpa sadar, bibirku sudah melengkung ke atas. Masih terpeta jelas di pusat ingatanku kalau dia termasuk Ko-ass yang 'bau'. Rekor terbanyaknya menangani pasien hampir tujuh puluh orang dalam satu malam. Lalu binar mataku meredup saat menyadari status hubungan kami.

Sumpah, demi isi kantung Doraemon! Dia bukan pacarmu lagi Mo! Bisa gak sih berhenti jadi makhluk konyol yang hobi galauin mantan?

Kencangnya bunyi alarm mengusik tidurku. Kepalaku rasanya pusing sekali. Laun-laun kubuka kelopak mata dan kuraih ponsel di meja dekat ranjang. Aku terperenyak dengan mulut terbuka, ketika mendapati angka di layar tipis menunjukkan pukul tujuh pagi. Mampus aku terancam datang telat! Sontak aku bergegas mandi dan berganti baju.

Hallo November [Birthday Event]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن