Nightmare

43 8 11
                                    

Cast : Lee Jihoon, Kwon Soonyoung, Jeon Wonwoo, Wen Junhui (SVT)

Genre : Fantasy

Author : urgooseberry

Cukup sulit hidup menjadi manusia biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cukup sulit hidup menjadi manusia biasa. Terkadang berharap memiliki kekuatan super seperti pahlawan marvel atau apapun, itu sedikit menyenangkan. Tidak bisa menyangkal aku juga pernah berfantasi ria menjadi pahlawan super, karena aku juga pernah kecil.

Tapi, ketiga sahabatku, apa mereka bisa disebut pahlawan super karena punya kekuatan super? Kurasa tidak, mereka bukan pahlawan tapi iblis.

Aku memang gila, mau berteman dengan tiga iblis—yang mungkin bisa membunuhku kapan saja. Jangan salahkan aku, salahkan saja pribadi introvert yang ada pada diriku. Mereka mengenalkan diri sebagai temanku—ah tidak! Maksudnya sahabatku—siapa yang tidak tersentuh saat seseorang mengatakan itu padamu. [Pribadi tertutup]

Awalnya, aku tidak tau mereka itu iblis. Tapi mereka meyakinkanku bahwa mereka bukanlah manusia dan berjanji tidak akan melukaiku.

Sudah kubilang 'aku memang gila', hanya dengan sebuah kalimat aku mau saja percaya. Prinsipku, percaya lalu mati lebih baik daripada tidak percaya lalu menyesal.

"Jihoon."

Soonyoung—iblis bermata sipit itu lebih sering mendatangiku daripada dua yang lain. Biasanya dia memanggilku hanya untuk mengobrol atau mengajakku makan bersama. Dia sudah jatuh cinta dengan makanan manusia.

"Aku ingin mengatakan sesuatu," ucapnya. Aneh, tidak ada raut ceria di wajahnya—seperti biasa. "Tapi, tidak di sini."

Dia menyambar tanganku dan seketika aku berpindah tempat bersama dengan Soonyoung. Ruangan ini terasa sangat dingin dan gelap, hanya ada cahaya dari api lilin di tengah ruangan. Penglihatanku tak cukup baik, aku tak yakin ada dua sahabatku yang lain tengah duduk di dekat lilin itu.

"Kemarilah, Jihoon!" Perintah seseorang yang aku yakini sebagai suara Junhui. "Soonyoung."

Soonyoung menuntunku untuk duduk di samping Wonwoo. Lalu dia duduk di antara aku dan Junhui.

Hening.

Kurasa keberadaanku di sini bukanlah hal baik. Atmosfer di sini tidak seperti biasanya. Soonyoung dan Junhui biasanya menyeletuk siapa yang paling pantas disebut sebagai pria tampan lalu Wonwoo datang dan memenangkan kontes pria tampan dadakan itu. [Suasana perasaan yang bersifat imajinatif]

"Jihoon," panggil Wonwoo dengan suara beratnya.

Aku menoleh. Tidak ada yang salah dengannya. Dia selalu tampak seperti itu, batinku mencoba meyakinkan diri.

"Maukah kamu mendengar cerita ini?" tanya Wonwoo. Matanya menatap api di lilin tapi tatapan itu terasa kosong—tidak seperti biasanya.

"Cerita hantu?" tanyaku.

Junhui menggeleng. Aku 'kan bertanya pada Wonwoo, pikirku.

"Lebih seram daripada cerita hantu," saut Soonyoung.

Aku tak paham, sumpah. Mereka tau aku ini penakut, kan? Cerita hantu saja sudah membuatku ketakutan dalam semalam dan mereka akan menceritakan sesuatu yang lebih seram daripada hantu.

Belum sempat aku bertanya, Wonwoo berujar, "Mimpi terburukmu."

Aku hampir melupakan fakta bahwa mereka iblis dan salah satu mimpi terburukku yang pernah aku katakan pada mereka. Dikhianati.

"Tak apa," ucapku. Aku pun tak yakin dengan apa yang 'tak apa'.

"Maafkan kami, Jihoon! Kami bersumpah akan membuat kehidupan abadi kami menyesal karena melukaimu," ucap Junhui.

Junhui dan Soonyou adalah iblis yang lebih tua dari Wonwoo. Sikapnya yang kekanakan itu hal biasa bagiku. Terkadang aku dan Wonwoo harus menjadi penengah antara mereka berdua. Tapi hari ini berbeda, hari ini semuanya berbeda.

"Tak masalah," gumamku.

Oh, Jihoon ayo katakanlah hal lain.

"Pamanmu," Soonyoung menatap api di lilin sendu, "menyebut namamu sebagai tumbal keserakahannya."

Soonyoung. Ini pertama kalinya aku melihat dia menangis. Aku jadi merasa bersalah.

"Jihoon, bangunlah!"

Mataku terbuka. Masih di ruangan yang gelap--tapi posisiku berbaring dan tak ada cahaya lilin, hanya ada samar-samar cahaya bulan masuk melalui lubang ventilasi udara.

"Jihoon," panggil seseorang, suaranya sangat asing di telingaku. Aku kesulitan untuk mencari sumber suara, beruntung dia dengan murah hati mau mendekat padaku. "Mimpi burukmu takkan pernah terjadi sekarang. Tapi, mimpi burukku baru saja terjadi karenamu."

Sulit sekali menggerakkan badanku sendiri. Setidaknya aku harus diberi kesempatan untuk mengeluarkan suaraku.

"Aku kehilangan tiga putraku karenamu, Lee Jihoon."

Oh, tidak. Dia ayah dari ketiga sahabatku. Lalu dia datang dan mengatakan tiga putranya hilang karena diriku. Itu jauh lebih buruk dari mimpi burukku.

"Kau harus bertanggung jawab akan hal itu, Lee Jihoon."

END.

END

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hallo November [Birthday Event]Where stories live. Discover now