6. Galau

98.7K 7.1K 655
                                    

Seorang wanita berhijab mengetuk pintu bercat putih yang ada di hadapannya. Biasanya, dirinya selalu memasuki rumah itu tanpa permisi. Namun kali ini dirinya berniat menjadi tamu yang sopan.

Tak perlu waktu lama untuk menunggu sang pemilik rumah membukakan pintu. Di hadapannya, ada seorang laki-laki berbadab tegap. Pakaiannya begitu rapi, seperti ingin pergi ke suatu tempat.

"Tumben," cibir laki-laki di hadapannya, kedua tangannya dilipat di depan dada, tubuhnya bersandar pada kusen pintu.

Wanita itu menaikkan satu alisnya. "Bukannya gue sering dateng ke sini tiba-tiba?"

Laki-laki di hadaoannya meneggakan tubuhnya. "Maksud gue, tumben gentuk pintu. Biasanya udah kayak maling."

"Lagi pengen aja." Wanita itu menerobos masuk ke dalam, membuat laki-laki di hadapannya sebal.

"Qila, Fiqa, ada Bunda, nih," teriak laki-laki itu yang tak lain adalah Gio, ayah dari anak kembar dua.

Keduanya menuruni anak tangga secara bersamaan dengan sedikit berlari. "Bunda." Keduanya memeluk wanita berhijab yang sudah duduk di sofa ruang keluarga.

"Kalian cantik banget, sih," puji wanita itu, "mau pergi ke mana?"

"Gak tau." Fiqa menggelengkan kepalanya, membuat rambutnya yang dikuncir dua itu ikut bergerak mengikuti gerakan kepalanya.

"Mau periksa kehamilan," jawab Mel dari arah dapur.

"Tau, tuh. Papanya gak sabaran

"Bunda ikut, gak?" tanya Fiqa.

"Nggak. Bunda mau di rumah aja," jawab Wanita itu.

"Ayo, berangkat," ajak Gio pada kedua anaknya.

"Aku mau sama Bunda, Pa," pinta Qila.

"Nadya, gue titip Qila, ya. Kalau dia susah diatur, marahin aja," ucap Gio kepada wanita berhijab itu.

"Qila, jangan repotin Bunda, ya." Mel mengecup kening anaknya.

Setelah Gio, Mel, dan Fiqa meninggalkan rumah, kini tinggal lah Nadya dan Qila berdua di dalam rumah.

"Qila, udah makan?" tanya Nadya.

"Udah." Qila menganggukkan kepalanya.

"Bunda laper." Nadya menurunkan Qila dari pangkuannya. "Di dapur ada apa, ya?" Nadya berjalan menuju dapur yang diikuti oleh langkah kecil Qila.

Nadya mendapatkan satu kotak kue di dalam lemari makanan. Sepertinya, kue itu baru dimakan beberapa saja. Dengan senyuman jahil, Nadya membawa semua kue itu ke meja makan, berniat untuk menghabiskan seluruhnya. Nadya menduduki kursi di sebelah Qila.

"Bunda, mau."

"Cucu tangan dulu," ucap Nadya yang langsung dipatuhi oleh Qila.

Nadya memperhatikan langkah Qila. Pandangannya melihat betis anak itu, seperti ada lebam di sana.

"Qila?" Tepat saat anak itu sudah berada di dekat Nadya, wanita berhijab itu menyentuh lebam anak itu.

Qila meringis. "Bunda, sakit."

Nadya berjongkok, menyetarakan tingginya dengan Qila. "Kenapa bisa biru kayak gini?" Nadya menatap mata anak di hadapannya.

"Dipukul sama Papa pake ikat pinggang."

"Kok bisa?" Nadya memberikan sepotong kue untuk Qila.

Qila menerima potongan kue tersebut. "Aku disuruh hadap tembok sama Papa. Aku aus, jadinya aku nengok ke belakang. Papa langsung mukul kaki aku."

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang