54. Bad Day

82.6K 6.4K 940
                                    

"Pengasuh?"

Kening Mel mengkerut. Ditatapnya Gio dengan pandangan bingung.

"Iya. Supaya mereka lebih terawasi. Aku rasa kalau cuma Umi sama Mami yang jagain, kasian juga, pasti kewalahan ngurus anak-anak."

Mel memainkan ujung baju tidurnya. Ia nampak menimang permintaan suaminya.

"Gimana?" Gio menatap wajah istrinya dengan serius.

"Boleh."

Sebuah senyuman terukir tipis di wajah pria itu.

"Tapi."

Sekarang, kening Gio yang mengkerut. "Apa?"

Mel berdiri. Ditatapnya wajah suaminya dekat serius. "Kamu harus janji gak akan pukulin anak-anak lagi."

Pria itu mengkerutkan keningnya. "Yang lain."

"Gak mau."

Jantung Mel berdetak dengan cepat. Tak menyangka jika suaminya menolak permintaannya. Mengingat goresan luka di tubuh anaknya, mampu membuat Mel ingin menangis. Merasa menjadi seorang ibu yang payah, tidak bisa menjaga anak-anaknya dengan baik.

Tidak.

Ia tidak boleh menyerah sekarang. Perkataan itu sudah terlanjur terucap. Dan ia harus siap dengan penolakan suaminya nanti.

Melihat suaminya yang masih berpikir membuat Mel berkata, "Ya udah. Aku bawa anak-anak ke RS aja."

"Emang berani?"

"Berani lah. Kenapa harus takut?" Dagu Mel sedikit terangkat. Tanda ia sedang menantang lawan bicaranya.

"Tapi kamu gak bisa awasin mereka selama kamu kerja." Gio memberikan tatapan seriusnya. Tatapan yang sering membuat Qila merasa ciut, begitu juga dengan Mel.

"Paling juga anak-anak sembarang minum obat. Atau yang paling parah, diculik orang."

Tidak. Gio tidak mau salah satu anaknya diculik. Ia akan merasa menjadi seorang ayah yang sangat bodoh jika itu benar terjadi. Toh, untuk apa ilmu bela diri dan kekayaan yang berlimpah miliknya, jika bukan untuk ketiga anaknya?

"Fine!" Gio berdiri dan menyodorkan jari kelingingnya.

Mel mengkerutkan keningnya. Ditatapnya jari kelingking itu dengan sinis. "Apaan, nih?"

"Aku janji, gak akan pukulin anak-anak lagi."

Senyuman Mel mengembang. Ia pun mengaitkan jari kelingkingnya. Setelah itu, kedua tangannya refleks memeluk tubuh suaminya.

"Makasih Bapak Vergio yang nyebelin setengah mati! Kurangin galaknya, ya!"

Gio tersenyum tipis. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan berusaha menjadi seorang ayah yang lebih baik.

Mel sudah mengambil posisi di tempat tidur. Bersiap untuk beristirahat dan menyambut hari esok kala suaminya bertanya dengan intonasi pelan.

"Kalau aku ingkar janji, gimana?"

Kedua mata Mel sudah terpejam. "Banyak cowok di luar sana." Lidahnya menjulur keluar.

Tidak. Mel hanya berniat untuk meledek suaminya. Ia benar-benar menyayangi suaminya. Meski pria itu kerap kali membuatnya sakit hati. Namun Mel yakin, kekuatan cinta akan mengubah segalanya menjadi lebih baik.

***

"Risya! Jangan sering main sama dia!" teriak seorang anak pada Risya yang sedang memakan bekalnya bersama Qila.

"Emang kenapa?" Risya bertanya.

"Dia kan orang gila!" celetuk teman kelasnya yang lain.

Qila menunduk dalam. Hatinya sakit. Ia ingin melawan. Namun takut membuat papanya marah. Ia ingin menjadi anak baik.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now