13. Back to School

88.5K 6K 202
                                    

Mentari telah terbit di ufuk timur. Semua orang disibukan dengan aktivitas masing-masing. Liburan kenaikan kelas baru saja usai. Dalam kata lain, ini adalah hari baru bagi para kaum pelajar.

Tak terkucuali Qila dan Fiqa. Tepat pada hari ini, keduanya resmi menjadi siswa sekolah dasar. Keduanya merasa tidak sabar ingin berkenalan dengan teman baru.

Gio menghampiri kedua anaknya yang sedang dibantu oleh Mel untuk memakai sepatu. Pria itu memasangkan sebuah kalung di leher kedua anaknya.

"Pa, ini biar apa?" Qila memegang kalung yang sudah terpasang di lehernya. Matanya memperhatikan tulisan namanya yang menjadi bandul kalung itu.

"Biar temen-temen baru kamu, gak salah sebut nama kamu." Gio merapikan kemeja kerjanya.

"Kok, Papa gak pake kalung?" Qila memandang wajah tegas papanya.

Gio tersenyum. Ia pandang anak pertamanya itu. "Anak cowok gak boleh pake kalung. Yang pake kalung cuma anak cewek aja. Mama juga pake kalung."

Qila memperhatikan kalung yang terpasang di leher ibunya. Posisi Mel yang sedang duduk karena membantu Fiqa, mempermudah Qila memperhatikan kalung milik Mel.

"Kok punya Mama bentuk hati, aku nggak?" Qila protes. "Nanti kalau ada yang gak tau nama Mama gimana?"

"Mama, kan punya Papa. Gak boleh ada yang tau namanya." Gio menjawab dengan asal. Tangannya merangkul Mel.

"Gak usah modus." Mel berbisik.

Kini keluarga kecil itu memasuki mobil pribadi mlik mereka. Mobil berwarna silver itu melaju dengan kecepatan rata-rata, membelah keramain ibu kota.

Qila yang duduk di sisi kiri mobil, sibuk memperhatikan gedung-gedung yang tersasa dekat baginya. Hingga matanya menangkap sebuah tulisan besar yang menarik perhatiannya.

"Papa, sekolahnya kelewat!" Qila berteriak panik. Ia baru menyadari bahwa tulisan yang baru ia baca adalah Taruna Muda School.

"Nggak, Sayang. Kamu gak sekolah di situ lagi." Mel menenangkan anaknya.

"Emang kenapa? Kan, Taruna sekolahannya bagus, Ma. Banyak mainannya." Ada nada kecewa dalam kata-kata Qila.

"Kamu ke sekolah mau belajar atau main?" Gio bertanya.

"Sekolah, Pa." Qila menjawab dengan suara yang pelan.

Gio menghela napasnya. "Sekolah di mana aja sama, Sayang. Gak pa-pa, ya?"

Qila mengangguk.

Sedari tadi Fiqa hanya mendngarkan pembicaraan keluarganya. Selalu seperti itu. Sifat pendiamnya tak pernah berubah. Meski di benaknya timbul tanya, apa teman barunya nanti akan sebaik temannya di masa kanak-kanak? Sungguh, ia malas jika harus berbaur dengan lingkungan baru lagi.

***

Mobil Gio berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Ia menurunkan istri dan anak-anaknya. Sebelumnya, ia memesan kepada anak-anaknya supaya tidak merepotkan ibunya yang sudah memasuki masa kehamilan 7 bulan. Dan ia sempat meminta maaf karena tidak bisa menunggu anak-anaknya sekolah di hari pertama.

Qila dan Fiqa memaklumi kesibukan ayah mereka. Selama perjalanan menuju kelas, keduanya berjalan di sis Mel. Saat sudah sampai di pintu kelas, dapat mereka lihat jika ruang kelas sudah cukup ramai.

Qila menggenggam tangan kiri Mel. Fiqa mengenggam erat pakaian milik Mel.

Mel tersenyum. "Sana masuk, Mama tunggu sini."

Fiqa menggeleng cepat. Kedua tangannya semakin erat meremas pakaian Mel. Qila memandang ruang kelas dengan ragu. Ruangan di depannya sangat jauh berbeda dari yang ada di bayangannya. Ia kira, ruangannya tidak akan jauh berbeda dengan ruangan TK. Sepertinya, teman-teman barunya saat ini dua kali lipat lebih banyak daripada teman TK-nya.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang