45. Ingkar

86.7K 6.9K 1.7K
                                    

"Aku mau yang ini." Qila menunjuk sebuah tas sekolah bergambar kupu-kupu.

"Aku maunya yang pita." Fiqa menunjuk tas yang berada di sebelahnya.

"Ih, yang kupu-kupu aja! Pita jelek."

"Ya udah, beli masing-masing aja, ya? Gak usah samaan tasnya," ucap Mel yang sedang menggendong Aji.

Keluarga kecil itu sedang membeli peralatan sekolah karena tiga hari lagi, si kembar sudah kembali masuk sekolah.

"Gak mau, Ma." Fiqa menggeleng.

"Ya udah Fiqa ngalah. Ambil yang kupu-kupu, sama kayak Qila."

"Gak mau." Anak kecil itu kembali menggeleng. "Qila aja yang sama kayak aku."

"Gak boleh gitu, Sayang." Gio mengusap rambut Fiqa. "Kan kamu yang minta samaan."

"Qila, kamu beli yang pita aja." Fiqa tampak memohon pada kakak kembarnya.

Bukan menjawab, Qila langsung memeluk tas dengan gambar kupu-kupu di bagian depan.

"Papa, Qila tuh, Pa." Fiqa mendongak, menatap wajah papanya. Jari telunjuknya menunjuk Qila yang sedang memeluk erat tas sekolah pilihannya.

Mendengar itu, Qila mengembalikan tas pilihannya di tempat semula. Diambilnya tas serupa dengan milik Fiqa. Ia pun berjalan menuju tempat pembayaran tanpa menoleh ke belakang.

Anak kecil itu baru berhenti melangkah saat ada yang memeluk tubuhnya. Ia hanya diam, tidak merespon.

"Kamu marah?"

Qila menggeleng. Ia tidak marah, namun kecewa.

"Kamu mau tas kupu-kupu? Minta sama Papa sana." Mel mengusap punggung sang anak.

Yang ditanya hanya menggeleng, ia tahu pasti, pria dewasa itu tidak akan memberikannya dua tas hari ini.

"Ya udah, gak usah sedih lagi, ya." Diciumnya kening Qila dengan penuh kasih sayang. "Ayo, kita beli alat tulis."

Qila hanya mengikuti langkah Mel dari belakang. Kepalanya terus menunduk, menatap sepatu birunya. Tanpa sadar, ia menabrak seseorang di depannya.

"Maaf," tutur Qila yang masih dalam keadaan menunduk.

"Kenapa?" Orang yang ditabrak pun bertanya. "Ini Bunda."

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya yang masih tertunduk.

"Kasih tau Bunda." Nadya menggenggam pundak anak kecil di depannya.

"Kupu-kupu, Bunda," ucapnya dengan lirih.

"Iya, kapan-kapan kita pergi ke taman kupu-kupu, ya."

Qila menggeleng. "Tas."

Kening Nadya mengkerut. "Mau tas kupu-kupu?"

Anak kecil itu mengangguk.

"Ayo, ajak Bunda liat tasnya."

Selama perjalanan menuju rak tas sekolah, Nadya sempat bertanya.

"Kenapa kamu ambil tas yang ini, sih?"

"Kalau aku ambil yang kupu-kupu, Fiqa bilang ke papa. Dia maunya yang pita, Bunda." Suara Qila semakin tidak terdengar di akhir kalimat. Anak kecil itu sedang berusaha menahan air matanya.

"Udah, gak apa-apa. Gak usah nangis." Nadya mengecup pipi keponakannya.

"Bunda, mau yang kupu-kupu."

"Nanti kalau yang pita udah rusak, Bunda beliin yang kupu-kupu."

"Maunya sekarang, Bunda." Qila sudah tidak mampu membendung air matanya. Setetes air mata sudah membasahi pipinya.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now