40. Gambar

81.7K 5.7K 366
                                    

Satu minggu yang lalu, Oma dan Opa baru saja pulang berlibur dari luar negeri. Satu hal yang membuat Qila senang, ia mendapat satu koper besar berisi banyak squishy. Segala macam ukuran ada. Senangnya lagi, semua squishy itu belum ada di toko squishy langganan Qila. Katanya, semua miliknya hanya dijual di luar negeri. Fiqa juga mendapatkan barang yang serupa.

Qila dan Fiqa sama-sama tidak tahu jika koper berisi squishy itu merupakan pemberian bunda mereka. Oma dan Opa memang diundang datang ke Amerika untuk menemani Nadya yang masih sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.

Tak jarang juga wanita itu diam-diam menangsi ketiga keponakannya di Jakarta. Tentu, tangisnya tidak diketahui oleh Avlar. Nadya tidak mau jika Avlar mengajaknya pulang ke Jakarta, itu akan mengganggu pekerjaan Avlar di Amerika.

Setiap Avlar masih bekerja dan Zachra sedang tidur, Nadya selalu menyempatkan untuk membaca ulang pesan dari keponakannya yang paling cerewet. Siapa lagi jika bukan Qila?

Bunda, aku dikasih squishy dari omah sa ma opah banyaknya banget

Bunda kapan ke sini sih, Aku mau main sa ma Bunda

Kata papah aku liburan mau ke sana. Libur itu kapan Bunda

Bunda kenapa tanda ceklisnya gak ganti warna sih bunda lagi sibuk iya ya udah nanti aku chat lagi ya 😘

Nadya tersenyum tipis saat membaca pesan terakhir dari Qila. Ia memang sengaja mengatur sosial medianya supaya setiap pesan yang masuk seolah belum terbaca. Jika Nadya mau, bisa saja ia pergi ke Jakarta detik ini juga untuk menengok keadaan para keponakannya di Jakarta.

Semuanya kembali lagi pada Avlar. Pria yang menjadi alasan bagi Nadya mau menetap di negara asing. Beruntung, Gio dan Mel sangat mengerti. Sepasang suami istri itu sering kali mengirim vidio aktivitas ketiga anaknya untuk Nadya.

Kembali pada Qila dan Fiqa yang setiap harinya semakin lebih sering ditinggal oleh kedua orangtuanya. Hanya Qila yang sangat merasa kehilangan karena tidak ada lagi suara tinggi yang keluar dari mulut kedua orangtuanya. Jika orangtuanya marah, berarti ia masih disayang oleh kedua orangtuanya, kan?

Satu hal yang Qila sadari, menangisi Fiqa bukan cara yang tepat untuk membuat kedua orangtuanya marah. Tangisan Fiqa justru mebuatnya ikut merasa ingin menangis. Tapi, bukan Qila jika tidak mempunya ide luar biasa.

Sore ini, Gio dan Mel pulang bersama. Sesampainya di rumah, pasangan suami istri itu mendapati mobil baru mereka yang berwarna putih penuh dengan coretan warna-warni. Tak hanya itu, dinding ruang tamu yang dihiasi oleh wallpaper dinding juga dipenuhi dengan coretan. Padahal, Gio sudah menyiapkan tembok di dekat dapur yang dicat khusus supaya bisa diwarnai dan dihapus kembali sesuka hati kedua anaknya.

"Papa! Mama!"

Sepasang anak kembar berlari memeluk dua orang yang sudah mereka nanti sejak tadi kehadiharannya. Keduanya tidak menyadari raut marah di wajah sang ayah.

"Mama sama Papanya mau mandi dulu. Nanti kalian peluk lagi." Oma muncul dari dalam rumah.

"Lho, Umi kapan dateng?" Mel mengecup punggung tangan ibu mertuanya. "Sendirian, Mi?"

"Sama Abi." Oma tersenyum. "Gi? Masuk dulu."

Gio menghela napasnya. Kakinya melangkah memasuki rumah, diikuti oleh kedua anak kembarnya.

"Suami kamu kenapa, Mel?" Oma menatap menantunya. Wanita paruh baya itu menyadari perubahan raut wajah anak laki-lakinya.

Mel menghela napasnya. "Mobil barunya penuh coretan. Tembok ruang tamu juga."

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now