48. Hadiah Ulangtahun

73.1K 6.2K 736
                                    

Malam itu di kediaman keluarga Gio sedang dalam nuansa bahagia. Apa lagi jika bukan Aji, anak terakhir di keluarga itu sudah bisa merangkak. Ada tawa di antara kedua anak kembar itu ketika mereka saling menguju, seberapa jauh adik mereka bisa mengenal mereka.

"Ayo, Aji. Samperin Kafi." Masih dengan senyumnya, Mel memerintah. Wanita itu memang sengaja membuat penampilan anak kembarnya benar-benar mirip.

"Jangan Kafi, Dedek. Kaela aja." Rupanya, Qila tidak terima jika adiknya akan menghampiri Fiqa.

Aji yang sudah dekat dengan Fiqa, merubah arah tujuannya pada Qila. "Lala."

"Udah, udah. Kasian dedeknya nanti capek." Gio membawa Aji pada gendongannya.

"Yah, Papa gak asyik!" Qila melipat kedua tangannya di depan dada.

Gio duduk di antara kedua anak kembarnya. "Kalian mau kado apa?"

"Emang, siapa yang ulangtahun, Pa?" Kening Fiqa mengerut.

"Kalau Dedek yang ulangtahun, masa Papa tanya ke kalian?"

"Yah, masa lupa sih, Kak? Kalian kan mau ulangtahun."

"Tanggal delapan belas ya, Mama?"

Qila menatap wajah Mel. Wanita itu tersenyum seraya mengangguk. Anak kecil itu beranjak pergi ke kamarnya.

"Aku mau barbie yang banyak. Sama rumah-rumahan yang ada orang-orangannya." Fiqa tersenyum manja.

"Iya, nanti Papa cariin." Gio mengecup kening anak keduanya.

"Qila mau minta apa?" Mel bertanya saat melihat anak pertamanya sudah kembali. Dapat ia lihat kedua tangan anaknya yang disembunyikan di belakang tubuh dan senyuman penuh arti di wajahnya.

"Ini." Qila menyodorkan sebuah amplop.

"Apa ini?" Masih dengan senyuman, Mel membuka amplop tersebut dan membaca isi surat dari dalam amplop. Seakan tahu dengan maksud dari Qila, ekspresi wajah Mel pun berubah. Tak lagi tersenyum.

"Mainan aku udah banyak. Bonekanya juga masih bagus, squishy aku ada sekoper. Kura-kura aku masih belum bisa terbang, gak boleh diganti." Wajah Qila yang terlihat serius membuat siapa saja yang melihatnya ingin mencubit gemas kedua pipi tembamnya.

"Gak ada kura-kura bisa terbang, Kak." Gio memberitahu. "Itu cuma kartun."

"Tapi aku gak mau kura-kuranya diganti. Itu dibeliin bunda."

"Terus kamu minta apa?" Hati Mel sudah berdegup lebih cepat saat mulutnya melontarkan pertanyaan.

"Kata Bu Guru, nanti acaranya harus didampingin orangtua. Nah, aku maunya sama Mama. Fiqa sama Papa. Boleh, kan?"

"Kamu ulangtahun hari jum'at, kan?" Gio mengambil alih surat dari istrinya. "Ini acara sekolah kamu barengan sama hari ulangtahun kamu dong, Kak."

Qila mengangguk. Wajahnya tersenyum senang.

Pasangan suami istri itu saling pandang. Dapat Gio sadari wajah istrinya yang memucat.

"Aku janji gak minta apa-apa lagi, deh. Mama sama Papa gak kerja sehari ... aja. Aku janji gak minta kado lagi." Qila mulai memohon.

"Iya." Gio mengangguk, membuat senyum Qila semakin mengembang.

"Makasih, Papa!" Qila mengecup pipi sang ayah.

"Sama-sama, Sayang." Gio membalas ciuman dari anaknya.

"Mama? Kenapa diem aja?" Fiqa yang sadar dengan perubahan mamanya, bertanya.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now