36. Senyuman Mel

86.1K 6.2K 395
                                    

Waktu terus berjalan. Hari demi hari terlewati dengan Qila yang selalu mempunyai ide di luar dugaan kedua orangtuanya, bahkan kelurga besarnya. Seperti pada pagi ini.

Qila sangat menyayangi adiknya, Aji. Bayi laki-laki itu sudah berumur tiga bulan. Saat ini, Qila dan Fiqa sedang menikmati masa liburan kenaikan kelas mereka. Semua hari terasa seperti hari Minggu bagi keduanya.

Aji terus menangis, meminta susu. Namun, bayi itu tidak mau meminum ASI langsung dari mamanya yang sedang sakit. Gio sudah sibuk mencari botol dot milik Aji. Jumlah botol dot milik bayi laki-laki itu ada lima. Dua botol kotor. Menyisakan tiga botol susu yang berada di lemari pendingin.

"Sini, aku aja yang pegangin botolnya." Mel menerima botol susu pemberian suaminya. Kemudian, ia memasukan dot ke dalam mulut sang anak, seketika anaknya terdiam.

"Kok susunya abis, ya?" Gio menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Loh, seharusnya masih ada dua botol, kan?" Mel menatap suaminya. "Atau kotor empat?"

Gio menggeleng. "Kotor dua, ini baru mau aku cuci."

"Terus duanya ke mana? Coba tanya anak-anak. Siapa tau mereka liat." Mel memberi saran.

"Nanti, deh. Aku cuci botolnya dulu aja." Gio beranjak pergi menuju dapur. Ia membersihkan kedua botol susu anaknya.

"Papa, aku minum yang dingin." Qila memasuki dapur. "Aku haus."

"Nih." Gio memberikan gelas berisi air pada anaknya. "Eh? Kuku kamu kotor, ya?"

Yang ditanya hanya menunjukan deretan gigi putihnya.

"Coba, Papa liat." Gio memeriksa kuku jari tangan kiri anaknya. "Main tanah?"

Masih dengan gelas di tangan kanannya, Qila mengangguk.

"Ayo, bersihin." Gio menarik lengan anak pertamanya menuju kamar mandi. "Abis ini, nonton aja sama Fiqa, ya?"

Qila mengangguk. Setelah selesai membersihkan kuku jarinya yang kotor, anak kecil itu menuju lantai atas, menonton acara kartun bersama kembarannya. Saat sedang asyik tertawa bersama, sepasang anak kembar itu dikejutkan oleh suara papanya.

"Kalian mainan botol susunya dedek?"

Kedua anak kecil itu dengan kompak menggelengkan kepalanya. Masih dengan rasa penasaran, Gio menuruni satu persatu anak tangga rumahnya. Pria itu penasaran, ke mana dua botol susu anaknya pergi. Seingatnya, saat ia bangun tidur tadi, ada tiga botol yang tersisa di lemari pendingin.

Gio terus mencari dua botol susu anaknya di seluruh penjuru dapur. Tetap saja hasilnya nihil. Ia memutuskan beristirahat di kamarnya.

"Gak ke kantor lagi?" Suara Mel menyambut kedatangan suaminya.

Pria itu menggeleng. "Nanti aja kalau kamu udah sembuh."

"Aku gak apa-apa." Mel menunjukan ekspresi yakinnya. Ia hanya terlalu lelah. Sudah dua hari ini dirinya hanya bersantai di dalam kamar atas perintah suaminya.

"Aku gak tega biarin istri aku yang lagi sakit ngurusin tiga anak." Gio mendekati meja kecil di samping tempat tidur. "Siapa yang akan ngancurin obat kamu nanti?"

Wajah Mel bersemu merah. Sifat suaminya selalu berlebihan jika dirinya sakit. Meski begitu, tetap sifst menyebalkannya yang mendominasi.

"Botolnya dedek jangan lupa diisi ya, Ma." Gio mengambil sendok yang sudah berisi obat yang telah dihancurkan sebelumnya. "Minum dulu."

Mel menggeleng. "Aku bisa minum sendiri. Dedek juga udah tidur. Mending kamu beli botol lagi aja."

Gio mengangguk. "Aku pulang, harus udah minum obatnya." Pria itu melangkah pergi menuju toko perlengkapan bayi.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now