20. Tanpa Fiqa

85.5K 6K 746
                                    

Pagi ini, semua orang sudah memulai aktivitasnya. Qila sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Atasan berwarna putih dengan lambang bendera merah putih di atas kantong, dan name tag bertulisan Aqeela M. Ahmad di dada sebelah kirinya. Ia memakai rok merah dengan panjang selutut dan kaos kaki putih sepanjang setengah betis. Sepatu hitam dengan motif berbentuk hati, menghiasi kakinya.

"Fiqa mana?" Gio menghampiri Qila yang sedang mengisi ulang botol minumnya.

"Belum bangun, Pa." Qila menyodorkan botol minumnya yang sebelumnya sudah ia putar atasnya. "Udah rapet belum, Pa?"

Gio memeriksa botol itu. "Udah." Ia mengembalikan botol itu pada anaknya. "Sekarang jam berapa, Qil?"

Qila melirik jam tangan miliknya. "Jam lima lewat empat puluh."

Jawaban Qila benar.

"Pinter." Gio mengecup Qila.

Qila tersenyum senang. Pandangan matanya menangkap Fiqa yang baru datang dengan mamanya. Kembaran itu masih menggunakan pakaian tidur miliknya.

"Kok, kamu belum mandi, sih?" Qila heran.

"Badannya demam lagi." Mel menjawab pertanyaan Qila. "Gimana, Pa?"

Gio mendekati Fiqa. Menempelkan punggung tangan kanannya pada kening anaknya. Suhu tubuhnya tinggi.

"Bawa ke dokter sekarang, ya, Pa? Mama siap-siap dulu." Mel sudah tidak sabaran.

"Nanti sore aja, Ma. Kalau belum turun, baru kita bawa ke dokter." Gio menatap istrinya dengan lembut.

"Demamnya dari kemarin pagi, Pa. Nanti kalau kenapa-kenapa gimana? Obat demam anak-anak di rumah lagi abis." Mel cemberut.

"Ya udah, siap-siap aja. Abis sarapan kita ke dokter, ya." Gio mengalah. Mel pun pergi menuju kamarnya.

"Yah, Fiqa gak sekolah, dong?" Qila memasang ekspresi kecewanya.

"Iya. Kan, lagi sakit." Gio menjawab.

"Aku juga gak sekolah, kan?" Qila tersenyum senang. "Asik."

"Enak aja. Kamu tetep sekolah, lah." Gio merapikan penampilan Qila yang terlihat sedikit berantakan.

"Yah, gak asik." Qila melipat kedua tangannya di depan dada. Ia kecewa.

"Kemarin aku mau ujan-ujanan gak dibolehin sama Papa soalnya Fiqa sakit. Kok, sekarang Fiqa gak masuk, aku tetep masuk?" Anak kecil itu terus protes tidak terima.

"Papa udah bayarin sekolah kamu mahal-mahal. Masa kamu mau seenaknya gak masuk sekolah?" Gio menyubit pipi tembam Qila.

"Fiqa harus masuk!" Qila berkacak pinggang.

"Qila, Fiqa lagi sakit. Jangan kayak gitu, Papa gak suka." Gio menatap Qila dengan lembut.

Anak dengan rambut yanh dikuncir dua itu terus cemberut.

"Ayo, sarapan dulu." Mel sudah kembali ke dapur. Fiqa sudah sejak tadi duduk di tempatnya.

Mel memberikan roti tawar dengan selai kacang kesukaan Gio pada lelaki bertubuh tegap itu. Kemudian, ia memberikan segelas susu pada Fiqa yang duduk di sampingnya.

"Qila mau rasa apa?" Mel mengambil selembar roti tawar.

"Anggur."

"Gak ada, Sayang. Yang lain."

"Maunya anggur, Ma."

"Abis. Sekarang yang lain dulu, ya? Nanti Mama beli selai anggur buat kamu." Mel merayu.

"Aku mau buah aja," ucap Qila dengan kesal.

Mel menghela napasnya. Ia mengambil apel dari atas meja dan memotongnya.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ