Senen: Selasa, 15 April 2014 - Bagian 3

134 19 1
                                    

Sarah terbangun.

Wajah dan tubuh Sarah dibanjiri keringat. Ruangan itu ramai, tetapi hanya ia sendiri yang tertidur di satu kasur nyaman. Ia menyadari tangannya ditusuk oleh selang yang terhubung dengan suatu cairan; ia berada di rumah sakit. Rambutnya tidak disembunyikan oleh kerudung.

Sarah hanya menyadari ruang itu ramai karena suara orang lalu lalang dan berdesak-desakan, serta beberapa teriakan dan tangisan. Ia merasa harus menemukan kerudung, tetapi fisiknya masih belum siap bangun mencari. Matanya masih buyar, tetapi ia memaksa untuk fokus terhadap satu sosok dan suara yang sosok itu hasilkan.

"Sarah?"

Sarah menyadari sosok di sampingnya. Jon tersenyum, "Sudah bangun?"

Sarah tak menjawab. Ia masih tak terbiasa harus berebut oksigen di ruangan besar itu. Kepalanya sakit serta pusing; ia tak dapat mengingat apa-apa.

"Bagus," suara Jon yang lembut susah untuk menjadi titik fokus bagi Sarah.

"Pak Jon?" sarah berbisik.

"Jangan bangun dulu. Istirahat."

"Di mana?"

"Rumah sakit."

"Rumah sakit?"

"Para tentara mengumpulkan kita di sini. Bunker sementara, katanya. Tadi ada tentara yang membawamu. Aziz namanya. Katanya tantemu juga di sini. Ini, hape-mu, katanya."

Sarah menerima gawai dari Jon. Ia sadar itu adalah gawai Novi. Ia bingung, "Yang lain?"

Jon terdiam sebentar, "Novi dan Jaka di lantai atas. Mereka baik-baik saja. Cuma perlu istirahat."

Sarah semakin bingung, "Robi?"

Jon tak menjawab.

"Pak Jon?"

"Kamu istirahat dulu. Tantemu katanya mau datang."

Sarah terdiam. Ia bingung.

Sarah bertanya lagi, "Robi gimana, Pak?"

Setelah diam lama, Jon menjawab, "Robi ditawan."

Kini Sarah yang diam. Ia kebingungan dan heran. Keramaian itu hening seketika, dan Sarah akhirnya menyadari kenapa Robi ditawan: ia orang Malaysia. Kini Sarah memikirkan Robi, dan apa yang dilakukan oleh para tentara Indonesia kepadanya.

Ramai yang diheningkan pikiran Sarah mencegah Sarah mendengar panggilan namanya, hingga akhirnya wanita yang memanggil namanya berdiri di hadapannya. Wanita tersebut menggunakan seragam tentara yang lebih heboh dibandingkan yang lain, dan jauh lebih rapi.

"Sasa," wanita itu memegang paha Sarah.

"Tante," jawab Sarah. Jon tertegun; tante Sarah adalah Ajeng, Sang Jenderal Angkatan Laut. Apakah Ajeng datang untuk Sarah, atau ada suatu hal lain yang hendak ia lakukan?

"Kamu baik?" wajah Ajeng tak berubah dari mimik netralnya.

"Iya, tante."

"Baguslah. Terima kasih, saudara..."

"Jon. Jon Chaniago."

"Bung Jon? Yang dulu di Aceh?"

"Benar. Lama tak berjumpa, Dik Ajeng."

"Saya jadi merasa bersalah. Bung padahal sudah pensiun lama."

"Ndak apa, Bu. Namanya juga darurat."

"Tante, temenku di mana?"

Ajeng menoleh ke Sarah, "Temanmu? Kamu di sini sama temanmu?"

"Iya. Temen-temen sekelas."

Ujian NasionalWhere stories live. Discover now