Menteng: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 1

96 17 0
                                    

Robi dibangunkan oleh ketukan pintu. Ketika ia bangun, ia menyadari bahwa ia sendiri. Tidak ada Sarah dalam rangkulannya. Ia tak mengenakan apa-apa, sehingga ia bisa yakin bahwa apa yang terjadi semalam bukan mimpi.

Suara di balik pintu mengatakan, "Ada orang?"

"Ada," sahut Robi cepat sambil mencari dan memakai pakaian. Ia melakukannya dengan terburu-buru, meskipun ia tahu bahwa pintu kamar itu terkunci semalam. Hanya saja, Sarah tak bersamanya di atas ranjang. Robi menduga pintu kamar itu tak terkunci.

Saat Robi membuka pintu, ternyata benar. Pintu itu tak terkunci. Ia langsung berpapasan dengan seorang tentara yang terlihat lebih muda daripada Aziz dan Edo.

"Robi, ya?" tanya tentara itu. Robi mengiyakan. Tentara itu bertanya lagi, "Kamu sendiri?"

Robi terheran. Sendiri? Jadi, tidak ada Sarah dan Novi di bawah? Novi mungkin masih tertidur. Sarah mungkin sedang mandi atau semacamnya, dan tak dapat mendengar atau menjawab panggilan tentara itu.

"Ada Sarah sama Novi. Novi kayaknya masih tidur," duga Robi. Sang tentara mengernyit.

"Kamar yang lain kosong. Cuma ada kamu," sang tentara ikut terheran. Robi tambah heran lagi.

"Dengan bapak siapa, ya?" Robi berusaha basa-basi.

"Adit. Juniornya Bang Aziz-Edo. Kemarin yang jaga mereka, kan?"

"Iya, pak."

"Kakak aja. Gua masih dua-tiga. Atau Adit aja."

"Eh, iya, um, kak," Robi menjadi semakin kikuk; "Kakak sendirian?"

"Sekarang sih, iya. Nanti siang ada temen gua bakal join," jawab Adit santai. Robi meragukan apakah Adit sungguhan tentara atau bukan. Mungkin karena masih muda. Ia menduga bahwa tugas menjaga dirinya, Sarah, dan Novi semakin dianggap tidak memiliki urgensi tinggi. Bahkan kini yang menjaga hanya satu tentara muda. Robi tak banyak pikir selain mewajarkan situasi. Toh ia, Sarah, dan Novi tak banyak tingkah, serta tak repot untuk diurus.

"Jadi, yang lain mana?" Adit kembali ke topik.

Robi semakin kebingungan, "Coba kita cari di bawah."

"Oke. Yuk," Adit berjalan lambat menuruni tangga.

Robi masih kebingungan. Ia yakin bahwa Sarah akan menjadi orang pertama yang mengajak kenalan Adit, atau setitdaknya bangun dan bertemu Adit terlebih dahulu. Ia mengingat lagi bahwa kemarin pagi saja, Sarahlah yang membangunkan seisi rumah Jon untuk ibadah subuh. Tidak hanya itu, ia punya prasangka bahwa Novi harusnya masih tidur—mungkin hingga nanti siang. Kalaupun ia bangun, ia pasti dibangunkan Sarah.

Semakin Robi berkelana ke sudut-sudut rumah istana itu, semakin bingung dirinya. Ternyata memang hanya ada dirinya dan Adit. Robi juga tidak menemukan tas-tas kedua gadis itu. Ia berpikir, apakah jangan-jangan mereka keluar mencari makan? Harusnya tidak demikian, karena rumah itu mempunyai persediaan makan yang cukup banyak. Air dan listrik masih menyala, dan ada penyaring air agar air keran bisa diminum. Apakah Novi sakit, dan Sarah keluar untuk mencari obat? Seingat Robi, Aziz sempat berkata bahwa rumah itu punya persediaan obat-obatan. Tidak mungkin pula Sarah membawa Novi jalan, jika Novi sungguhan sakit. Pun, untuk apa membawa semua barang-barang mereka? Robi semakin kebingungan.

Beberapa menit berlalu. Robi kembali ke kamar tempat ia tidur semalam. Setelah secara cermat mencari perbedaan, ia menemukan secarik kertas di atas meja, yang tidak ada sebelum ia bangun. Robi menghampiri meja tersebut, dan membuka lipatan kertas itu. Robi terperangah.

"HARI INI UJIAN BAHASA INGGRIS & FISIKA. JANGAN TELAT BANGUN."

Robi memegang lehernya. Timbul keringat dingin. Robi mengusap-usap keringat dingin dari lehernya. Detak jantungnya terasa, dan napasnya terhenti. Satu kata terbisik dari mulutnya, "Anjing."

Ujian NasionalWhere stories live. Discover now