Bab 1

8.6K 712 27
                                    

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya ...

****


Naura tidak percaya dengan apa yang dilakukannya sekarang. Gadis itu memoles wajahnya dan memilih pakaian terbaiknya untuk tampil mempesona di pernikahan mantan kekasihnya yang dua bulan lalu mengakhiri hubungan mereka dengan alasan ingin fokus mengejar karirnya yang mulai cemerlang, namun kenyataannya ternyata Radhi mengejar karir lewat pernikahan dengan anak bosnya. Menyebalkan.

Sebenarnya lebih menyebalkan Naura sih. Dia tidak belajar dari pengalaman orang lain. Jangankan artis besar yang menghadiri pernikahan mantan, dia sendiri saja yang hanya manusia biasa dan tak pernah menarik perhatian orang lain tiba-tiba menjadi sorotan. Semua orang menghampiri dan memeluknya—seolah berduka cita karena Naura sudah ditinggal menikah oleh mantan kekasihnya.

Ha! Mereka tidak tahu saja betapa bersyukurnya Naura akan perpisahannya dengan Radhi. Setidaknya untuk sekarang. Karena Tuhan sudah menunjukkan kan, orang seperti apa si Radhi itu.

"Naw," panggil Dita—sahabatnya. Gadis itu memberikan satu gelas jus jambu kepadanya namun matanya malah sibuk menatap pelaminan.

"Si Radhi ini emang nggak tahu diri," ucapnya lagi.

Naura mengerutkan kening, "Kenapa?"

Dita mencebikkan bibirnya. Ia mendekat dan berbisik pada Naura, "Katanya si Radhi sengaja nidurin si Asha dan bikin dia hamil, makanya mereka bisa nikah secepat ini."

Naura mendengus, "Terus si Radhi tokcer gitu ya, makanya dalam waktu dua bulan bisa jadi?"

Dita terdiam untuk berpikir sejenak, "Kayaknya sih diusahain banget Naw," sahutnya.

Naura tersenyum miris, "Ya baguslah. Sama gue, berapa kalipun dia minta. Kita nggak sampe sejauh itu. Untungnya gue masih waras dan selalu bisa nahan tangan dia waktu dia buka celana gue," sahut Naura.

Dita terkikik, "Tunggu sampe lo ketemu sama cowok yang bisa bikin lo nggak waras. Lo nggak akan lagi nahan tangan dia buat buka celana lo, palingan lo nahan tangan dia buat nggak berhenti. Iya nggak?" godanya.

Naura melotot. Ia menatap Dita dan berdesis, "Mentang-mentang weekend, mulut lo nggak sekolah."

****

"Nanaw! Nggak nyangka bisa lihat lo di sini," sapa Danan—sahabat Radhi yang tahu sekali perjalanan cinta Naura dan Radhi.

Naura menatapnya dan tersenyum, "Yah, gue diundang sih. Nggak ada alasan buat nggak dateng juga," sahutnya.

Danan menatapnya dengan decak kagum, "Tapi bukannya kalau lo dateng, lo akan kelihatan menyedihkan ya?"

Naura menggeleng, "Kalau gue nggak dateng, Radhi bakal mikir gue nggak sanggup lihat dia nikah. Bah, gue sanggup-sanggup aja tuh. Lagipula gue juga harus memenuhi undangan dia kan, yang gue juga nggak ngerti sih maksudnya apa. Emang cowok aneh ya, tabungan kita udah banyak, tiap nanya rencana nikah kapan selalu jawab nunggu tabungan makin banyak, kalau gue desak ... dia nggak jawab. Ujung-ujungnya malah mutusin gue. Eh dalam waktu dua bulan malah nikah sama yang lain. Sebangsat itu," desis Naura.

"Lo nggak tahu sih cerita lengkapnya," sambar Danan.

Naura mendesis, "Nggak mau tahu juga," jawabnya.

Ia menatap dirinya di cermin, memastikan penampilannya sempurna dan tersenyum kemudian menatap Danan dan melambaikan tangan, "Bye! Gue mau cabut," pamitnya.

Danan mengangkat alisnya, "Emang udah salaman sama Radhi?"

Naura tersenyum, "Dia lagi ganti baju tadi. Yah, gue foto sama ceweknya aja. Lagian salamannya nggak penting, yang penting isi amplopnya."

Danan tergelak, "Emang lo isi apa?" tanyanya.

Naura tersenyum dan menjawab, "Buku tabungan si Radhi yang dititipin ke gue, duit yang katanya dia kumpulin buat nikahin gue."

"BUSET! Berapa duit?"

Naura tersenyum lebar, "Empat puluh lima juta," katanya.

Gadis itu pergi sementara Danan menganga seorang diri. Pria itu menatap Naura tidak percaya.

Uangnya empat puluh lima juta dan Naura malah mengembalikannya? Gadis itu sudah gila?!

*****

Prinsip yang harus selalu dipegang oleh Naura adalah, ketika seorang pria yang pernah muncul dalam hidupnya menikah, maka ia akan membangun tembok besar yang membentang lebar menghalangi keduanya berhubungan—sekalipun hanya bertegur sapa. Karena bukan masalah bertegur sapanya, tetapi masalah kesempatan yang dibumbui oleh godaan setan yang ada. Ck. Setan saja mungkin menghardiknya karena membawa-bawa namanya padahal ia tidak melakukan apa-apa.

Naura menatap ponselnya. Ia membuka aplikasi instagram dan melihat postingan yang ia arsipkan. Dua bulan lalu, ketika Radhi memutuskannya, Naura tidak menghapus semua foto-fotonya. Ia hanya mengarsipkannya—kalau-kalau suatu saat ia bisa mempostingnya lagi—dia memang sudah gila. Benar kata Uks dalam lagu Cinta itu Buta yang berbunyi 'Jika benar cinta itu buta, butakah hatiku. Berkali terluka masih saja kumenunggu.'

Memangnya selama bersama Radhi, Naura tidak pernah terluka? 5 tahun bersama Radhi, Naura merasakan yang namanya dibohongi, diingkari janji, dan ia bertahan bahkan bisa melaluinya sampai dua bulan lalu. Harusnya Naura kan yang minta putus? Kenapa malah Radhi yang minta putus darinya?

Bahkan rasanya Naura ingin menikam Radhi saat itu juga. Penantiannya, kesabarannya, sakit hatinya, bahkan cintanya bukan apa-apa untuk Radhi, karena semudah itu dia menikahi wanita lain di saat ia sendiri sedang menabung bersama Naura untuk pernikahan mereka.

Seharusnya Naura meneruskan rasa benci dan sebalnya pada Radhi, tetapi sejak pulang dari pernikahan mantannya dan dihadapkan pada kamarnya yang dulu berisi barang-barang Radhi namun kini malah tersisa kenangannya saja, membuat sudut hati Naura teriris dan ia tak bisa lagi menahan air matanya.

Bagaimana pun juga, sebenci apapun Naura pada Radhi, pria itu pernah mengisi hari-hari dalam hidupnya. Radhi tahu betul apa yang Naura suka, pria itu rela menemaninya di telpon berjam-jam hanya untuk bernyanyi tidak jelas, meracau, bahkan sampai menirukan beberapa iklan di TV demi Naura yang tidak kesepian setiap kali dia tidak bisa tidur. Radhi selalu menjemput Naura kalau dia lembur di kantor, Radhi bahkan sering mengirimkannya makan siang lewat ojek online, Radhi juga suka jadi samsak yang bisa ia pukuli ketika Naura sedang kesal. Sayangnya, Radhilah yang merenggut semua khayalan indahnya mengenai pernikahan mereka yang selalu Naura bicarakan setahun kebelakang.

Sekarang Naura sudah kembali pada kenyataannya. Ia menghela napas. Menatap dirinya di cermin, tersenyum miris karena cermin itu juga pemberian Radhi, katanya supaya Naura bisa foto OOTD setiap hari. Sial. Ia menangis lagi.

Maka Naura mengizinkan dirinya untuk berduka hari ini. Besok, Naura sudah benar-benar akan memulai hidupnya yang baru, bukan tanpa Radhi, melainkan tanpa harapan kecil dalam hatinya untuk bersama dengan Radhi lagi. 



To Be Continue

****

3 SOMETHING ABOUT LOVEWhere stories live. Discover now