Bab 30

3.4K 466 78
                                    


Ada banyak hal yang tak bisa kita genggam di dunia ini, salju yang jatuh ke tangan kita, angin yang berhembus di sekitar kita, dan seseorang yang raganya bersama kita ... namun hatinya bukan milik kita.

***

Sebagai orang yang bersama-sama dengan Arga dalam waktu yang lama, Maggie sangat mengenal kebiasaannya, bahkan ketika Arga gelisah, tidak nyaman, dan hal-hal lain yang tak sesuai kehendaknya, Maggie tahu, dan ia merasakannya selama ini.

Maggie menyadari betapa Arga memaksakan dirinya untuk tetap menjaga Maggie di saat dirinya mungkin ingin lari sejauh mungkin, tetapi sisi egois dalam dirinya mengambil alih, sehingga Maggie melupakan nalurinya dan membiarkan rasa egois itu yang menguasai.

Maggie berhasil bertahan, setidaknya satu bulan terakhir. Tetapi hari ini ... Maggie sudah berada diambang batasnya sendiri. Arga terlihat menyedihkan dari hari ke hari, dan Maggie merasa sudah berdosa besar kepadanya. Tetapi, bagaimana lagi? Maggie juga membutuhkan Arga dalam hidupnya, dan Maggie benar-benar tak bisa kalau ia harus kehilangan Arga. Arga harus berada di sampingnya selamanya, terserah dengan apa yang Arga lakukan.

Ah, benar. Seharusnya tetap seperti itu. terserah dengan apa yang Arga lakukan, tetapi naura ... wanita itu benar-benar membuat Maggie ketakutan.

"Gie, dimakan dulu."

Arga masuk ke dalam kamar dan membawa satu mangkuk yang berisi bubur pesanannya. Sikapnya sama, masih perhatian kepada Maggie, tetapi penampilannya yang berubah. Arga jadi semakin kurus, dan Maggie juga banyak memikirkan kemungkinan dari dalam kepalanya. Bahwa Arga, mungkin memang semenderita itu tinggal bersamanya sampai-sampai ia kesulitan untuk menjaga berat badannya.

"Kamu nggak makan Ga?" tanya Maggie.

Arga tersenyum, "Tadi udah makan, beli soto," katanya.

Maggie menganggukkan kepala, setelah itu situasi diantara mereka kembali hening.

Arga duduk di hadapannya, menunggunya makan sementara Maggie hanya mengaduk-aduk buburnya tanpa selera makan.

"Ini bubur kesukaan kamu," kata Arga.

Maggie tersenyum tipis, "Makasih," sahutnya.

Padahal Maggie memakan bubur dimana saja, dan dia tidak punya satu tempat bubur yang menjadi favoritnya.

Ah, Arga mungkin keliru dengan selera seseorang.

"Kamu beneran nggak mau? Nyobain gitu misalnya?" kata Maggie.

Arga tersenyum, "Nggak apa-apa, buat kamu aja," katanya.

Pria itu berbalik, duduk membelakanginya dan menyalakan TV di kamar mereka, menunggu Maggie namun tak memperhatikannya.

Maggie mencelos. Ia menaruh mangkuk buburnya di atas nakas dan mencolek bahu Arga supaya pria itu menoleh ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Arga.

"Aku boleh tanya sesuatu?" tanya Maggie.

Arga mengangguk, "Kamu boleh menanyakan apapun sama aku," katanya.

Maggie tersenyum, "Kamu secinta itu sama Naura?"

Arga menatap Maggie tak menyangka, "Maksud kamu?"

"Aku tahu kok, kalau kamu ngerti maksud aku. Kamu tinggal bilang aja Ga. Kamu secinta itu sama Naura?" tanya Maggie.

Arga menundukkan kepalanya, tangannya saling bertaut kebingungan.

3 SOMETHING ABOUT LOVEOnde histórias criam vida. Descubra agora