Bab 2

5.2K 597 10
                                    

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya ...

****

"Budi Sudarsono—arsitek, 28 tahun, single, assetnya rumah mewah warisan keluarganya di Bogor dan satu rumah minimalis buatan dia sendiri. Asik banget diajak ngobrol, doi bisa lo ajak ngobrol apapun," ucap Dita tiba-tiba.

Naura yang baru saja sampai di cafénya mengerutkan kening, "Maksudnya apaan Dit?"

Dita mengangkat tangannya, mengisyaratkan Naura untuk berhenti dan menunggunya sebentar. Gadis itu sibuk menatap ponselnya kemudian berkata, "Bakti Cendana, Dokter gigi, punya klinik sendiri, orangnya ganteng tapi agak pendek karena dia bilang 170cm sementara lo aja 165cm, berjiwa sosial yang tinggi karena dia banyak ikut volunteer sana-sini, assetnya baru gedung klinik punya dia aja tapi lumayan karena kliniknya pun oke banget, peralatannya juga modern."

"So?" tanya Naura.

Dita menggeleng, "Ini aja deh ini," sambarnya, "Agung. Sesuai dengan namanya, dia super megah, mewah, dan luar biasa tegas karena dia rektor muda di Universitas terkemuka banget di sini gila anjir! Dia rektor mudanya SFW University! Oh My God! Inimah buat gue ajaa!" seru Dita. Dia yang sibuk sendiri, dia juga yang histeris sendiri. Naura sampai kebingungan melihatnya.

"Dit, mending lo duduk dulu deh," ujar Naura.

Dita menghela napas. Ia menatap Naura, "Budi, Bakti, Agung. Gue udah pilihin orang-orang terbaik yang sepertinya bisa menggantikan si Radhi dalam hidup lo. Gimana? Lo mau pilih yang mana?" tanyanya.

Sekarang Naura mengerti kemana arah pembicaraan Dita.

"Ya ampun, jadi lo sebutin nama dan keunggulan-keunggulan tadi tuh buat dikenalin ke gue?" tanyanya.

Dita mengangguk.

"Inisiatif banget ya gue punya temen," kata Naura.

Dita tersenyum, "Karena gimana pun juga lo harus cepet move on Naw. Sekarang mungkin lo baik-baik aja, bahkan kemarin lo bisa nyantai banget kasih amplop isi buku tabungan ke si Radhi, tapi besok-besok? Siapa yang tahu?"

Jangan dulu berpikir kejadian esok hari. Semalam saja Naura sudah menangis sampai dia ketiduran. Kalau Dita tahu, bisa gawat.

"Gue banyak kerjaan kok Dit, lo nggak usah khawatir. Soal lupain mah, masalah waktu," sahut Naura.

Dita menggeleng, "No. lupain cowok tuh, sama cowok lagi. Kalau lo sakit karena cowok, maka obatnya ya cowok lagi."

"Ya ampun, teori dari mana itu?" tanya Naura tak menyangka.

Dita menyombongkan dirinya, "Dari pengalaman gue," sahutnya.

"Nanti deh. Gue beresin kerjaan hari ini dulu Dit," putus Naura.

Dita menatap sahabatnya lekat-lekat. Baiklah. Sampai di sini saja dulu.

"Kalau gitu kita meeting setengah jam lagi ya! Gue nunggu Mas Raga dateng," ucap Dita.

Naura mengangguk dan tersenyum. Kemudian ia membuka laptopnya dan fokus pada pekerjaannya hari ini.

Naura adalah seorang Manager café milik omnya, ia sudah mengelola café ini selama lima tahun—sama dengan usia hubungannya dengan Radhi karena mereka juga bertemu di café ini. Oh, sial sekali. Sampai kapan ia akan mengingat nama Radhi dalam benaknya?

*****

"Menurut gue, dari pada kita saingan sama café lain, mending kita buka franchise aja buat mereka," ucap Naura. Raga—partnernya dalam menjalankan café ini mengangguk setuju.

3 SOMETHING ABOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang