Bab 26

2.4K 428 23
                                    

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya ...

*****


Suasana di dalam ruangan kerja cafe terlihat sangat sepi, hanya terlihat Dita yang sibuk dengan layar laptopnya dan Raga yang sejak tadi membalas pesan client-nya. Tidak terdengar teriakan Naura yang biasanya asik menggoda Raga dan Dita ketika tengah sibuk bekerja, meja kerjanya pun masih terlihat sangat rapi. Bahkan cangkir yang biasa Naura gunakan masih menelungkup di tempatnya semula. Itu artinya Naura tidak masuk kerja bukan?

"Ga, lo udah coba telpon Naura lagi? Udah dua hari loh dia nggak masuk kerja, bahkan nggak bisa dihubungin." Dita mulai membuka suara, mengemukakan pendapatnya akan perasaanya yang resah akan Naura. "Gue udah coba berkali-kali, nggak aktif nomornya," tambahnya.

Raga meletakkan ponselnya, "Lima menit lalu gue baru coba telpon Naura, nggak aktif juga"

"Arga! Lo udah coba hubungi Arga belum? Siapa tahu mereka lagi berduaan, atau bahkan mereka diem-diem nikah siri ya? Terus honeymoon?" tanya Dita curiga.

Raga melemparkan pulpen kearah meja Dita, "Kebanyakan nonton sinetron lo Dit, masa iya mereka kawin lari gitu? Gue khawatir Naura sakit sih, tapi biasanya diakan rese banget kalo sakit? Dikit-dikit WA, Ga tolong beliin gue larutan dong ... Ga, tolong gue lagi pengen cimol. Gue sampe cape banget bolak-balik ke rumahnya. Naura kalo sakit kaya orang hamil, banyak ngidam" ceplos Raga yang hampir sembilan puluh sembilan persen tepat.

Dita menggebrak mejanya tiba-tiba, "Apa mungkin Naura hamil? Ah ... lo yakin mereka berdua gak ngapain-ngapain di hotel?" pekiknya dengan bola mata hampir keluar. "Wah gawat sih kalo sampe beneran hamil, tapi gue juga gak yakin sih klo mereka ngapa-ngapain. Cupu banget soalnya si Naura" ralatnya lagi.

Raga merapikan dokumen yang berserakan diatas meja kerjanya. "Kita ke rumah Naura sekarang, biar tidak menimbulkan fitnah" ajaknya, lalu menatap Dita yang masih terdiam sambil menatapnya. "Ini gue lagi ngomong serius Dit, lo gak mau ikut ke rumah Naura?"

Dita menggelengkan kepalanya, lalu bertepuk tangan. "Raga, loe abis dari kajian mana? Biasanya yang mulut paling keji disini itu lo" nada bicara Dita saat ini patut dipertanyakan, antara memuji dan mengejek Raga.

"Emang susah kalo satu kelompok sama setan, diajak kejalan yang lurus malah minta berhenti diperempatan" timpal Raga membuat Dita terkekeh. "Lo gak perlu ketawa kaya gitu, nanti gue suka kan repot" ceplosnya namun Dita tak menghiraukan ucapan Raga barusan malah terus tertawa.

***

Motor yang dikendarai Raga dan Dita sampai di depan rumah Naura. Namun mereka malah saling menatap melihat kondisi di halaman rumah Naura. Begitu banyak daun-daun kering yang berserakan di sana, bukankah Naura termasuk wanita yang suka kebersihan? Bahkan kaki basah masuk ruangan saja dia akan berteriak sangat kencang, apalagi melihat halamannya berantakan seperti ini?

"Lo yakin Naura ada di dalem?" tanya Dita ketika Raga melepaskan helm yang dipakai Dita saat ini. "Dih, ngapain lo ngebukain helm gue? Geli banget, sial!!" ujar Dita bergidik ngeri lalu memukul bahu Raga.

Seolah tak memperdulikan pukulan Dita, Raga hanya memasang wajah datar dan terus menatap kedalam rumah Naura. "Lampu rumahnya juga gak nyala. Gelap banget, apa beneran si Naura kawin lari sama Arga?"

"Dih, sekarang lo yang menggunjing ya!" saut Dita memutar bola matanya kesal. "Ya berhubung kita udah di sini, yaudah ... kita coba masuk aja. Berpikiran positif aja kalo Naura lupa isi token listrik makannya gelap" ujar Dita berjalan mendahului Raga, membuka pintu pagar rumah Naura dan masuk ke dalam.

3 SOMETHING ABOUT LOVEWhere stories live. Discover now