END

5K 424 92
                                    


***

4 bulan kemudian

-

-

"Nanti biar gue coba ngobrol dulu ya," kata Naura pada seseorang di hadapannya.

"Thanks Naw. Gue harap ini bisa terealisasi secepatnya ya. Gue percaya sama lo soalnya. Lo mampu banget."

Naura menganggukkan kepalanya, "Yah, gue akui itu karena tim gue juga hebat banget," katanya.

Pria di hadapannya tertawa. Ia bangkit dari duduknya dan berpamitan pada Naura, sementara di ujung sana ... Dita dan Raga sibuk menguping pembicaraan mereka.

"Naw, naw..." bisik Raga.

Pria itu berjalan mengendap-endap untuk menghampiri Naura, sementara Dita yang berada di belakangnya menepuk pundak Raga dengan keras.

"Nggak usah ngendap-ngendap kali. Orangnya juga udah pergi," katanya.

Raga berdesis. Ia tak menghiraukan Dita dan memilih untuk berjalan dengan cepat hingga ia bisa duduk di hadapan Naura.

"Siapa? Cowok baru lo?" tanyanya. Tidak, Raga tidak terdengar seperti bertanya. Ia malah terdengar seperti sedang menginterogasi tersangka pembunuhan karena suaranya tegas dan penuh dengan tuntutan.

"Gue yang ditinggal, lo yang selektif ya Ga," kata Naura.

Raga berdecak, "Ya sejak lihat lo jadi kurus kering dan hampir mati, gue akan bertindak menjadi garda terdepan buat lo. Mau nggak mau pokoknya, semua cowok yang deketin lo harus lulus seleksi gue dulu."

Dita mendengus, "Biar apa? Sok betul banget lo kalau ngomong. Sendirinya aja nggak pernah lulus sama orang lain kan?"

Raga menatap Dita dan mendengus. Sementara Naura... Ia tersenyum melihat kedua sahabatnya yang selalu berperang itu.

Di masa-masa sulitnya, mereka berdua selalu berusaha untuk tetap menemani Naura dan menghiburnya. Raga bahkan mengantar jemputnya dan Dita juga sampai tidur di rumahnya, katanya mereka takut kalau Naura kenapa-kenapa.

Yah, memang sulit di awal. Tetapi pada akhirnya Naura mampu melewatinya juga kan?

"Guys... Gue mau ngomong sesuatu sama kalian," kata Naura tiba-tiba.


*****


"JERMAN? LO GILA YA?!" teriak Dita.

Naura sudah menyangka kalau respon Dita akan sekeras ini, tapi ia tidak menyangka kalau teriakannya sampai sekencang ini.

"Naura, kota di Indonesia aja banyak. Masih ada Lombok, Aceh, Sorong, yang diujung sana gitu loh Naw. Kenapa harus lintas benua?!" protesnya.

Raga hanya diam, tak seperti Dita yang menuntut penjelasan darinya. Pria itu lebih sabar untuk mendengar alasan Naura yang sebenarnya.

"Ini sebenernya tawaran lama, temen gue minta bantuin di café tetangga Omnya, di Jerman. Dan kebetulan gue sempet apply juga buat S2 di sana, dua minggu yang lalu gue dapet kabar kalau application gue diterima, dan gue bisa masuk semester baru tiga bulan lagi. Jadi gue juga mulai urusin segala jenis dokumen dan keperluan lainnya buat pindah kesana."

"Ya Tuhan Naw. Patah hati bikin lo pengen pergi?" keluh Dita.

Naura menatap Dita dan tersenyum, "No, Dit. Gue nggak pergi, gue mengembangkan diri," katanya.

3 SOMETHING ABOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang