11 - Simulasi Punya Anak

3.4K 512 65
                                    

• selamat membaca •__________KS__________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• selamat membaca •
__________KS__________


11 – Simulasi Punya Anak

°°°

"Dingin-dingin gini emang enaknya diselimuti kekayaan, tapi apa daya malah diselimuti beban pikiran," keluhku seusai menata gelas yang telah dicuci ke rak warung kopi.

Si Rian sedang ke dalam sebentar mengambil bungkus bubuk kopi yang baru karena habis di pelanggan barusan. Om Diyat sedang mencoba headset yang baru dibelinya dari bepergian kemarin, katanya sih harganya mahal karena tidak memiliki kabel. Entahlah aku tidak tahu hal seperti itu karena headsetku yang mati sebelah saja masih kupakai sampai sekarang.

"Mikir sendiri, ngeluh sendiri. Ada dua laki malah enggak peduli," lanjutku duduk dengan meremas lap.

"Kenapa lagi, Sti. Belum juga siang udah ngeluh-ngeluh aja," sahut Om Diyat. Sekarang headset yang tidak ada kabelnya itu dimasukkan kembali ke dalam tempatnya yang berwarna putih.

"Asti lagi pusing, Om. Tapi kalau dikasih 10juta hari ini sih kayaknya bakal rada mendingan."

"Yeu, gaji lu empat bulan itu mah," sahut di Rian yang datang dari dapur dengan bungkus bubuk kopi baru. Aromanya menguar nikmat begitu dibuka dan dimasukkan ke tempatnya. "Lagian lu setiap hari juga pusing, Sti. Segalanya lu pikirin, gak pusing begimana."

"Kali ini tuh lebih pusing tahu, Yan." Mumpung sedang tidak ada pelanggan, menggosip kayaknya asyik. "Tahu kan si bewok anaknya Bu Kos sekarang udah balik lagi ke sini?"

"Si Adam?" Pertanyaan Om Diyat mendapatkan anggukan. "Saya lihat pas kemarin subuh anterin Bu Kos. Kata saya mah enggak cocok dia brewokan gitu, terlalu lebat, kayak orang India. Masih bagusan brewok saya yang tipis menggoda gini, ya, kan?"

"Ah si Om malah jadi gosip. Ini Asti lhoo yang pusing karena ada dia."

"Eh saya enggak gosip, cuma berpendapat aja," dalihnya. "Ya udah kenapa makanya cerita jangan setengah-setengah!"

Si Rian kini duduk ikut menyimak.

"Asti pusing banget semenjak kedatangan dia semua kegiatan kosan dia kontrol. Mending ngontrol juga kalau dianya baik, dianya aja punya sifat prajurit firaun."

Tidak ada yang menyanggah karena aku memang sempat bercerita kekejaman dia tahun lalu, jadi Om Diyat dan si Rian pasti ada di pihakku dan setuju kalau si bewok itu memang berkepribadian buruk. Ya meski mereka juga tidak percaya pada awalnya karena sangat ramah kalau mampir ke sini dan sering ngobrol seru dengan Om Diyat.

Si Bewok memang begitu, pada laki-laki malah jauh lebih dermawan.

"Terus dia tahu belum kalau burungnya ilang?"

"Mana Asti tahu kan burungnya selalu dia bawa, belum pernah ngecek juga ilang atau enggak!"

"Burung peliharaan, bukan burung dalam kolornya dia, Asti!! Kamu kadang-kadang membangunkan ... kekesalan dalam diri saya."

KOSAN CERIAWhere stories live. Discover now