29 - MASALAH SI HANA, MASALAH WARGA KOSAN JUGA

1.3K 280 146
                                    

SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka. diupload di instagram @ haii.pai, di sana banyak keseruan warga kosan. mampir yaa!!

-----------------------

29 – MASALAH SI HANA, MASALAH WARGA KOSAN JUGA

•••

Jemari si Rian dengan lihai memetik gitar yang ada dalam dekapannya, memainkan setiap kunci untuk menghasilkan nada yang sesuai dengan lagu yang ingin dinyanyikan. Bagiku memainkan gitar itu sulit, tapi bagi rekan kerjaku di Yang Kusayang ini nampaknya malah sangat mudah. Setiap kali mencoba main gitar, aku selalu kesulitan mencapai posisi jari yang sesuai dengan kunci, tapi si Rian bisa dengan mudah melakukannya. Laki-laki memang pandai memainkan jarinya ya.

Di sampingku, Om Diyat, tampak seperti kakak laki-laki yang bangga terhadap adiknya yang sedang memberikan pertunjukkan di jam-jam akhir warung kopi beroperasi. Tidak jarang pria yang mau menginjak kepala tiga itu memberikan tepuk tangan sembari mengajak pembeli untuk memberikan apresiasi sesederhana sorakan dan tepukan.

Yang Kusayang memang tidak selalu mengadakan live music di setiap harinya, itulah kenapa momen seperti ini jarang-jarang. Jujur aku menikmati sekali penampilan si Rian, kalau dalam mode menunjukkan bakat begini dia jadi kelihatan lebih menarik, maksudku ... ganteng tidak mengundang tanganku untuk meninjunya. Cuma kalau kejadian ini terjadi setiap hari pasti akan biasa saja, walaupun ini juga bukan kali pertama. Sebenarnya sempat terjadi setiap hari, tapi bukan di waktu yang normal seperti sekarang ini, kejadiannya seperti di mimpi, itu juga entah bisa dibilang setiap hari atau bukan karena ... aku pun tidak bisa memastikannya.

"Kenapa kamu Sti lihatinnya begitu?" tanya Om Diyat saat si Rian sudah menyelesaikan penampilannya, dan sekarang cowok itu sedang beranjak mendekat. "Seneng lihat si Rian nyanyi?"

"Iyalah. Asti lebih seneng lihat dia nyanyi daripada kerja yang bisanya cuma ngisengin Asti doang."

"Dia nyanyi kan juga bagian dari kerja, Sti."

"Ih Om Diyat, beda!" Racauku. "Kalau nyanyi dia menghibur, buktinya kayak sekarang tuh bahkan ke tante-tante girang aja ikutan tepuk tangan di sana. Sedangkan kalau dia gak nyanyi, gak ada tuh menghibur-menghiburnya, yang ada pengin Asti kubur."

Perlu diingat tante-tante girang yang kumaksud bukan berarti aku tahu betulan dia seperti itu, tapi ciri-cirinya sangat mendukung karena rambutnya dicat pirang dilengkapi bibir merah merona dan alis kotak setebal dompet Om Diyat. Eh tapi aku seperti pernah melihat tante-tante itu bareng Ci Melin, iya Ci Melin yang rumahnya mepet sungai dekat empangnya Ustaz Somat, si Rian pasti tahu—dia juga pasti tahu kalau Ci Melin suka bawa ganti-ganti pasangan nginep di rumahnya.

Mendengar ancamanku Om Diyat terlonjak sembari menggerakkan alis, "Serem amat dikubur. Nanti kalau dia beranak gimana?"

"Suzzanna dong beranak dalam kubur. Tapi ... emang si Rian bisa beranak?"

KOSAN CERIAWhere stories live. Discover now