35 - OM DIYAT DAN PERDEBATAN YANG TIADA USAINYA

1K 191 17
                                    


SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka. diupload di instagram @ haii.pai, di sana banyak keseruan warga kosan. mampir yaa!!

•••

35 – OM DIYAT DAN PERDEBATAN YANG TIADA USAINYA

•••

Semenjak keluar dari area Yang Kusayang untuk menghadiri pameran kopi, timbul perasaan senang tersendiri melihat ke luar jendela mobil. Menyaksikan orang-orang dengan segala kesibukannya, mulai dari yang mencari nafkah sampai orang-orang yang hanya menghabiskan waktunya dengan keluarga, teman, atau bahkan dirinya sendiri.

Om Diyat menyetir mobil dengan mahir, pandangannya fokus sembari sesekali aku menyadari dia terkekeh akan aksiku dan si Rian yang tidak henti-hentinya melihat ke luar jendela. Mungkin si Rian tidak sebanyak aku mengeluarkan ekspresinya karena dia bisa banyak pergi-pergi dengan motornya itu, sedangkan aku tidak bisa jika tidak ada hal penting. Menghambur-hamburkan uang saja pergi-pergi sendiri dengan kendaraan umum hanya untuk melihat-lihat kota sendiri, sendirian lagi, mungkin bagi sebagian orang itu hal biasa saja, tapi bagiku tidak. Terlalu banyak hal yang sepertinya lebih penting daripada mengeluarkan uang hanya untuk senang-senang.

"Sering-sering, Om, ajakin kita pergi-pergi begini," celetukku masih menyimpan senyum. "Udah lama Asti enggak keluar dari sekitar Mandalasari."

"Kayak ikan lu gak pernah jauh-jauh dari kolam, padahal gue yang punya empang," sahut si Rian yang langsung memasang wajah bersalah karena kutatap matanya penuh dendam. "I-iya, Om Bos, sering-sering ajakin kita keluar."

"Mumpung Om Diyat belum punya anak, anggap aja Asti sama si Rian anak, Om. Jadi bisa sering-sering ajakin main."

"Kalau saya punya anak gak mau anak kayak kalian. Cerewet, banyak mau, ceroboh, berantem mulu lagi." Om Diyat geleng-geleng kepala. Sialan, kurasa kami tidak seburuk itu sampai harus disebutkan semua sifat buruk. Kalau begitu cara mainnya aku tidak akan berhenti menyebalkan. "Tapi kalau tanpa kalian juga saya sama Yang Kusayang belum tentu bisa sejauh ini."

Salah tingkah sedikit. Aku dan si Rian kompak saling pandang untuk beberapa saat sampai akhirnya senyum tidak lagi bisa disembunyikan. Sebagai seorang karyawan, mendapatkan pujian dari bos sendiri itu sangat menenangkan. Bagaimana tidak, hampir setiap hari cemas saat kerja takut melakukan kesalahan yang pada akhirnya malah merugikan Yang Kusayang, dan pujian itu seperti obat penenang. Mungkin tidak membuat cemasnya hilang, tapi bisa memberikan harapan bahwa segala hal yang dikerjakan dengan baik akan berakhir baik juga.

"Tapi sebelum punya anak, Om Diyat kudu nikah dulu. Jangan punya anak di luar nikah ya, Om," ceplos si Rian tidak ada angin tidak ada hujan mulutnya minta dipukul batu-bata.

"Astaga! Siapa juga yang kepikiran kayak gitu. Kepikiran nikah aja enggak."

"Hah?" Aku dan si Rian kompak bingung, berusaha memastikan juga kalau yang barusan tidak salah dengar.

KOSAN CERIAWhere stories live. Discover now