38 - Aku Pacarnya Akbar

1.2K 176 16
                                    

SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka. diupload di instagram @ haii.pai, di sana banyak keseruan warga kosan. mampir yaa!!

•••

38 - Aku Pacarnya Akbar

•••

"Halo, Om?"

Aku melipir ke balkon saat hp di tangan berbunyi menunjukkan sebuah pesan yang disusul dengan telepon dari Om Diyat. Di lantai dua ini kami berkumpul, si Malik sedang sibuk mengerjakan tugasnya dibantu oleh Akbar yang memberikan saran-saran. Si Wahyu semenjak kejadian itu belum kembali seperti penghuni biasanya, dia masih membatasi diri, entah karena memang tidak ada minat bersama-sama lagi atau sedang menghukum dirinya sendiri karena malu atas perbuatannya. Aku dan si Hana sibuk berdiskusi mengenai tren pakaian di sosial media dan menimang-nimang harus tampil seperti apa di acara pernikahan ibunya nanti.

Bicara soal si Wahyu, Akbar sungguh membantu melunasi hutang dari peneror si cowok itu. Entah Akbar memberinya secara sukarela atau meminjami saja, aku kurang mengerti bagian itu, mereka juga tidak membicarakannya. Sedangkan sisa kekurangan yang harus dibayarkan si Wahyu akali dengan menjual barang-barang, seperti sepatu, kamera, dan laptop yang digadaikan. Tahu siapa yang mau menerima gadaian laptop si Wahyu? Ya, Akbar orangnya, ia beralasan melakukan hal tersebut supaya laptop itu masih bisa digunakan si Wahyu untuk mengerjakan tugas.

Entah hal seperti apa yang sudah terjadi pada Akbar sampai hatinya bisa selapang itu, kebaikannya bisa seluas yang ia tunjukkan kini. Aku harap Tuhan menjaganya selalu seperti dia menjaga orang-orang di sekitarnya.

Kembali ke telepon dari Om Diyat, si laki-laki berumur yang tak kunjung menikah itu mengatakan kalau di rumahnya sekarang sedang kedatangan Mamah dan Bapak yang datang dari Garut. Selama aku bekerja jadi karyawan di Yang Kusayang, kabar seperti ini hanya didapat dua kali, mungkin tiga kali, aku lupa. Jadi wajar kalau Om Diyat menelepon untuk urusan ini. Isi teleponnya pun masih sama seperti yang terakhir kali aku ingat, mengabarkan kedatangan, membicarakan keadaan rumah, mengeluh, lalu memintaku untuk datang.

"Sekarang banget ini, Om?"

Kulirik jam di tangan, sudah malam, sudah pukul delapan. Sebagai pegawai warung kopi memiliki jam tangan adalah kewajiban karena kadang dunia rasanya cepat berlalu, kadang juga terasa jalan di tempat, jadi memiliki benda bulat kecil melingkar di tangan itu merupakan cara memastikan bahwa hidup terus berjalan.

"Jalanan aja belum kering, Om. Masa Asti kudu ngiclik ke sana. Gak bisa besok?"

Sejak dua jam terakhir Jakarta memang diguyur hujan, dan Mandalasari jadi salah satu daerah yang termasuk ke dalam jalur yang dilalui air Tuhan itu. Sebenarnya tadi aku sempat mengeluh kenapa hujannya cepat berhenti, padahal berkumpul sama teman begini memang terasa lebih nikmat saat hujan, apalagi aku libur kerja. Namun, sekarang aku mengerti karena mungkin Tuhan mengabulkan doa Om Diyat supaya aku bisa membantunya.

KOSAN CERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang