14 - Mesum

2.8K 398 36
                                    

• selamat membaca •_____________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• selamat membaca •
_____________________________

⚠️
Berisi harsh words
⚠️

°°°


14 – Mesum

°°°

"Tapi, Bar, maksud lo kejutan hari ini tuh apa?" tanya si Hana dengan waffle di mulut yang belum ditelan sepenuhnya.

Cowok itu bergegas mengecek ponsel. "Pantesan, emang belum sih. Kejutan dari gue bentar lagi."

"Iya, tapi apa?"

"Nanti juga kalian tahu."

"Ini juga si Malik sama si Icha belum pulang," ucapku merasa sedikit khawatir karena mereka seharusnya sudah di rumah, paling tidak memberi kabar kalau akan pulang telat. Bukan karena peduli-peduli amat sih, lebih ke kalau masih lama pulangnya biar aku habiskan waffle yang dibeli Akbar, aku suka mengonsumsi bentuk cinta cowok berkacamata frame hitam itu.

"Oh iya soal kuliah lo gimana, Bar? Aman?" tanya si Wahyu.

"Aman, untungnya absen gue masih memenuhi syarat buat ikut ujian, jadi enggak perlu ngulang kelas. Minggu ini gue udah mulai ke kampus lagi," jawab Akbar dengan ekspresi bersyukur yang tidak sampai satu menit berubah kusut. "Cuma...."

"Cuma kenapa?" tanyaku karena Akbar lama sekali menahan kalimatnya.

"Enggak. Cuma khawatir, pasti enggak bisa santai-santai kayak masuk pertama kali ke Kosan Ceria ini." Laki-laki itu lanjut melengkungkan bibirnya. "Mau sering bolos kuliah nanti malah lama lulusnya."

"Ngapain males-malesan, Bar. Mau-mauan banget lu jadi donatur kampus." Si Hana mengangkat satu kakinya seperti makan pecel lele padahal waffle. "Btw, tadi Bang Adam ngamuk. Enggak percaya? Tanya aja sama si Asti."

Akbar dan si Wahyu langsung menatapku meminta penjelasan. Tadi aku dan si Hana memang belum bercerita pada si Wahyu karena sedang dalam suasana yang buruk, sepertinya si Hana mau membahas ini juga karena waffle dari Akbar yang membuat suasana hatinya membaik.

"Iya. Tadi Bang Adam ke sini nitip sesuatu ke kulkas."

"Nitip? Kayak enggak punya kulkas aja di rumah dia," celetuk si Wahyu.

"Nahkan, sama pikiran gue sama si Wahyu. Kagak jelas banget nitip-nitip segala, masalahnya kalau dia nitip di sini kesempatan dia buat dateng ke kosan juga makin tinggi, dan itu bikin kekesalan gue memuncak setiap kali kumisnya yang tebel kayak akar bahar itu ada dalam jangkauan mata gue." Si Hana semakin emosi, kurasa dia memang sedang benar-benar datang bulan, tidak biasanya marah sebegitunya saat membahas Bang Adam. "Lanjutin, Sti!"

"Sehabis itu Bang Adam nanya kenapa kita ada di kosan, tumben katanya. Dia nanya seolah kita macem-macem di sini, emang bangsat itu orang."

"Santai, Sti," cegah si Hana menahan tubuhku yang hampir berdiri meluapkan kekesalan dalam hati. "Gue berhak dong tersinggung karena itu. Gue bilanglah 'gimana mau macem-macem kalau penjaga kosnya aja udah macem-macem' pengin gue maki lagi sebenernya tapi keburu enek."

KOSAN CERIAWhere stories live. Discover now