41 - Bu Kos & Ustaz Jamili

1K 144 9
                                    

SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka. diupload di instagram @ haii.pai, di sana banyak keseruan warga kosan. mampir yaa!!

•••

41 - Bu Kos dan Ustaz Jamili

•••

"Buru kek, ini pada lama bener. Anak muda, heran. Keburu bubar acaranya," keluh Bu Kos dengan dandanan cantik tapi bukan gaya mau kondangan. Baju merah marun dengan aksen putih di beberapa tempat terlihat cocok di tubuhnya. Jadi seperti dodol garut pemberian orang tua Om Diyat. Baju seperti itu memang sedang tren di Mandalasari, sebagai ibu-ibu arisan Bu Kos tentu tidak akan pernah ketinggalan tren fesyen terbaru di antara para ibu-ibu.

Aku sendiri memakai pakaian biasa saja, memakai rok karena katanya kurang menarik kalau pakai celana, terus pakai kaos putih dengan outer kuning bergelombang. Sebetulnya ini bukan gaya yang membuatku percaya diri tampil ke tempat umum, tapi kata Bu Kos aku terlihat lebih baik, agak lebih rapi karena kami mau mendatangi sebuah pertunjukkan.

Baru sembuh dari sakit, tapi Bu Kos semangat sekali untuk datang menonton hajat khitanan cucu Ustaz Jamili. Lokasinya ada di kampung sebelah, tidak dekat, tapi juga tidak jauh. Aku juga tahu acara itu karena diadakan dua hari, hari ini hari terakhir. Bu Kos dengar dari orang-orang yang sudah ke sana kemarin kalau hari ini akan ada pertunjukkan lenong, Bu Kos yang semula dilarang Bang Adam karena baru sembuh malah memaksakan diri dan memaksa kami semua untuk ikut menonton supaya diizinkan karena anak laki-lakinya ada kepentingan.

Aku tentu saja tidak keberatan, toh sudah lama tidak menonton hiburan secara langsung. Berkunjung ke kampung sebelah bisa sekalian cuci mata karena banyak cowok cakep yang jago main bola, ada teman si Rian juga, aku tahu waktu nonton tanding bola tahun lalu. Lumayan bisa menghibur mata di saat Akbar tidak ada, sebab cowok itu sampai hari ini belum pulang juga.

Si Hana, si Malik, dan si Wahyu sempat terdengar merutuk dan malas-malasan apalagi kalau harus pergi jalan kaki. Kalau bukan karena permintaan si bewok pemarah mereka juga tidak akan mau pergi. Alhasil mereka bertiga berjalan lambat di belakang sampai Bu Kos mengomel berkali-kali baru mereka menambah kecepatan.

"Bang Adam kenapa enggak ikut sih, Bu? Kalau ikut kan bisa naik mobil," keluh si Hana.

Bu Kos sesekali menyapa para tetangga yang tertangkap oleh bola matanya, dia sangat dikenal di sini, jadi tidak heran. "Manja lu. Masih muda kudu banyak gerak, jangan mau disetirin aje. Gue yang baru beres ngeringkuk aje kuat buat jalan."

Kulihat mereka bertiga hanya mengeluh tanpa suara, tapi napas dan ekspresinya kentara sekali sedang tersinggung karena masih kena omel panjang lebar Bu Kos. Kami baru pergi beberapa ratus meter dari kosan, tapi omelannya sudah sepanjang itu, keburu capek tidak ada energi untuk menonton.

"Apalagi anak muda, badannya masih sehat, masih seger," lanjut Bu Kos.

Dipikir anak muda sayur kali, raungku dalam hati. Aku tetap pura-pura semangat karena tidak mau kena omel.

KOSAN CERIADove le storie prendono vita. Scoprilo ora